Part 3

240 23 4
                                    

"Kamu darimana aja shil?" Tanya andin yang berada disampingku.

Aku menoleh dan tersenyum padanya. Aku tahu, dia pasti khawatir karena aku baru kembali ke kelas saat bel istirahat sudah berbunyi.

"Shila." Panggil nya kembali.

Dengan cepat, aku menulis di note kecil ku karena aku tak ingin dia kesal tapi saat ini aku ingin menggodanya.

"Aku disini kok, Disamping kamu. Emang kamu gak lihat?" Itulah yang kutuliskan di note itu dan langsung kuberikan padanya.

Aku tertawa pelan saat melihat wajah kesal nya saat membaca tulisanku.

"Aku serius shil, kamu jangan becanda deh." Kata andin.

Tak ingin menambah raut kesal di wajah cantik sahabatku itu, aku segera menulis tentang kejadian tadi yang menimpaku.

"Tadi, saat aku mau ke kelas. Aku ketemu sama kak leo, dia cegat aku. Dan yah kamu tahu gimana selanjutnya. Aku di jahilin lagi sama dia dan akhirnya aku jatuh ke lantai. Dan yang bikin aku sakit hati itu, kak leo bilang aku buta karena aku gak liat sampe jatuh gitu, padahal dia yang buat aku jatuh."

Kulihat, ekspresi cemas menghiasi wajahnya saat membaca itu.

"Terus kamu gak papa?" Tanya andin khawatir.

Aku tersenyum dan menggeleng menandakan aku tidak apa-apa. Yah memang, kelakuan kak leo udah keterlaluan tapi aku bisa apa untuk melawannya?

Kulihat, Andin menghela nafas lega saat membaca jawabanku.

"Terus kenapa kamu gak langsung balik?" Tanya Andin kembali.

Mendengar pertanyaan itu, aku hanya bisa nyengir padanya dan langsung menuliskan alasanku.

"Aku malas masuk, mood ku hancur karena kak Leo. Jadi aku milih baca novel yang dibeliin kak arfan di Taman belakang"

Yah, memang aku memilih bolos tadi karena memang suasana hatiku yang tidak baik dan ucapan kak Leo yang mengiris hatiku.

"Aku udah khawatir loh kamu kenapa-napa. Eh tau nya malah baca novel dengan tenang." Gerutu andin.

Aku tersenyum kembali padanya dan menangkupkan kedua tangan ku menjadi satu ke hadapannya seperti meminta maaf.

Dan sekarang, ku lihat andin menghela nafas pelan lalu tersenyum padaku.

"Emang yah, aku gak pernah bisa marah sama kamu. Tapi sekali lagi jangan kayak gitu yah, kamu harus kabarin aku kalo ada apa-apa." Ucap andin lembut.

Aku mengangguk dengan cepat mendengar ucapannya. Memang, andin adalah sahabat sejatiku. Saat semua orang menjauh karena kekurangan ku, andin malah mendekat tidak peduli dengan keadaan ku saat ini.

"Yaudah, kita ke kantin yuk. Aku lapar." Ringis andin yang kujawab dengan anggukan.

Kami beranjak dari tempat duduk kami dan segera berlalu keluar dari kelas menuju kantin.

Saat berada di kantin. kami duduk di meja kosong yang berada disebelah meja pojok disana.

"Kamu pengen mesan kayak biasa kan shil?" Tanya andin.

Andin pergi memesan setelah aku mengangguk menyetujui.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya andin datang juga dengan pesanan mereka ditangannya. Dan itu membuat aku sontak menghela nafas lega karena sedari tadi aku hanya menunduk tak ingin menatap sekeliling ku.

"Pesanan datang." Ucap andin riang.

Aku tersenyum dan kami mulai melahap pesanan kami.

Tapi tiba-tiba Nina dan antek-anteknya, kakak kelas yang juga sering mem-bully ku itu mendatangi meja kami.

"Ehh Guys, ada si bisu disini." sindi Nina dengan gaya angkuh nya.

Dia menyilangkan kedua tangannya di dada dengan dagu yang dinaikkan.

"Duh, si bisu kok disini ya? Mau makan? Emang bisa?" Ejek Leni, teman nina.

"Coba ngomong dong? Gue pengen denger" Sahut riska dengan tawa sinisnya.

Mendengar ejekan mereka, kepalaku spontan menunduk. Aku takut sekarang.

"Mending lo semua pergi daripada gue masukin tuh saos ke mulut sampah kalian." Gertak andin tak terima sembari berdiri menantang Nina.

"Lo berani sama gue?" Tantang nina.

"Berani lah emang nya lo siapa hah?"

Dan sekarang, seisi kantin tengah menatap ke arah kami membuat aku semakin menunduk dan menahan tangan andin.

"Lo itu masih junior, seharusnya lo lebih sopan sama gue." Gertak nina.

Andin menatap tajam nina dan tertawa sinis.

"Gue? Gue sopan sama lo? Gak penting tau gak." Balas andin.

Nina sudah tidak terima, dia maju ingin memulai menjambak andin tapi langsung ditahan oleh antek-antek nya.

"Lo gak boleh kasar, Nin. Inget, disana ada rico. Lo harus jaga imeg jadi cewek lembut." Bisik Leni mengingatkan.

Nina menggertakkan gigi nya. Kemudian menghela nafas kasar dan menatap andin yang masih tidak takut.

"Kali ini, kalian selamat. Awas aja nanti." Desis Nina kemudian berlalu meninggalkan kami berdua.

Aku menepuk pundak andin pelan membuat dia menoleh dan bisa ku lihat wajahnya masih terlihat marah. Dan dengan cepat ku tarik tangannya untuk kembali duduk.

"Emang yah tuh si nenek lampir. Gak bisa gak nyarik masalah, pengen gue cekik tuh leher nya." Gerutu andin.

Aku tertawa pelan mendengar gerutuan andin, jika bisa aku juga ingin melakukannya tapi itu sangat tidak mungkin. Menatap mata tajam nina saja sudah membuat ku ciut apalagi membalasnya. Huh, dasar shila pengecut! Rutukku dalam hati.

Tak ingin memikirkan yang lain, aku mengambil note kecil ku dari saku dan jemari ku menari-nari disana. Setelah selesai, aku memberikannya pada andin.

"Udah Din, jangan di pikirin lagi. Gue gak papa kok. Mending kita makan lagi?"

Kulihat, dia menghela nafas pelan dan tersenyum tipis.

Andin selalu membela ku saat semua orang mem-bully ku. Untunglah aku punya andin yang selalu ada saat aku membutuhkannya.

------------------------------------------------------

Haii:) Maaf update nya lama:'( Jangan lupa vote+Coment ya:)

#Terimakasih❤

Diary Of Si BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang