part 4
Hari-hariku kembali normal.
Datar.
Sepi.
Tanpa letupan atau antusiasme, tanpa kegembiraan menantikan saat-saat menyenangkan.
Aku berusaha melupakan dia, melupakan pria yang sempat membuat hatiku berbunga-bunga, hingga berharap telah menemukan belahan jiwa.
Aku melupakan semuanya dengan menenggelamkan diri pada pekerjaan kantor. Aku juga berusaha menggunakan angkutan umum yang langsung menuju tempat tinggalku, supaya tidak harus berganti angkutan umum di tempat itu, walaupun kadang harus menunggu lama karena angkutan itu jarang lewat di depan kantorku. Aku juga selalu membawa buku untuk menemani perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya, berusaha menyibukkan diri agar mataku tidak mencari-cari sosoknya ketika melintasi tempat itu.
Aku berusaha ingin melupakannya.
Dan harus melupakannya!
-----
Hari ini hari sabtu. Jam kerja kantorku hanya sampai jam satu siang. Teman-teman mengajak untuk mampir hang-out di mall, tapi entah kenapa hari ini aku malas sekali. Aku ingin buru-buru pulang dan tidur di ranjangku.
Aku sedang asyik menekuri buku bacaanku ketika angkutan umum yang kunaiki berhenti. Sang sopir meminta maaf tidak bisa langsung mengantarku, karena penumpangnya hanya satu, yaitu aku. Dia menyarankanku untuk pindah mobil. Meski kesal aku hanya bisa menahan diri, dan membiarkan angkutan umum itu berlalu dari hadapanku.
"Perlu tumpangan?" Sebuah suara teredam menyapaku.
Aku menoleh ke arah suara di belakangku. Seorang pria dengan motor bermerk kawasaki berdiri tak jauh dariku. Aku memicingkan mata, bertanya-tanya. Pria itu memakai helm hingga wajahnya tak terlihat.
Menyadari kebingunganku, pria itu akhirnya melepaskan helmnya.
Aku tersentak. Jantungku serasa melompat menatap pria yang berdiri di hadapanku.
Dia!
Dia muncul lagi!
Pria yang hampir sebulan ini berusaha aku lupakan, muncul lagi!
Aku melihat sekeliling. Aku baru menyadari kalau angkutan umum tadi menurunkanku di tempat itu. Tempat yang akhir-akhir ini berusaha aku hindari!
"Assalamu'alaikum," salamnya seraya melangkah mendekatiku.
Aku yang masih shock menjawab gugup, "Wa-wa'alaikumsalam..."
"Apa kabar? Lama ya kita tidak bertemu," katanya dengan senyum menyeruak di bibirnya.
"Kau yang tiba-tiba menghilang!" Aku yang masih gugup membatin kesal, apalagi melihat sorot matanya yang tenang tanpa rasa bersalah. Namun yang keluar dari mulutku hanya, "Iya..."
"Baru pulang kerja?" tanyanya. Aku hanya mengangguk.
"Apa kamu ada waktu?" tanyanya lagi. Aku memperhatikan kata 'mba' yang selalu digunakannya untuk memanggiku berganti dengan 'kamu'. "Ada yang ingin kami bicarakan denganmu," lanjutnya.
"Kami?" tanyaku bingung.
"Pak haji Rohman ingin bertemu denganmu. Beliau memintaku membawamu. Kami ingin membicarakan sesuatu," jelasnya.
Dahiku mengerut mendengar nama Haji Rohman disebut. Tiba-tiba aku teringat perkataan pak haji itu dulu yang akan menceritakan tentang jalan raya di bawah laut itu. Mungkin itu yang akan dibicarakannya...?
"Baiklah," jawabku akhirnya.
Dia tersenyum lembut. Senyum yang dulu sempat membuat hatiku meleleh, dan kini aku merasakannya lagi.
*****

YOU ARE READING
untitle story
FantasyKisah ini terinspirasi dari mimpi-mimpi di antara bunga tidur tentang jalan memperoleh keajaiban.... tentang jalan menemukan belahan jiwa.....