(Bukan) Extra Part

40.9K 700 182
                                    

Hai hai hai, ketemu lagi sama emaknya Fikar-Nara. Eh, by the way, ini bukan ekstra part ya, cuma curhat part. Haha.

Kenapa sih pakai curhat part segala? Emm, ya karena pengen cerita aja sih, tentang jatuh bangunnya pas nulis Mendadak Mama ini. Juga menjawab beberapa pertanyaan dari teman-teman tentang cerita ini dan saya. Eaaa.

Halah, panjang amat, intinya mah ya pengen curhat. Hehe. Baiklah, langsung saja kita mulai ya.

1. Ide/inspirasi cerita ini dari mana?
Sebenarnya idenya udah dari lama, tepatnya awal Oktober tahun lalu. Saya masih ingat banget sampai tanggal-tanggalnya, karena catatan pertama pas si idenya lewat masih ada di notes hp saya.

Tapi yang akhirnya saya tulis dulu malah Bukan Marbot Biasa, yang idenya baru datang dua bulan kemudian. (kapan-kapan deh kalau BMB udah kelar saya ceritain juga behind the story-nya).

Pas nulis BMB itu saya hampir selesai mengikuti kelas parenting nabawiyyah. Idenya berawal dari QS. Ali Imran: 35, saya jadi kepikiran buat nulis tentang kehidupan berkeluarga tapi dengan bahasa yang ringan dan santai.

Akhirnya pas ada event menulis, terus memutuskan untuk mengembangkan ide awal Mendadak Mama, saya memilih untuk mengangkat tema yang sama dengan BMB.

2. Gimana ngembangin idenya sampai bisa jadi tulisan Mendadak Mama?
Seperti yang saya tulis di profil wattpad saya, "Menulis untuk bahagia. Berharap bisa berbagi manfaat lewat tulisan dan cerita", begitulah ide-ide saya kemudian berkembang.

Pertama, kenapa saya menulis? Karena dengan menulis, saya merasa happy. Dan saya pengen berbagi pengalaman yang pernah saya dapatkan, pesan-pesan yang pernah mampir di kehidupan saya, juga beberapa pemikiran/pendapat saya.

Kalau saya bicara sebagai diri saya, orang akan bilang, "Siape elo?". Ustadzah bukan, seleb bukan, influencer bukan, siapa yang mau dengerin kata-kata saya coba? Hehe..

Kalau saya sampaikan lewat tulisan semacam ini, saya bisa meminjam sosok Fikar, Nara, ibunya Fikar, bahkan Lila, untuk menyampaikan pesannya. Ya paling enggak ada harapan untuk dibaca oleh teman-teman yang suka berselancar di wattpad begini. Syukur-syukur tersampaikan juga pesannya.

Kedua, gimana saya menulis?
Saya biasa memulai dari satu premis. Satu ide umum lah. Selebihnya ngalir. Ada sih outline, tapi sederhana banget, dab seringnya pas nulis malah nggak sesuai dengan itu. Ya paling kalau ada ide apa, langsung saya tulis di notes, buat semacam panduan untuk dimasukkan di part mana. Ada ide untuk masukkan pesan apa, langsung tulis. Kayanya lucu nih kalau si ini bilang begini, tulis, dst. Tapi kebiasaan buruk saya memang nggak pernah nabung draft. Makanya nggak mampu kalau diminta double up. Wkwk..

Eh, tapi kebiasaan nggak nabung draft itu ada hikmahnya juga sih. Jadi idenya tuh suka mengalir aja setelah nulis part sebelumnya (yang akhirnya bikin outline tadi menjadi out of line alias keluar garis. Hehe).

Di Mendadak Mama ini, memang banyak banget cerita yang muncul dadakan. Kaya si Fikar yang anak band, terus dia yang merasa yakin dirinya mengidap Narcissistic Personality Disorder. Tentang Mika yang tiba-tiba muncul dan ternyata ada hubungannya sama Dini. Dan banyak lagi, namanya juga spontan. Hehe.

Puncaknya saat mendadak terlintas ide liar (halah) di detik-detik terakhir tentang Iqbal sama Luli. Haha... Iya, kepikiran tentang mereka tuh memang baru pas nulis -mungkin- di tiga part terakhir.

Yang paling menantang tuh part yang saya tulis selama Ramadhan. Wah itu bener-bener deh saya bikinnya disambung-sambungin gimana biar nyambung. Haha. Soalnya tadinya saya memang berniat off selama Ramadhan, qodarullah banyak teman pembaca yang bilang "jangan dong, Kak".

Mendadak Mama (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang