Singto benar-benar tidak memiliki wajah lagi di depan anaknya. Belum lagi seringai di wajah anaknya itu persis dengan dirinya. Apalagi pipi Krist yang terus memerah. Untung saja pagi ini berjalan begitu lancar. Singto bahkan menjadi kikuk saat mengantar Krist dan Fiat.
"Papa tidak memberikan ciuman di pipi Phi Kit?" ujar anaknya yang sontak membuat kedua orang dewasa yang duduk di depan mobil itu merona hebat.
"Aku pernah melihat Paman Joss mencium Bibi Mild saat mengantar Bibi Mild dan Oajun ke sekolah. Papa kenapa tidak memberikan ciuman ke Phi Kit?"pertanyaan polos yang terlontar dari mulut Fiat semakin membuat kedua orang dewasa itu bungkam karena bingung dan malu menjawabnya.
"Bukankah kalian berpacaran?"tanya Fiat lagi dengan polos.
"Fiat.."Singto dan Krist mengucapnya secara bersamaan dan tentu hal itu membuat Fiat semakin tertawa geli. "Haha kalian sudah seperti pasangan di drama Korea,"
"Dari mana kau menonton drama seperti itu huh?"tanya Singto pada anaknya.
"Eoh? Aku sering menontonnya bersama Phi Kit saat Papa belum pulang. Iya kan Phi?"
Krist hanya mengangguk, "uhm kalau begitu aku akan keluar. Terima kasih ya Phi,"ucap Kit lalu memberi salam pada Singto dengan malu-malu. "Fiat, Phi pergi dulu, jangan nakal. Belajar yang benar. Sampai jumpa!"ucap Kit lagi sambil mengelus surai Fiat lalu keluar dari mobil.
"Ekhem!"ucap Fiat sesaat Krist keluar dari mobil, namun Papanya masih belum menyetir mobilnya.
"Pa, aku akan terlambat,"
"O-oh iya!"ucap Singto yang membuat Fiat tertawa terkikik melihat Papanya menjadi salah tingkah.
Dan Singto tidak bisa berhenti memikirkannya sampai sekarang. Sampai ia melihat ke foto keluarga kecilnya yang masih ia pajang di meja kantornya. Ada dirinya, Fiat kecil, dan istrinya Neen. Ia menatap pula cincin pernikahan yang masih ia terus pakai sampai sekarang. Bahkan cincin itu memiliki inisialnya dan istrinya dulu.
"Neen, apakah aku boleh jatuh cinta lagi? Dia memang bukan wanita cantik. Tapi ketika aku bersamanya, ketika Fiat bersamanya, ada kehangatan yang berbeda. Berbeda dari siapapun, dari dirimu. Kau yang pertama Neen, tapi bolehkah aku jatuh cinta lagi? Bolehkah aku memulai hidup baru?"
"Singto!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hal yang sama juga berlaku bagi Krist. Krist masih suka tersipu malu setiap ia teringat akan kejadian malam itu. Bahkan ketika ia sedang menunggu Fiat di sekolahnya."Phi Kit!"seru Fiat sesaat ia keluar dari kelasnya,
"Hei jagoan!"jawab Kit. "Bagaimana tadi di kelas?"
"Biasa saja. Banyak PR dan membosankan! Tapiiiii...."ujar Fiat dengan jeda sesaat membuat Krist penasaran.
"Ada apa huh?"
"Papa bilang kita ke kantor Papa! Jemput Papa! Terus kita makan bareng di mall depan kantor papa!"
"Eoh iya?"
"Uhm! Papa bilang udah kabarin ke Phi Kit. Tapi gak diangkat-angkat,"ujar Fiat dengan bibirnya yang mengerucut. Krist langsung mengecek ponselnya yang ternyata sudah lowbatt.
"Bateraiku lowbatt ternyata,"ucap Krist yang diselingi cengiran tidak bersalah.
"Huh! Yasudah ayo kita berangkat!!"ucap Fiat lalu mendahului Krist.
Sesampainya mereka di mall, mereka tidak hanya menemukan Singto, tapi ada Pat yang bersama dengannya. Tangan Pat yang melingkar di lengan Singto membuat Krist tertegun. Tapi Fiat yang mengetahui hal itu, justru semakin memperkuat genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Babies
Fanfic[COMPLETED] Geng cowok-cowok branded yang beranggotakan Gun, New, dan Krist punya rahasia besar kenapa mereka bisa tampil dengan sebegitu mewahnya di kampus. New punya Sugar Daddy yang bernama Tay Tawan, seorang pengusaha minyak di Thailand. Sugar D...