Part 5

195 22 0
                                    


Budidayakan vote sebelum baca:) #Terimakasih❤

•••

Deru motor kak arfan berhenti saat kami sudah berada di depan rumah.

Kak arfan membantu ku turun dari motornya, setelah kakiku menginjak tanah aku memberikan kembali helm ku padanya.

"Masuk duluan, nanti kakak nyusul." Titah kak arfan.

Aku mengangguk dan berjalan mendahului kak arfan. Kubuka pintu rumah dan memasukinya dengan cepat. Saat ini, aku mencari keberadaan bunda ku, mungkin bunda sedang memasak. Jadi aku memutuskan untuk ke dapur. Kaki pendek ku menyusuri rumah kami dan saat sudah berada di dapur, aku bisa melihat bunda ku yang tengah memakai celemek kesukaannya itu sembari memotong bawang dengan lihai.

Aku ingin sekali seperti bunda, menjadi wanita yang penuh Kasih sayang dan bisa mengurus keluarganya dengan baik. Huh, semoga saja!

Sepertinya keberadaan ku sudah disadari oleh bunda, karena saat ini dia sedang tersenyum hangat padaku. Dia mematikan kompor yang menyala terlebih dahulu sebelum menemuiku.

"Sayang, kamu udah pulang." Ucap bunda ku.

Aku mengangguk dan tersenyum.Dan segera aku mengecup punggung tangan bunda tersayang ku ini. Ritual yang selalu ku lakukan jika aku sudah pulang dari sekolah.

"Kak arfan dimana?" Tanya bunda.

Belum sempat aku menjawab, suara familiar kak arfan sudah menggelegar mendekati kami.

"Nyariin aku ya? Iya dong, orang Ganteng mah selalu dicariin." Sahut nya dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Inilah sifat kak arfan yang ku tahu, hangat! Bukan seperti yang semua orang ceritakan.

"Kamu PD banget sih, Fan" Ucap bunda sembari tertawa pelan.

"Emang ganteng, Bun." ujar kak arfan tak mau kalah.

"Iyadeh, Anak bunda emang ganteng dan cantik. Siapa dulu dong bundanya?" Goda bunda.

Aku tertawa pelan mendengar ucapan bunda, perdebatan konyol seperti ini adalah kegiatan sehari-hari kami.

"Bunda arin dong." Ucap kak arfan girang.

Aku memeluk bunda dengan erat, Yah memang bunda yang paling terbaik buatku.

Seperti tak ingin kalah, kak arfan juga ikut memeluk kami.

"Eh, Kenapa ini berpelukan? Ayah gak di ajak nih?" Tanya ayah dengan wajah yang dibuat sedih.

Suara ayah sontak membuat kami menoleh kearahnya.

"Di ajak dong, Yah" Ucap kak arfan kemudian beralih memeluk ayah diikuti aku dan bunda.

Huh, aku sangat bahagia dengan keluarga kami saat ini, walaupun ayah tak bisa memberikan semua barang mewah padaku tapi Kasih sayang nya sudah memenuhi keinginan ku.

"Udah deh pelukan nya. Kita udah kayak Teletubbies." Canda ayah sembari tertawa.

"Ayah kok cepat pulang?" Tanya kak arfan setelah pelukan kami terlepas.

Ayah menoleh dan tersenyum. "Kebetulan urusan di cafe kita udah selesai." jawab ayah.

Kak arfan mengangguk mengerti.

Kami memiliki cafe sebagai pencarian keluarga. Cuma dari sana pendapatan ayah.

"Yaudah, sekarang shila sama arfan mandi terus makan." Suruh bunda.

Aku mengangguk, dan berjalan ke arah kamar ku diikuti kak arfan dari belakang, karena memang kamar ku berada tepat disamping kamar kak arfan.

"Ingat, Mandi terus turun makan." Ucap kak arfan.

Aku mengangguk dan memasuki kamar ku. Seperti yang diperintahkan, aku segera mengambil baju ganti ku dan memasuki kamar mandi untuk membasuh tubuh ku yang penat.

Setelah beberapa menit, aku keluar dengan memakai baju santai ku.

Kemudian aku turun untuk makan, setelah selesai aku kembali ke kamar membaca novel ku.

•••

Air hujan berjatuhan membasahi tanah dan Hitam menghiasi langit.

Saat ini, aku duduk di meja belajarku yang berhadapan dengan jendela kamar ku sehingga membuatku leluasa memandang keluar.

Aku ingin seperti hujan, Dia kuat karena dia selalu jatuh tapi tetap ada.

Aku ingin walau semua orang membully ku, aku masih kuat tak terusik dengan itu. Menjadi lebih sabar, menunggu kebahagiaan yang akan datang.

Aku kembali mengerjakan tugas ku ditemani suara gemericik air hujan.

Setelah selesai, aku menghambur ke kasur empuk miliku. Kepala ku mendongak menatap langit-langit kamar ku yang berhiasi taburan bintan buatan.

Aku tertawa kecil mengingat saat itu, saat aku meminta kak arfan membuatkan nya untuk ku. Dan tak ku kira dalam satu hari itu,  langit-langit kamar ku sudah seperti ini. Kak arfan mengerjakannya dengan cepat, dia tidak membantah padahal aku hanya bercanda walau memang aku ingin. Hehe!

Aku bangkit dari kasurku, mengambil Diary kesayanganku dari atas nakas.

Seperti biasa, aku akan menceritakan kisah ku setiap malam, karena memang aku butuh ini, butuh tempat mengadu.

Jakarta, 16 April 2018

Dear Diary,

Hari ini, hari yang melelahkan. Karena kau pasti tahu kehidupan sehari-hari ku. Yah benar, di bully. Dan orang yang membully ku tetap sama, Yaitu kak Leo Damar yang seperti biasanya. Tapi kali ini sakit hatiku dua kali lipat, karena dia mengatakan aku juga buta. Padahal aku terjatuh karena ulahnya. Bukankah itu menyakitkan? Tapi harapan ku masih sama, Aku berharap semoga mereka akan berhenti menjahiliku atau mengejek ku. Semoga! Dan jika berbicara tentang kak arfan, bunda dan ayah. Aku sangat menyayangi mereka. Mungkin jika di sekolah aku merasa sedih tapi saat di rumah aku merasa bahagia karena kehadiran mereka. Mereka memang the best family❤

-Ashila Elietta-

Aku tersenyum melihat diary yang kutulis saat ini. Setelah selesai aku menutup diary ku dan menaruhnya kembali di atas nakas. Dan tak lama, aku menutup mataku dan tenggelam dalam mimpi.






Diary Of Si BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang