Selamat membaca:)
🌼🌼🌼
"Semoga hasil gak mengkhianati proses ya, girls!"
"Aamiin!"
"Duh! Kok, gue jadi deg-degan kayak pas ketemu gebetan sih?"
"Ya Allah, hamba nadzar puasa tiga hari kalo tahun ini gak ngulang lagi!"
Berbagai ungkapan yang didominasi dari kaum hawa terdengar sejak memasuki gerbang bercat hitam ini. Pasalnya, moment yang paling dinanti oleh seluruh siswa kelas tiga sekolah menengah akhirnya tiba juga, yaitu pengumuman kelulusan. Ya, setelah mengikuti serangkaian ujian penentu kelulusan yang sangat melelahkan, inilah saat pengumumannya!
"Kalau mereka dinyatakan lulus, tentunya itu langkah awal bagi mereka untuk meraih cita-cita. Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi-kuliah, atau mungkin mereka memilih untuk langsung terjun ke dunia pekerjaan, membantu finansial keluarga yang pas-pasan."
"Tapi kalau anak perempuan tidak lulus, kebanyakan dari mereka biasanya akan segera dinikahkan oleh orangtuanya, kadang dengan laki-laki tua yang kaya-adat di desa saya sejak dulu. Istilahnya Luswin, lulus langsung kawin," ucap seorang guru dengan raut prihatin. "Harapan saya, semoga saja seluruh siswa kita termasuk opsi yang pertama. Minimal kerja dulu, jangan buru-buru nikah ya, Pak?"
"Aamiin. Iya, Bu."
Mesa memasuki gedung sekolahnya dengan perasaan harap-harap cemas. Jantungnya berdegup kencang kala mendengar dialog guru yang selama ini mengabdi. Jujur saja, Mesa takut kalau dirinya tidak lulus.
"Kalo gue gak lulus ... pulang-pulang udah tinggal nama, gue! Terus gimana kalo gue dikawinin sama pria tua yang perutnya buncit? Astaga, jangan sampe!" Mesa panik sendiri. "Amit-amit, ya Allah," ia sampai bergidik ngeri membayangkannya.
"Ah! Gue pasti lulus! Realistis aja, nama sekolah bakal tercoreng kalo ada muridnya yang gak lulus, Sa." Mesa mencoba menyemangati dirinya sendiri. Ia menghirup napas dalam-dalam.
Sebisa mungkin ia meyakinkan dirinya. Bahwa usahanya dalam belajar di akhir masa putih abu-abu tidak akan sia-sia. Bahwa libur ngedugem selama seminggunya tidak akan disesali. Oke. Mesa berjalan menuju papan mading yang dipenuhi oleh gerombolan siswa kelas tiga SMU.
"MESAAA!" Seorang gadis berlari ke arahnya, ia langsung memeluk Mesa penuh kehebohan.
Mesa diam saja dengan tingkah sahabatnya. Detik berikutnya, ia melepaskan pelukan sepihak itu. "Hei. Kenapa lo? Kerajingan tuyul?" tanya Mesa asal.
"Ih. Bukan, Sa!"
Mesa mengernyit. "Terus?"
"Gue lulus, Mesa! Yeaaay!"
"Waw! Selamat, Ren!" Mesa ikut senang.
"Thanks, Sa! Gue seneng banget sumpah!" Reni berjingkrak-jingkrak di depan Mesa.
Gadis ceria itu loncat-loncat seperti tupai yang baru saja dapat hadiah. Wajah imutnya menunjukkan rona penuh kegembiraan. "Ah, ayo! Lo juga mau lihat hasil pengumumannya 'kan?!"
"Tapi Ren?"
Giliran Reni yang mengernyit. "Kenapa, Sa?"
"Gue lulus gak ya?" ekspresi Mesa tampak ragu.
"Udah, tenang aja!"
"Tapi kalo gue gak lulus, gimana Ren ...." cicit Mesa.
"Eh, Sa! Gue yang semester terakhir ini alpanya 27 hari juga lulus! Alhamdulillah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Pelengkap Iman
SpiritualSpiritual - Romance - Teenlite "Satu hal yang paliiing gue sesali dalam hidup adalah bertemu dengan lo!" -Mesa Ayudia "Pertemuan yang diawali dosa, semoga akan berakhir bahagia." -Bian Givano Berawal dari kesalahan satu malam, Mesa-si gadis nakal, k...