21. Mendadak Kangen

29.6K 2K 126
                                    

Mengubah sifat seseorang itu sulit, tapi bukan berarti tak mungkin. Kamu bisa melakukannya dengan membuatnya jatuh cinta.

Nggak percaya?
Baca sendiri deh ceritanya Fikar yang lagi jatuh cinta.

------

Warning!
Siapin plastik, mana tau pengen muntah saking gombalnya. Haha.

------

Mobil baru saja meninggalkan rumah bapak ibu, sosok Lila bahkan masih tertangkap di kaca, tapi Nara sudah memulai curhatnya. Sesuatu yang telah dia pendam sejak kemarin sore. Pikirnya mumpung cuma berdua saja, Luli bawa motor sendiri karena akan ada kegiatan sepulang dari kampus.

"Mas, eh, emm, anu, s-sebenernya saya b-belum siap pake jilbab."

"So?"

"Kemarin kan saya terpaksa."

"Terpaksa? Nggak ada yang maksa kamu kan, Na? Lila cuma menolakmu saja, kalaupun kamu nggak mau pakai jilbab juga nggak pa-pa? Paling resikonya kamu sakit hati, atau sedih karena Lila nggak mau sama kamu. Aku pun sama, nggak memaksa."

"Ya tapi justru itu yang saya takutkan, Mas. Saya nggak mau itu kejadian lagi. Saya nggak mau Lila nolak saya kaya kemarin. Rasanya nyesek gitu."

"Oh. Kamu takut ditolak Lila kaya kemarin? Tapi kamu nggak kelihatan takut ditolak sama Allah, Na?" Nara tersenyum kecut.

"Na, masuknya kita ke surga itu semata karena rahmat Allah. Tapi itu bukan berarti amalan kita nggak punya nilai di hadapan-Nya. Manusia itu tempatnya salah, tempatnya ketidaksempurnaan, termasuk amalan-amalan kita yang hampir pasti tak ada yang sempurna.

"Allah membuat banyak ketentuan, juga larangan, tentunya bukan tanpa tujuan, Na. Salah satu tujuannya adalah untuk nge-test kita. Mau nggak bersusah payah memenuhi perintahnya, bisa nggak menahan diri untuk menjauhi larangannya, pantas nggak semua yang sudah kita usahakan itu untuk diganjar dengan rahmat-Nya.

"Rahmat itu bisa diartikan sebagai kasih sayang, karunia, pemberian karena kecintaan, dan semacamnya, Na. Kalau melakukan perintahnya dan menjauhi larangannya saja kita males-malesan, mau enaknya sendiri, masa iya kita berani kepedean dan merasa pantas disayang Allah? Mau berharap rahmat tapi cuek sama Sang Pemberi Rahmat. Yang ada kita malu, Na.

"Allah itu Maha Sayang, tapi bukan berarti kita yang disayang terus boleh semaunya kan, Na?

"Ini bisa dimisalkan seperti dosen dengan mahasiswanya, Na. Kadang nilai bagus bukan diberikan hanya karena dia pintar, rajin mengumpulkan tugas, dan sebagainya yang berkaitan dengan akademis. Tapi juga dari attitude, kebiasaan-kebiasaan, keaktifan, dan sebagainya. Kalau dia pintar tapi pembangkang, adabnya kurang baik, suka telat, ya malas juga kasih nilai sempurna, Na. Sebaliknya, meski anaknya nggak pintar-pintar amat, tapi sopan, nggak pernah telat, tugas juga selalu dikumpulkan tepat waktu walaupun hasilnya jauh dari istimewa, tetap saja jadi pertimbangan khusus."

"Pasti ada mahasiswinya Mas yang kaya gitu ya? Nggak istimewa tapi sopan, murah senyum sama Mas, rajin nanya-nanya, nggaknpernah telat karena sayang kalo ngelewatin dosen yang killer tapi tetep jadi favoritnya, trus yang kaya gini dikasih keistimewaan. Yaaa bagus lah."

"Nggak usah cemburu juga kali, Na. Sudah jadi tugas kami untuk mendidik generasi yang bukan cuma menomorsatukan akademis, tapi juga attitude."

"Huh, siapa juga yang cemburu?!"

"Sudah, nggak usah mengalihkan topik. Ditolak Lila nyesek, nggak memenuhi ketentuan dosen khawatir, tapi sama ketentuan Allah ..., "

"Iya deh iya. Udah ah nggak usah ceramah, aku kan bukan mahasiswinya Mas."

Mendadak Mama (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang