Pintu berdecit dan jendela berderit
Celah-celah kecil bak teropong
Sang pengintip cahaya menyongsong
Tetapi berlalu begitu cepat
Melesat mengudara kian gelap dan sunyiAku adalah jiwa yang sial, karena setiap tatap tak pernah jadi usap
Aku adalah jiwa yang putus asa, karena setiap ucap tak pernah jadi harap
Aku adalah jiwa yang terkapar, karena setiap kecup tak pernah cukup
Dan aku adalah jiwa yang hancur, karena asamraloka sudah lapukJembatan cinta telah kaubakar
Sampai-sampai abunya mengotori sungai harapan
Kasih yang suci?
Sudah kau pupus dari sanggupmu menjadi angkuh
Payoda memang menghitam
Tapi hujan tak akan sanggup jadi pahlawanKiranya kiasan ini masuk ke rongga telingamu
Halus, mengalun perlahan-lahan
Namun terlahap oleh sang malam
Gonggongan tak seram, seraya engkau kubur rasaku menjadi kelabu
Rabu, tidak...
Semua hari adalah nyanyian rinduku