Part 9

148 10 1
                                    


#HappyReading~~

>>><<<

"Aku percaya dengan hadirnya,"

>>><<<

Setelah kepulangan rico beberapa menit yang lalu, aku beranjak masuk ke dalam kamar. Melangkah mendekati meja belajar di dekat jendela. Kemudian, beralih duduk didepan tumpukan buku yang berserakan di atas meja. Menggeleng sebentar melihat keadaan meja belajarku yang berantakan. Memang terkadang aku malas merapikan setelah membaca. Dan itu salah satu kebiasaan buruk ku.

Tanganku mulai mendorong beberapa buku tebal itu, lalu mengambil diary kesayanganku dari balik buku dan membuka lembaran dengan lembut, seolah takut diary ku akan rusak jika dibuka dengan kasar.

Jakarta, 26 april 2019

Dear diary,

Kau tahu apa yang kualami? Aku bertemu dengan orang baru. Herico potter, Nama teman lelaki pertamaku. Kami bertemu di belakang sekolah beberapa hari yang lalu. Awalnya, kupikir dia akan membully ku seperti yang lainnya. Namun, aku salah. Rico adalah orang yang baik dan ramah. Bahkan kami sudah cukup akrab walaupun hanya berbincang beberapa kali. Kukira, tidak akan ada yang mau berteman dengan ku selain andin. Jadi aku sangat bahagia saat rico mengklaim ku sebagai temannya, walau dia tahu, kalau aku itu bisu.

Kembali berbicara tentang Rico, aku sedikit cemas. Kau tahu? Tadi Rico mengantarku pulang. Aku sangat senang untuk itu, Namun... Aku tidak tahu, kalau bunda melihat kami dan malah mengajak Rico bergabung untuk makan bersama. Dan karena hal itu, Rico jadi tahu, kalau kak arfan adalah kakak ku. Rico jadi orang pertama yang mengetahui hal itu. Bahkan andin saja tidak kuberitahu. Diary, jujur saja ada sedikit kekhawatiran di hatiku akan hal itu. Lantas aku harus bagaimana?

--Ashila Elietta--

Tok.. Tok...

Ketukan pintu itu terdengar sedetik setelah aku menyelesaikan tulisanku di diary.

"Dek,"

"Shil, Shila."

"Princess, Kakak mau ngomong,"

Aku tersentak dan segera menaruh diary ku di dalam laci. Tanpa berlama, aku segera berjalan menuju pintu kamar. Wajah cemas kak arfan terpampang saat pintu sudah kubuka dengan lebar.

Aku tidak tahu sampai kak arfan mulai membuka mulutnya.

"Kakak mau ngomong sesuatu, yuk sini."

Aku mengekori kak arfan dari belakang, hingga sampai di sofa panjang. Kak arfan menepuk sebelahnya, seolah menyuruhku duduk disana. Mengerti akan hal itu, akupun mendaratkan bokong ku disana.

Aku menaikkan sebelah alis ku, membuat tanda pertanyaan 'kenapa' pada kak arfan. Sedangkan kak arfan, lelaki itu masih membungkam mulutnya beberapa menit. Hingga membuatku semakin penasaran.

Banyak tebakan muncul di kepalaku. Apa kak arfan tidak suka aku berteman dengan rico? Atau apa kak aku arfan marah karena membawa rico ke rumah? Atau yang paling parah, Apa kak arfan marah karena rico bisa membeberkan kenyataan bahwa kak arfan adalah kakak ku? Oh astaga, aku tidak bisa memikirkannya lebih lanjut.

Diary Of Si BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang