drama putri salju1

23 4 0
                                    

Alin mengutuk dirinya sendiri.

Kenapa jadi memikirkan feri?

Peduli setan dia se-aneh atau semencurigakan apa ! tapi, ya ampun— 15 menit waktu istirahatnya ia sia-siakan untuk membicarakan orang itu.

Hhhhh...dasar aku.

Batinnya kesal.

Pelajaran kali ini adalah bahasa Indonesia. Bu indah bilang kelas kami dapat waktu untuk menampilkan pertunjukan pada ajang penyambutan murid baru minggu depan.

Berhubung kelas kami baru sampai pada bab DRAMA jadi pertunjukan kami pasti tidak akan jauh dari itu.

"pengertian drama ada di buku kalian halaman 178...........drama adalah—"

TRIPLE KILL !

Serentak semua orang langsung menoleh ke asal suara.

"yang di belakang..." panggil bu indah.

Orang yang di panggil masih menunduk dengan earphone yang terpasang sempurna di telinganya.

Bu indah berdecak, mulai kehilangan kesabaran.

"Abdurromi....." panggil bu indah.

Romi masih bergeming— fokus pada hal lain.

DEFEAT!

"Argh! Shit!" umpat romi— tak sadar satu kelas mendengarnya.

"ABDURROMI..!!!"

Orang yang berada di sebelah romi menendang kakinya.

Romi akhirnya menatap sekeliling,kemudian tatapannya berhenti di bu indah yang memandangnya tajam.

"saya bu?" romi menunjuk dirinya sendiri.

"ya iyalah kamu! Masa iwan!"

"eh apaan kok gue?" sambut iwan bingung.

Romi baru sadar apa kesalahannya. Ternyata earphone miliknya tidak terpasang sempurna di handphone.

"KELUAR DARI KELAS SAYA DAN BERSIHKAN PERPUSTAKAAN!! SEKARANG!!!!"

Akhirnya romi melepas earphonenya lalu pergi keluar kelas.

Akhirnya romi melepas earphonenya lalu pergi keluar kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

romi

Bu indah menghela nafas sejenak lalu melanjutkan kembali materinya.

"baiklah— di pertunjukan penyambutan mjurid baru nanti... sebagai wali kelas kalian. Ibu pustuskan kelas kita akan menampilkan sebuah drama tentang putri salju."

"pasti gue putrinya nih...trus bwang yuda ayang bebnya." Ujar aen.

"mimpi terooos.." serobot alin.

"untuk pembagian peran, agar adil. Kalian ambil satu kertas yang ada di tangan saya— dimana masing masing kertas berisikan satu tokoh yang akan kalian perankan dalam drama ini." Bu indah mulai berkeliling. "jangan dibuka sebelum saya perintahkan untuk buka!— Evalina..!!"

Eva cengengesan, sadar telah terpergok.

Aen mengintip sedikit kertas miliknya.

"depannya P !! tu kan....bener gue tokoh utamanya..." bisiknya riang. "pasti putri."

"jelas bukan yuda pangerannya kalo putrinya elo." Canda alin tanpa menatapnya.

"apaan si lo — sirik aja."

"oke....sudah dapat kertas semua..?" seru bu indah.

"sudah.." jawab murid murid serempak.

"baiklah..! dalam hitungan ke-3, kita buka kertasnya bersama sama...satu—dua—tiga."

Kertas aen bertuliskan penyihir sementara kertas alin bertuliskan putri.

"dih! Kok jadinya elo sih putrinya!?" aen mendadak sewot."pasti tadi diem diem lo nuker kertas puny ague-kan— NGAKU!"

Alin tertawa puas."kertas aja tau mana yang lebih cakep."

Tiba tiba yuda menoleh ke arahnya lalu tersenyum.

"tu, liat...yuda senyum sama gue. Jadi pasti dia pangerannya." Tambah alin memanas manasi.

Aen menggerutu.

"tolong angkat tangan yang terpilih jadi penyihir?" tanya bu indah.

Alin mengangkat tangan aen secara paksa.

"ini bu! Dia ni bu yang jadi penyihir." Kikik alin.

"ah! Lu mah!~" aen tampak menyerah.

Bu indah langsung menulisnya.

"yang jadi tujuh kurcaci?" tanya bu indah lagi.

Iwan, andika, icha, febrian, ayuk, endah, dan rizal serentak mengacungkan tangan.

Bu indah kembali menulisnya.

"sekarang yang jadi putri sama pangeran?"

Alin mengacungkan tangan pelan pelan seraya menatap yuda seakan menunggu temannya itu melakukan hal yang sama.

Tapi yuda diam saja.

"mampus lo." Bisik aen serak seraya menatap ke bangku belakang— bangku sang pangeran.

Alin memaksakan kepalanya menoleh ke belakang, firasatnya bilang ini buruk.

hatinya mencelus saat tau siapa pasangannya.

"ya...selamat untuk alin dan feri – kalian berdua jadi tokoh utamanya." Ujar bu indah.

Alin menatap feri yang juga sedang menatapnya— kemudian membuang muka bersamaan.

"sekarang, yang jadi cermin?"

Kali ini yuda baru mengangkat tangannya.


waktu istirahat

"en....! Lo pengen banget jadi putri-kan." Ujar alin terdengar memaksa. "nih, ambil aja peran gue. Gue ikhlas."

"ogahhh..... Bodoamat kalo elo putrinya....yang penting scane-nya yuda selalu bareng ama gue mwihiwiwiw" ujar aen bahagia. "btw, selamat ya.." ledeknya lagi seraya melirik feri.

"ah lu mah gitu sama gue..!" rengek alin.

Aen tertawa puas melihatnya.

Selain kebahagiaan, Kesialan alin juga salah satu sumber bahagianya.

Yah, namanya juga sahabat,

"kenceng banget kalo ketawa. Lagi pada seneng ya~" ujar yuda yang entah sejak kapan sudah ada disamping mereka.

Aen mengangguk semangat seraya berusaha menghindari tangan alin yang sedang berusaha menjambaknya.

"ni...dia ni...dari tadi seneng banget ampe rambut gua yang jadi korban. Aduh-duh! Perih pala gue." aen mengaduh saat beberapa helai rambunnya berhasil dijambak oleh alin.

"mamphoss." Desis alin saat akhirnya amarahnya tersalurkan.

"cie. Yang lagi seneng banget gara gara jadi putri. Selamat ya lin." Ujar yuda polos seraya tersenyum. "eh, iya. Nanti habis pulang sekolah langsung pada kumpul di lab bahasa. Kita latihan." Tambahnya lagi kemudian pergi dari sana.

"pppffftttt. Boleh ngomong mampus balik gak?" goda aen saat yuda pergi.

"diem lo upil piranha!" ujar alin cemberut seraya melipat tangannya kesal.

Woyoooooo

Hari ini aku double update loh...

Ayo cepet next!

Btw, vote dulu yaaaaa.


Time TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang