Masih Jumat

95 8 0
                                    

Sepertinya ia tidak mengejarku, aku berhenti sejenak untuk membeli air mineral di bawah kolong tangga transjakarta sebelum aku pulang.

"Berapa neng aernya?"

"sa.."

"dua pak, cepat ya aus nih"

seseorang mencekek leherku dengan lengannya seakan tidak membiarkanku pergi. Wanginya seperti... Dia!
ini anak dateng darimana tiba-tiba muncul.. pikirku sambil melihat kakinya, sepertinya ada. Jadi untuk memastikan kuinjak dengan segenap hati.

"WADAW!! lu gila ya? udah kabur ga bayar, nginjek kaki orang, ngajak ribut?" sambil melepaskan cekekan lengannya dariku.

"ehehehe.. maaf deh, by the way kok lu bi..."

"ini neng, bang, aernya. ceban ya. dingin pres prom de ais (fresh from the ice)"

"Bapak bisa aja. nih pak, ambil aja kembaliannya" sambil memberi bapak tua itu uang dua puluh ribuan.

Bapak itu ngeloyor pergi dengan muka gembira, yah seenggaknya dia berbuat bai..k

"orang kaya ya?" sikutku ke pinggangnya

"gue ngejer lu karena mau minta ganti rugi, duit gue satu-satunya udah gue kasih ke bapak tadi." ujarnya ketus
"Caelah, gue kira ikhlas buat traktir gue yang tadi ditambah air"

Mau ga mau gue keluarin uang seratus ribu untuk ganti rugi. Kok kayak dipalak ya gue? padahak tadi gue yang malak, gimana sih?

"kok lu bisa ngejer gue tapi ga keliatan dibelakang? ninja ya" sindirku sambil menaruh kartu transpass di mesin scan untuk mendapatkan tiket.

"ngga kok, gue ambil jalan muter" sahutnya cepat

"tapi gimana bisa lu tau kalo gue mau naik trans? bisa aja gue kabur naik taksi"

"kan gue kira lu gelandangan, biasanya naik trans" sambil ketawa getir, dia meneguk airnya kembali.

"enak aja! muka unyu gini masa gelandangan!"

hening... aku baru sadar saat melihat ke samping, beberapa orang memperhatikanku, bukan.. ia mengincar ranselku, sepertinya mereka penjahat.

Cowok tadi berdiri dibelakangku saat ini, sampai bus datang.

Aku tidak berani melihat ke samping atau ke belakang lagi, tapi sekilas muka cowok tadi menegang dan menyiratkan efek ganas.

memangnya dia kenapa?

Cowok itu masuk ke bus bersamaku, dan kebetulannya lagi hanya tersisa satu bangku.

"duduk sana" ucapnya sambil memegang tiang disamping tempat duduk itu.

"gak lah, lu aja yang duduk. gue deket kok"

"dibilang duduk ya duduk!"

"dibilang gak mau ya gak mau!"

"ckk.." dia bertindak sekarang, dia menuju kearahku.. dan sekarang memegang bahuku dan mendorongku duduk. Tenaganya kuat sekali, aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ada apa ini?" sahut bapak diseberang tempat dudukku secara kasar, menandakan dia tidak suka kebisingan yang kubuat. eh bukan aku yang mulai!!

"nggak pak, anu.."

cowok itu tersenyum gugup dan menjelaskan kepada si bapak.

"oh begitu, ya sudah. jangan berisik lagi atau saya keluarkan kalian" Bapak itu menunjuk lencananya, walaaah dia security disini. Pantes marah-marah.

Dia menatapku, menaikkan satu alisnya seperti isyarat: tuh kan elu sih bikin gara-gara, kan gue yang kena.

Aku tidak mau kalah dan ikutan cemberut dan merenyit, tanda tak suka.

Pemberhentianku sampai juga, aku bangkit dari bangku dan menunggu di depan pintu.

"masih jauh rumah lu?" ucapnya sambil membuat balon di mulutnya, dia juga menyodorkan permen karet itu kepadaku.

"ya lumayan sih harus jalan kaki lagi beberapa meter." aku mengambil satu permen karetnya.

"oh ya?"

"iya.." sambil mengunyah permen itu.

Bus itu berhenti dan membuka pintunya, sepi sekali haltenya. padahal baru jam sembilan, biasanya masih banyak tukang jualan seperti yang tadi.

Aku dan beberapa orang lainnya turun juga. Dan tahu kenapa mataku berbinar sekarang? Dia ikutan turun juga. bukan berbinar cinta tapi kaget!

"kok lu turun juga sih?" sambil menunjukkan balon terbesar yang gue buat dari permen karet

"suka suka gue" sambil mengambil gerakan mau menusuk balonku, buru buru aku letupkan balonnya.
iiih buset dah jadi cowok kayak burung beo! jawab sih tapi datar mulu ngomongnya.

"oke mister beo, sampai jumpa lagi"

penekanan nada di mister beo membuatnya melotot.

"beo? burung yang bisa ngomong itu?"

"iya, persis kayak lu"

"kok gue sih?"

"abis datar banget. muka lu juga"

"yaudah kalau begitu lu miss meong ya"

"kok meong sih! jelek banget!"

lho? kok jadi ngasih nama panggilan begini? beo? meong? pantesan ga bisa akrab.
eh, siapa juga yang mau akrab sama dia! huh!!

"karena lu berisik dan kerjaannya ngerjain gue mulu, terus makannya banyak kayak garfield." sambil melirik barang bawaanku.

"ini buat yang dirumah kok! sotoy kan!"

Tak terasa berjalan bersamanya, rumahku sudah tepat berada didepanku. Akhirnyaa sampai dirumah juga.

Rumah bertingkat dua dan ada taman kecil didepannya itu terkesan segar untuk dilihat.

"gue udah sampai rumah nih, maka.." sahut gue sambil melihat kebelakang, lah mister Beo kemana?! kok gaada??

"sih... hiiii"

merinding, akupun langsung lari masuk kerumah tanpa mengunci pintu pagar terlebih dahulu.

tadi terdengar suara tawa ngakak dari seseorang yang tidak kelihatan. Dan pohon jambu disebelah juga ikutan bergoyang.

"dasar meong, ditakutin dikit aja udah kabur" gumamnya ditambah senyum.

Cowok Beo tadi turun dari persembunyiannya dan pada saat mendarat di tanah, cubitan dari sesuatu dilengannya membuatnya kaget.
Aduh! semut api sialan,

Sebelum cowok itu pulang, ia mengunci pagar rumah cewek meong.
Mimpiin gue ya, kucing penakut. gumamnya dan berlalu pergi.

--- To Be Continued ---

Kamus:

Caelah = yaelah (gue sendiri gak tau artinya, tapi menurut gue artinya menyepelekan sesuatu)

transpass = kartu karcis berisi saldo yang dikeluarkan transjakarta guna menghemat kertas karcis

merenyit = muka aneh, alis naik turun

garfield = nama kucing gendut di kartun yang kerjanya makan melulu.

Sotoy = singkatan Sok Tahu Yaa

----

HAAAI makasih udah baca ceritaku yaa walaupun baru sedikit yang baca aku senang kok, tinggalkan comment dan vote ya kalau bisa. jadi aku bisa tahu feedback yang kalian rasakan. Loveyouu ♥

TeransJekateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang