Part 11

149 7 0
                                    


"Terimakasih, sudah ada disaat aku sedih,"

>>><<<

Langkah ku berhenti saat aku tiba di tempat ternyaman ku saat di sekolah. Ya, tidak lain, adalah taman belakang sekolah. Tempat ku biasanya menghabiskan waktu. Dan juga tempat pelarian terbaik dari semua orang yang ingin membully ku.

Angin berhembus dengan pelan, daun daun nya mulai berguguran diatas kepalaku. Seolah ikut merasakan apa yang aku rasakan. Sedetik kemudian, aku mendongak. Air mataku masih berjatuhan.

Kalian mungkin mengira aku terlalu lemah ataupun terlalu berlebihan? Sebut saja seperti itu. Tapi sesungguhnya, saat ini aku sangat sedih sekaligus khawatir. Melihat kak arfan yang mengerikan seperti itu, membuatku tak habis pikir. Kenapa kak arfan harus berkelahi, lagi?

"Princess, I am sorry."

Kenangan itu kembali terlintas di pikiranku. Saat kak arfan tiba-tiba datang dengan wajah yang babak belur.

Ah,

Cukup.

Kepalaku pusing memikirkan masa lalu yang belum sepenuhnya terhapus dari pikiranku. Tidak, aku tidak ingin mengingatnya kembali.

Aku kembali menunduk dan meremas rok ku. Namun, sebuah sentuhan di atas rambut ku membuat ku menoleh. Rico, lelaki itu tersenyum manis seraya membelai rambutku dengan pelan.

"It's okey. Kamu bisa menangis sepuasmu." Kata Rico sambil menarik ku ke dalam dekapan hangatnya.

Air mataku kian meluruh. Aku tak bisa menghentikan air mataku yang terus berjatuhan. Entah mengapa, tapi perkataan Rico membuat ku ingin menumpahkan perasaan ku saat ini. Padahal sebenarnya, aku tidak ingin terlihat cengeng di hadapan Rico.

Rico mengusap rambutku mencoba untuk menenangkan ku. Dan sungguh, perlakuannya membuat ku merasa begitu nyaman. Rico kembali menjadi satu-satunya lelaki selain ayah dan kak arfan yang membuat ku betah di pelukannya.

Beberapa menit kami betah dengan posisi nyaman itu. hingga, Aku memundurkan kepalaku dengan perlahan. Sejujurnya, aku merasa tidak enak pada Rico. Lihat saja, bajunya menjadi sedikit basah karena air mataku.

Rico kembali tersenyum saat mata kami saling memandang.

"Maaf Rico. Aku sudah menyusahkanmu lagi. Dan juga, seragammu jadi basah karna air mataku." Sesalku lewat tulisan yang kuberikan padanya.

Aku menunduk, menunggu respon dari Rico.

Beberapa detik berlalu. Rico mengangkat wajahku dengan jarinya. Hingga aku bisa menatap bola mata nya yang begitu menenangkan. Aku terenyuh.

Rico menangkup pipiku, lalu Menghapus jejak air mata yang belum mengering dari wajahku. Kembali, aku terpaku menatapnya. Rico membuat jantungku berdebar-debar karena perlakuan manisnya itu. Sungguh, Apa aku boleh merasakan hal manis ini?

"Jangan menangis lagi. Aku gak suka melihat buliran air mata yang seenaknya jatuh dari mata Indah mu itu." Ucapnya seraya menarik kedua sudut bibirnya.

Rico. Aku tidak tahu. Tapi hati ku menghangat mendengar ucapannya itu. Apalagi, panggilan aku-kamu yang ku dengar darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Of Si BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang