Saat Eric betanya pada Alera, "Ra, Lebih sakit digantungin apa ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya?" Eric menatap penuh harap pada Alera yang terlihat malas menanggapinya.
Tanpa di duga Alera menoleh pada Eric dengan raut datarnya.
"Lebih sakit ditinggal mati." ucapnya singkat, padat, dan tidak jelas menurut Eric.
Sontak Eric terkejut ditempatnya. "Lu pernah, Ra?"
Alera hanya diam, ia lalu beralih menatap pada bukunya lagi mengabaikan Eric yang masih menatapnya meminta jawaban
"Woii!" seseorang tiba-tiba saja memukul keras pundaknya.
Eric tersentak di tempatnya.
"Anjing." umpatnya.
"Bahasanya, Eric. Astagfirullah!"
"Lu ngagetin goblokk!" sungut Eric.
Sindi cengengesan ditempatnya. "Wih, kalem Ric. Piece!" ucap Sindi sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Kuker lu Anjing!"
"Ih toxic lo! gue manusia ya, bukan anjing. Eric BABI!!" bentak Sindi emosi.
"Lagian lu ngagetin kaya anjing."
"Dasar baperan lu."
"Lu-"
"KALIAN MAU TERUS BERANTEM ATAU NGERJAIN TUGAS, HAH?" bentak Alera jengah mendengar perdebatan kedua sahabatnya itu.
"GAK TAU, TUH!" jawab Sindi dan Eric kompak.
Alera kembali memasang raut datarnya, lalu mengemasi barang-barangnya.
"Yaudah gue pulang aja.""EH JANGANNN!" ucap keduanya lagi kompak.
Alera menghela nafas kasar.
"Gue doain kalian berdua jodoh." Alera berlalu kearah Dapur rumah Sindi, tenggorokannya terasa kering karena terlalu banyak berteriak tadi.Sedangkan Sindi dan Eric masih sama-sama sibuk mencerna perkataan Alera.
Tak lama setelahnya Sindi berteriak histeris. "IDIHHH NAJISS ALERAAA! AMIT-AMIT YAALLOHH!" pekiknya sambil mengetuk-ngetukan kepalan tangannya beberapa kali ke kepala lalu diarahkan pada keramik lantai.
Sedangkan Eric bersikap tenang ditempatnya sambil menengadahkan kedua tangannya persis seperti orang yang sedang berdoa.
"YA ALLOH JANGAN DENGERIN ALERA YA ALLOH! ERIC NGGAK MAU JODOHNYA CEREWET KAYA SINDI."
"TOLONG ERIC, YA ALLOH."
"AMIIINNN." Eric mengaminkan dengan mengusapkan kedua tanganya pada wajah nya.
Sindi menjitak kepala Eric cukup keras sambil melotot marah. "HEH, SETAN! SEKATE-KATE YA, LO!" bentaknya.
Alera menggeleng gelengkan kepalanya mendengar kedua sahabatnya yang masih saja bertengkar setelah kepergianya. Sepertinya mereka memang jodoh, pikirnya!
Alera bermiat mengambil minuman dingin di kulkas dapur Sindi, tetapi pergerakannya terhenti saat seseorang memdahuluinya.
"Bang Atta!"
Laki-laki yang kerap disapa Atta itu menoleh pada Alera. "Alera, kan?" tanya nya memastikan.
Alera mengangguk antusias.
"Makin cantik aja! Apa kabar, Ra?"
Alera berdehem canggung.
"Alhamdulillah baik, bang." jawabnya tenang.
"Abang kapan pulang dari Surabaya?"
"Dua hari yang lalu. Rencananya sih mau menetap disini sampe dua tahun kedepan."
Alera mengangguk paham. "Iya bang, biar Sindi ada temenya juga, kasihan dia."
Atta mengangguk menyetujui.
"Di depan lagi pada ngapain? kok ribut banget?" tanya Atta saat mendengar Adiknya Sindi berteriak-teriak.
"Oh itu, niatnya sih mau ngerjain tugas kelompok, tapi adik abang tuh sama si Eric malah berantem terus." jawab Alera panjang Lebar meluapkan kekesalannya.
Atta terkekeh ditempatnya. "Harus sabar ngadepin mereka mah, Ra. Kalo ketemu emang kaya Tom and Jerry."
Alera ikut terkekeh karenanya. "Lagi diusahain ini, Bang."
"Yaudah aku kedepan dulu, takutnya rumah bang Atta ancur sama mereka." ucap Alera lagi setelah mengambil tiga botol minuman dingin untuknya, Sindi, dan Eric.
"Iya."
....
"Lo pulang sama gue, Ra?"
"Gak usah, Rumah kita beda arah, Ric."
Eric memutar bola mata jengah.
"Kayak sama siapa aja sih, lo!"
"Gue ga-"
"Alera pulang sama abang gue," ucap Sindi memotong pembicaraan keduanya.
"Bang Atta udah pulang?" tanya Eric.
"Yaudahlah, masa iya belum pulang gue suruh nganterin Alera," jawab Sindi nyolot.
Eric mendelik, "Biasa aja kali, ngegas amat!"
"Udah-udah, berantem terus heran. Keburu malem nih." Alera menengahi.
Sindi mengagguk setuju.
"Bang Attaaa!!" teriak Sindi keras.
"Bangg!"
Dari arah tangga Atta muncul dengan raut tidak bersahabatnya.
"Ngapain sih Dek teriak-teriak, hah?" tanya Atta kesal.
Sindi cengengesan ditempatnya. "Maaf bang! Ini Alera minta dianterin pulang katanya." sontak Alera membelalakan mata mendengar ucapan Sindi.
Alera menginjak kaki Sindi pelan lalu berbisik, "Sin, goblok lu! tadi kan lu yang nawarin, kok malah ngomong gue yang minta sih."
"udah gak papa." balas Sindi tenang.
"Kok malah jadi bisik-bisikkan sih?" Eric bertanya kesal.
"Lo pulang aja gih! Alera kan udah sama Abang gue," balas Sindi.
"Yaudah gue pulang."
"Hati-hati, Ric!" ucap Alera yang dibalas dengan anggukan kecil oleh Eric.
"Gue ambil jaket sama kunci motor dulu." ucap Atta berlalu menuju kamarnya.
"Sin, lo mah malu-maluin ih," ucap Alera setelah kepergian Atta.
"Gak papa, Alera. Lo tinggal duduk manis aja di jok belakang motor abang gue." ucap Sindi lalu terbahak setelahnya.
"Sialan, Lo!"
"Ayo, Ra!" Atta tiba-tiba sudah berada dibelakang mereka.
"Eh, iya bang."
"Bye, Sin!" Alera segera menyusul Atta yang sudah keluar lebih dulu.
"Hati-hati, Alera!" teriak Sindi.
Atta menyerahkan satu helm lainnya pada Alera.
"Gak papa emangnya Ra, pake motor?"
"Gak papa kok, bang!"
"Yaudah, pegangan!"
Alera dengan ragu melingkarkan kedua lengannya di pinggang Atta.
Sepanjang perjalanan hanya suara kendaraan lain yang menyertai mereka. Tidak ada dari keduanya yang berniat membuka pembicaraan. Keduannya hanya menikmati pemandangan langit malam sambil bernostalgia bersama masa lalu.
"Makasing, bang. Masuk dulu ya!" ucap Alera setelah sampai di depan rumahnya sembari menyerahkan helm itu kepada pemiliknya.
"Gak usah, udah malem banget. Salam aja sama Bang Dimas dan Mbak Denara."
"Iya, nanti disampein."
"Yaudah gue duluan ya, Ra!"
Alera mengangguk."Hati-hati, bang." setelahnya Alera segera masuk kedalam rumahnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
dissent
DiversosAlera Sinka, Gadis cantik yang selalu salah memilih cinta. Beberapa kali hampir diusir oleh keluarganya akibat ulahnya sendiri, yang sebenarnya tidak ia sengaja. Diumur 17 tahun, Alera sudah mengalami : - Jatuh cinta pada duda - Jatuh cinta pada sua...