PART 5

14 3 0
                                    

Rere terbangun bersama suara kicauan burung. Entah sejak kapan ia terlelap. Ia melihat keluar jendela, matahari masih bersembunyi di balik gunung.

Ia keluar menuju balkon, menghirup udara pagi sebanyak-banyaknya untuk memenuhi rongga dada dengan kesejukan. Masih ada sesak yang tersisa, setidaknya ini hari baru yang diharap lebih baik dari hari kemarin.

Gadis itu melihat burung terbang kesana kemari. Iri barangkali melihat kebebasan itu. Ia pun ingin terbang, pergi kesana kemari untuk menghilangkan laranya. Ia ingin berkicau dengan kesenangan hati. Dan ia ingin bersama yang di cinta, seperti burung itu.

Semuanya hanya keinginan, yang tentu saja tidak mungkin terealisasikan. Di pagi hari saja sudah penat, hidupnya pekat oleh kegelapan. Udara segar ini hanya tipuan, hatinya tetap sakit, jiwanya tetap terluka, meronta-ronta meminta pembebasan.

Masih asik melihat burung, tiba-tiba semuanya memburam, lambat laun menjadi gelap, ia pun limbung, jatuh tak sadarkan diri.

♡♡♡

Ia membuka matanya perlahan, kornea matanya sedang menyesuaikan cahaya. Yang pertama ia sadari adalah putih, ruangan putih, bukan kamarnya.

Ia mengedarkan pandangan, melihat ada seorang yang mengalungkan stetoskop pada lehernya, juga perempuan memakai pakaian putih dengan topi khasnya. Dia berada di rumah sakit, tapi kenapa ? Sejak kapan ?

Dokter itu memeriksa dirinya, sedangkan orang yang di sampingnya mencatat. Matanya mengabur, ia kembali kehilangan kesadarannya.

♡♡♡

"Hemoglobinnya rendah sekali, tekanan darahnya pun kurang, dia harus segera mendapat transfusi darah. Sayangnya stok darah yang sama dengan darah anak bapak dan ibu sedang kosong, kami telah menghubungi PMII tapi disana pun tidak ada" ujar wanita berambut sebahu yang memakai jas berwarna putih lengkap dengan stetoskop mengalung di lehernya
"Lalu bagaimana dok ? Apa darah kami pun tidak cocok dengannya ?" Ujar sang ibunda
"Sayangnya tidak, darah yang dimiliki anak ibu dan bapak termasuk langka, sulit mendapatkannya" ucap dokter itu
"Tolong kami dok, selamatkan anak kami" sang ibunda kembali berucap
"Kami akan berusaha" imbuh sang dokter untuk menenangkan

♡♡♡

Barangkali tuhan menginginkannya beristirahat sejenak, bukankah ia selalu mengeluh lelah ? Penat ? Mungkin kini tuhan mengabulkan do'anya.

Gadis ceria itu tergeletak tak berdaya. Jangankan untuk berjuang demi harapan hidupnya, membuka mata saja ia tak sanggup.

♡♡♡

Baru 5 part udah mentok wkwk padahal masuk ke inti cerita aja belom:v

Semoga terhibur

Salam hangat

Anafa

CakraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang