Tentang dia

50 5 7
                                    

Di kantin.

Alin sedang membaca sesuatu di hp-nya dengan serius.

Tak lama kemudian aen datang dengan nampan yang terisi penuh dengan makanan.

"serius amat neng...pasti lagi chattingan sama yuda~ kan..kan.." serobot aen.

"Yuda! Yuda! Ni liat..." alin memperlihatkan layar ponselnya pada aen.

"oh....soal mahkota itu." aen mengangguk angguk. "apa jangan jangan emang bener kalo elo hidup di jaman fir'aun! Trus dateng kesini Cuma gara gara mau ketemu gue! Iya kan. Pasti—"

"kan gue kalo kemana mana juga ngajaknya elo! Kalo-pun gue pergi ke jaman fir'aun masih hidup. Yaa.. elo pasti gue ajak lah."

"iya juga yak...eh- tapi, gue maklum si kalo lo dateng dari jaman fir'aun~ kelakuannya laknat gini."

Alin melemparnya dengan kentang goreng.

Aen tertawa, lalu balas melemparnya dengan kentang goreng yang lebih besar.

"damai...damai...damai.." ujar aen di sela sela tawanya."gue mau ke toilet bentar~ awas! Jangan kabur ke jaman fir'aun lo.." ledeknya.

"au ah!" sembur alin lalu kembali fokus pada artikel di handphonenya seraya memakan kentang goreng.

Belum ada 10 detik aen pergi tiba tiba ada seseorang yang menarik kursi lalu duduk di hadapannya.

"tumben cepet.." ujar alin tanpa menatap orang yang duduk di hadapannya."biasanya juga sampe 2 jam kalo di wc."

Bukannya merespon candaanya orang di hadapannya ini malah menyingkirkan kentang goreng dari mejanya.

"MAKSUD LO AP—" alin menelan omongannya sendiri.

Tatapan feri balas memandangnya.

'lihat mata saya kalau bicara." Ujarnya tajam.

"apaansi!" alin berusaha meraih kentang gorengnya dan berencana pergi dari sana. Tapi feri menghalanginya.

"dengar...jangan main main!" desisnya makin tajam."kau bisa membuat masa lalu kacau karna ulahmu!"

Alin mengernyit tak mengerti, baru hendak menolak untuk protes, feri mendesis lagi.

"kepolisian bisa langsung melacakmu! Jangan undang mereka kemari! Ada yang tidak beres di dalam agency itu!"

Alin menggebrak meja."gue gak tau dan GAK mau tau tentang kepolisian atau apalah itu..." sembur alin."lo ngomong apa aja gue nggak ngerti..." lanjutnya frustasi.

Feri mengerutkan alis, terlihat bingung.

Namun kemudian feri mengerjap — akhirnya terlihat mengerti. "lupakan." Ujarnya singkat lalu pergi.

Alin memandanginya sampai menghilang dari kantin. Kemudian menggerutu.

Tak lama kemudian aen datang. "gue liat feri duduk disini tadi....ngapain dia?"

Alin mengangkat bahunya, masih terlihat kesal.

"dia bilang gue ngerusak masa lalu."

Kali ini aen yang mengerjap bingung.

"masa lalu??" gumam aen."lo ngerasa ada yang aneh nggak sama si feri?"

"emang aneh di amah.....nggak cuma ngerasa lagi."jawab alin sewot.

"lo inget waktu kemaren gue piket kelas terus elo gue suruh pulang duluan."

Alin mengangguk seraya menyeruput es tehnya.

"nah, gue kan piket sama feri juga..tapi waktu itu feri belom dateng." Ujar aen."pas di chat bara, feri bilang dia lagi di fotocopy-an deket indomaret. Ngga lama kemudian bara ngancem kalo feri nggak kesini dalam waktu tiga menit, bara bakal laporin dia ke miss widji."

Time TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang