Teringat disetiap hari senin
Meski berdengung dengan rasa malas
Kita tetap menginjak ratusan rumput ya sama
Dalam mimpi-mimpi kita yang seiramaNamun sang pencatat telah terancam
Ia telah kehabisan lembar kertas
Hari-hari itu pun akan terbang
Bersama lembaran kertas yang baru
Hingga pertemanan kita menjadi taruhanHey kawan....
Candaku tak lagi lucu
Guyonku sudah berdebu
Tercabik-cabik oleh sang waktu
Kini tabirmu pun robek dalam aksarakuJangan mengumpat
Hanya karena hatimu teriris
Mengeluhkan senja pada waktu pagiTunggu,
Apakah aku salah merangkai kata?
Oh tidak, senja yang kumaksud bukan senja yang kau pahami
Mana mungkin logika berbohong
Mana mungkin senja ada di waktu pagiBerhenti mengeluh
Karena senja tidak ada di waktu pagi
Berhenti berderai air mata
Karena perpisahan hanya masalah waktu semata
Ia lupa tempat dan tak ingat masaTidak,
Bukan,
Ini bukan tentang si ruang kelas,
yang mengurungmu dalam jutaan tahun
Dan mempersilahkanmu pergi begitu sajaIni tentang kisah kita
Bagaimana catatan kian bertambah
Dan berakhir dipisah sang pena
Kiasan pun tak sanggup melawan
Sulit diterima tetapi nyataIngat...
Semerbak harum tubuhmu tak akan hilang
yang semilir sejalan dengan pilu
Meski perpisahan menciptakan luka
Senyummu akan tetap abadi dalam jiwa