~Happy reading~
°°°°°
"Hai! Kita bertemu lagi."
Bukannya jawaban yang didapat, justru ketidak acuhannya. Membuat Rebecca kesal.
"Eumm... Kita perkenalan aja gimana," ucap Rebecca, "nama gue Rebecca, dan lo orang yang udah cari masalah sama gue."
Cowok tersebut acuh tak acuh kepada Rebecca. Ia semakin jengkel sama laki-laki ini.
"Siapa nama lo?" Tanya Rebecca.
Lagi dan lagi cowok itu tidak menaruh kepeduliannya kepada Rebecca. Lantas dia meninggalkan Rebecca.
"Apa perlu gue sebutin nama lo?!" Cowok itu pergi menjauh dari Rebecca. Ia pun akhirnya mengejar cowok kurang ajar itu.
"Farel! Lo cowok pertama yang gak menjawab pertanyaan gue." Teriaknya.
"Harus banget saya jawab pertanyaan anda?" Akhirnya Farel membuka mulutnya.
"Hahaha.... Kaku banget bahasa lo!" Rebecca ketawa ngakak, membayangkan cowok ini pakai bahasa baku setiap kali ngobrol kepadanya.
Farel menatapnya tajam, ia pun melenggang pergi. Saat hendak pergi tangannya ditarik Rebecca.
"Apa lagi?" Tanyanya.
"Urusan kita belum selesai." Lalu Rebecca pergi meninggalkan Farel yang terlihat bodo amat.
Kalo bukan karena temannya yang mengganggu, ia tidak akan melepas cowok itu lagi.
"Argh! Sialan lo semua. Itu momen untuk bales dendam," kesal Rebecca kepada temannya.
"Becca, udah atuh jadi orang jangan pendendam." Felly kini menenangkan Rebecca.
"Gue gak dendam, cuman mau kasih pelajaran aja."
"Itu tadi lo bilang mau bales dendam Bec?" Tanya Abel.
"Abel gue hancurin muka lo nih ya."
"Ish Rebecca muka gue yang udah cantik and glowing ini masa jadi jelek. Enggak banget dah." Abel kini membanggakan muka glowingnya.
"Udah diam! Becca bayar buruan!" Ujar Tasya.
"Iyak mak iyak." Setelah membayar semua belanjaannya mereka pun pulan ke apartemen yang tidak jauh dari mall.
°°°°°
Rebecca memasuki kamarnya yang cukup luas, meskipun dia orang berada tetapi hidupnya tidak sesempurna yang orang lain pikirkan.
Apartemen ini milik keluarganya. Ia tidak tinggal bersama keluarganya sejak masuk SMP. Disaat itulah mereka bertemu Felly dan Tasya. Sedangkan, mereka mulai mengenal Abel ketika masuk SMA.
Saat memasuki SMA, Felly dan Tasya pindah ke apartemen Rebecca. Alasannya adalah orang tua Tasya yang sering berpergian ke luar negeri, dan orang tua Felly yang pindah rumah lebih jauh dari sekolahnya.
Sedangkan Abel sendiri memang sudah hidup sendiri sejak umur dua belas tahun, kedua orangtuanya yang sudah meninggal. Karena insiden kecelakaan saat orang tuanya pulang dari luar kota.
Saat hendak ke kamar mandi, sebuah notifikasi muncul di handphone Rebecca.
Sameone:
"Rebecca pulang kamu? Jangan gila!"
Begitulah isi pesan yang terkirim dari orang tersebut. Satu tetes air mata pun jatuh membasahi mukanya.
Ia mencoba kuat, tetapi tidak bisa. Karena sekuat-kuatnya orang, ia tetap ada sisi rapuhnya. Mencoba sadar dari kenyataan yang selalu menyalahkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Gift
Teen Fiction°°°°° Sebuah hadiah kecil yang mengingatkan kita pada masa lalu. °°°°° Ig: @indahz.ahra