tinggal bersama

21 3 2
                                    

"ngga bisa..." kata romi. "gua masih sekamar ama ade ade gua— dia mau taro dimana?"

"yaa..dimanapun asal ngga disini. emang kalian ngga pada kasian apa?" ujar alin.

"kenapa ga di rumah lu aja lin?" tanya romi balik.

"trus gua mau ijin gimana ama bokap gua?" kata alin. "yakali gua bilang 'yah, aku ijin ya mau bawa cowok tidur dikamar'—kan GOBL*K."

"bilang aja dia alberth einsetin....pasti di dispen. Percaya deh."seloroh romi. "lagian orang tua mana si yang gamau punya cucu keturunan orang pinter....maksud gua siapa tau kalian khilaf gitu kan."

Ke empat orang tolol(ralat, tiga) saling bertatapan dalam hening.

Aen melepas sepatunya lalu membidiknya kearah romi seraya menarik nafas dalam.

"bismillah....HEADSHOOT!"

"bentar en... bukannya sebulan ini bonyok(bokap nyokap) lu kerja di luar kota?" serobot alin.

"anj ko jadi gua si..."ujar aen. "alin lo tau kan gua se-dendam apa sama dia...ntar kalo gua khilaf gimana?"

"khilaf?" koreksi romi.

"khilaf ngebunuh dia maksudnya! Lu lama lama beneran gua HEADSHOOT ye romi!" ujar aen kesal kemudian melihat Einstein yang terpaku dengan kata 'membunuh'

"CANDA BUNUH.." serobot aen.

"yaa terus gimana dong..?" sahut alin lagi terdengar putus asa.

Tiba tiba seseorang menenyentuh pundak alin.

"Aku tidak keberatan tidur dimanapun." Ujar al optimis seraya tersenyum. "tidak harus dirumah kalian~"

"ngga gitu al..." sergah alin. "pertama, lo kalo laper mau makan apa? Ada duit lu?"

"emmmm mungkin nanti aku bisa berburu~" jawab al.

"MANAADA HUTAN DI TENGAH KOTA WAHAI FISIKAWAN NOMOR SATU DI DUNIA..! gosah ngadi ngadi deh" alin terdengar pasrah. "Kedua, pasti ada alasan bagus kenapa lo bisa nyasar ampe ke abad ini dan pasti itu bahaya! Jadi plis jangan nekat."

"kali ini gua setuju si sama alin. Lagian juga lo gatau apa apa tentang Indonesia di abad ke-21. Bisa bahaya banget kalo kemana mana sendirian...repot lagi kalo ada satu aja manusia yang nyadar kalo lu alberth Einstein. bisa bisa lu dibuat bahan konten di tiktok sama pejuang FYP...." Seloroh romi.

"tukan enn... emang lo ga kasian apa sama dia— dia belom makan...ngga punya sodara juga disini....bayangin kalo lo jadi dia.." bujuk alin.

Aen tetap bergeming.

"sudahlah....tidak juga tidak apa apa....lagipula aku bisa berada dimanapun tanpa diketahui orang lain selama aku memakai jubbah kamuflase ini."
ujar al seraya menunjukan jubbah yang tadi sempat tersangkut di resleting tas aen.

"fungsinya sama seperti kulit bunglon— jadi aku akan tetap aman kalau pakai jubbah ini— dan soal makanan, aku akan baik baik saja. Karena menurut penelitian... manusia bisa bertahan tanpa makanan selama 30 hari, jadi aku masih punya waktu sekitar emmm 29 hari lagi sebelum benar benar mati."

Alin mmandangnya iba.

Romi juga.

"ERGH! Yaudah deh iya! Di rumah gue!" ujar aen . "Tapi jelas pake syarat. Pertama lo harus kerjain semua soal yang ada di buku paket fisika gua. Kedua, lo harus nurut apapun yang gua suruh...dan terakhir lo harus selalu pake jubbah sialan itu sampe bibi pulang ke rumahnya. Ngerti?"

Alberth memandang aen seraya tersenyum, kemudian beralih menatap alin lalu romi.

"kalian orang orang baik. Aku beruntung bertemu kalian di abad ini." Ujarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang