Prolog

27 12 11
                                    


Suasana berubah tegang.

Semua orang tidak ada yang berani berbicara, mereka hanya diam. Kejadian ini sudah sering terjadi untuk kesekian kalinya.

"SADAR, RA! KAMU MASIH KECIL, DIA SUDAH PUNYA KELUARGA," bentak Denara menatap tajam adiknya. Ia sangat kesal dengan kelakuan adik satu-satunya itu, Alera.

Alera menudukan kepala tak berani menatap kakaknya. "Tapi aku cinta sama dia, Mbak," ucapnya pelan.

plak

Semua terbelalak melihat Denara yang menampar Alera.

"Tau apa kamu soal cinta, hah?"

Alera memegang pipinya yang terasa panas dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Cinta kamu ini salah, Ra!" ucap Denara lirih dengan raut wajah kecewa.

Alera menangis. "Kenapa cinta aku selalu salah, Mbak?" ucapnya pelan beralih menatap kedua sepatunya.

Dimas segera mendekati Denara berniat menenangkan istrinya itu.

"Udah ya, nanti kandungan kamu kenapa-napa," ucap Dimas sembari mengusap pelan pundak istrinya itu.

Denara berhambur kepelukan Dimas. Ia terisak, punggungnya bergetar.

"Aku malu Mas. Tadi Amira telpon aku sambil nangis," Dimas mengusap punggung Denara lembut.

"Iya aku ngerti, kita omongin lagi ini nanti. Sekarang kamu harus istirahat gak boleh kecapek-an," Dimas segera memapah istrinya ke kamar mereka. Dimas menoleh sekilas pada Alera, ia menghela nafas kasar sebelum benar-benar berlalu.

Setelah kepergian Denara,  Alera berlari sekuat tenaga menuju kamarnya.

Bersandar dibalik pintu kamarnya, Ia menangis sejadi-jadinya.

Drrrtt

Suara notifikasi panggilan membuat Alera tersentak, ia segera mengangkat panggilan terlpon yang masuk tanpa melihat nama yang tertera.

"Hal-"

"JANGAN MENGGODA SUAMI SAYA, ALERA!" teriak orang diseberang sana.

Tutt

Alera memejamkan matanya kuat-kuat, memegang dadanya yang terasa semakin sesak.

kenapa aku selalu salah jatuh Cinta?

Ervin, tolong! aku butuh kamu.

***

dissentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang