CHAPTER 37

512 37 4
                                    

Berada di keramaian, tetapi tetap merasa sepi. Sedangkan sendiri, isi kepala selalu ikut bersahutan.

____________

'Antar Kara ke Nusa Penida sore ini ya? '

Benaya menggeleng beberapa kali, dia merasa sangat terganggu dengan bayangan suara Kinara yang meminta untuk menemaninya pergi. Dia tidak bisa mengatakan 'iya' dan menuruti kemauan Kinara begitu saja.

Hal buruk selalu datang tak terduga, hal baik yang ternyata buruk adalah suatu kebetulan tak terduga yang sangat membinasakan.

Siang ini mereka berdua keluar dari pintu hotel kapsul, proses checkout dan segala macam tentang itu telah Benaya selesaikan. Benaya mengajak Kinara berkeliling untuk menghabiskan waktu. Melewatkan waktu sore yang Kinara nanti merupakan hal baik untuk diri Kinara sendiri.

Tanpa tujuan Kinara berteduh, tubuhnya memanas karena paparan sinar matahari. Tangannya mengadah keatas, memberi bayangan untuk wajahnya agar tidak ikut menghangat.

"Kara kesini bukan untuk merubah warna kulit loh Ben! "

"Tempat yang cocok untuk melihat keindahan senja, ya, disini Ra. "

"Tapi nggak harus panas-panasan juga. Kita bisa pergi ke dermaga fast boat di pantai Sanur, letaknya nggak jauh kok! Kara tau jalan. Kata google, untuk menyebrang ke Nusa Penida cuma membutuhkan waktu 40 menit dan bisa lebih singkat dari waktu perkiraan kalau nahkodanya mau ngebut. Pokoknya nggak selama kita muter-muter nggak jelas kayak gini, deehh! Kara rasa matahari tenggelam bakalan terlihat indah kalo kita ke sana, "

"Percuma Ra! Saat lo udah sampai disana, mataharinya udah nggak ada! Udah tenggelam. "

"Kara nggak masalah ketinggalan waktu itu,  waktu Kara untuk meloncat dari tebing dinausaurus masih cukup dan belum terlambat! Benaa! " kepala Benaya terangkat, sempat ia ternganga sebentar, lalu kembali membalas dengan gelengan kepala, membuat Kinara langsung tertunduk.

Permintaan Kinara sudah dengan pasti tidak akan Benaya iya-kan. Meskipun Kinara memohon dengan mimik yang begitu menyedihkan. Benaya akan tetap pada jawabannya, yaitu tidak.

Benaya sudah menduga bahwa Kinara akan membahas soal permintaan itu, mungkin jawaban diam adalah kata yang cocok untuk menolak. Namun nyatanya Benaya tidak cukup untuk diam. Karena, Kinara terus memintanya agar tetap pergi.

Harapan Benaya, Kinara bisa membaca isi kepalanya dan berhenti memikirkan bahwa laut adalah tempat yang indah untuk mengakhiri hidup.

Demi neptunus, ucapan Kinara yang ingin mengakhiri hidupnya di Navagio sangat membuat Benaya berpikir dua kali lipat dalam memahami arti takjub Kinara terhadap laut. Ditambah, dengan ucapan Kinara yang ingin melompat dari tebing dinausaurus. Serangan panik dan takut sudah pasti menjadi bagian dari kegelisahannya.

Waktu semakin sore, langit jingga mulai muncul dari ufuk barat. Burung-burung bersama kawanannya pulang ke tempat tinggalnya. Isi kepala Benaya yang di penuhi dengan nama Kinara membuat Benaya tidak tenang. Berbeda dengan Kinara, yang isi kepalanya hanya memikirkan cara untuk bisa pulang.

Tinggal menunggu 4 jam keberangkatan menuju ke Jakarta. Kinara masih terdiam. Benaya pikir, gadis itu marah kepadanya.

Tapi itu tidak menjadi masalah. Masalah yang sebenarnya ada, terletak saat Benaya membiarkan Kinara pergi ke tempat yang disebut mimpi olehnya. Mimpi buruk yang akan Benaya ingat jika dia sampai mau mengabulkannya.

Memang terdengar baru, Kinara tidak menceritakan keanehan dalam hidup nya akhir-akhir ini. Karena itu memang terasa tidak penting untuk ia bagi kepada Benaya.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang