Masih Sabtu

59 8 0
                                    

Seandainya aku dapat membuka percakapan dengan baik dengannya, situasi kaku seperti ini tidak akan terjadi.

Derap langkah kaki disertai dengan gemericik tetesan hujan menjadi saksi mata kami berdua berjalan dengan menggunakan payung.. pfft rilakkuma dengan telinga beruang diatasnya.

Aku menatap tanganku lekat-lekat, tulisan itu semakin memudar seiring langkah kaki kami menuju halte bus yang semakin dekat.

Menurut pikiranku, dia gak ngasih tau namanya karena beberapa alasan, misalnya: namanya jelek, emang pengen bikin penasaran, kurang kece berbanding terbalik dengan looks nya. yaa kan bisa jadi..

Tanpa percakapan atau sepatah katapun kami menaiki tangga yang berisik itu, kadang aku berpikir bahwa tangga ini kenapa tidak dilapisi oleh karpet sehingga tidak terlalu berisik. Kami tidak memerlukan payung lagi, Jadi kumasukkan ke dalam kantong plastik sesudah dilipat.

"Makasih.."

"Sa.. Sama-sama"

.... hening sejenak

"itu, payung beli dimana?" sambil menunjuk payungku yang sedang dimasukkan ke dalam tas selempangku.

"kau suka huh? di online shop"

"Bukan, untuk ulang tahun adikku minggu depan, sepertinya ia menyukai karakter itu juga."

Wah, mukanya kelihatan berpikir keras. Tipe yang memanjakan adik perempuannya dengan apapun yang ia suka.

Siapapun adiknya, berbahagialah nak, kupikir wajahnya sebelas-duabelas dengannya.

"Nih, menurutmu dia suka apa?" Dia menunjukkan layar handphone S4 nya dengan wallpaper 4 anggota keluarga bahagia, ayah, ibu, dirinya yang berumur balita dan adiknya yang digendong. eh tunggu..?!!!

"Adik lo masih bayi?! yang bener aja masa iya dikasih payung" sambil menggaruk kepala tak gatal.

"ini foto 15 tahun yang lalu." Ia melewati mesin karcis dengan kartu transpass ditangannya,

"jadi sekarang dia umur berapa?" sambil melakukan hal yang sama, tapi mengambil kartu transpass di dompet, sebelumnya dicari dulu karena aku penggila kartu. Segala macam promosi kartu punya, sebut saja chatime, comebuy, lotteria, dan lain-lain, ah! ketemu, aku hampir mengescan transpass sampai ia mengescan transpassnya kembali dengan isyarat mata "gue traktir, cepetan lewatin mesinnya, Lama bener deh"

Dia mengambil nafas yang dalam sebelum menghempaskannya "Tahun ini... umurnya 15, beda 5 Tahun sama gue" sambungnya.

"ada foto lainnya gak? masa cuma ini doang"

"Ada, nih" Dia memperlihatkanku galerinya dengan beberapa foto adiknya, ralat, ratusan foto.
'Anjrit, siscon' kataku dalam hati.

Sosok cantik berambut hitam legam menghiasi galeri foto cowok ini dalam beberapa posisi, ada yang selfie, twofie, wefie, senyum, manyun, cemberut, duckface, tertawa terbahak-bahak... apa ini?! hidung babi?!!

Tawaku lepas melihat mereka berdua, sangat mirip dan akrab seperti pinang dibelah dua.

Jariku terhenti disaat satu foto memperlihatkan ia dan adiknya sedang berada di rumah sakit. Keduanya menggenggam erat satu sama lain tanda tak ingin melepaskan, Lambat laun aku menggeser-geser fotonya semakin lama fotonya semakin menunjukkan wajah sendu dan kuyu, senyumnya tetap sama, tetapi perasaannya tidak. Sampai di penghujung galeri aku melihat sosok pucat itu terbaring di suatu keranda, baju dress putih yang ia kenakan sangat pas dengan badannya yang mungil, Dia mencium kening adiknya dengan kasih sayang sepenuhnya terlihat di layar kaca yang kupegang.

Handphone itu direnggut paksa oleh yang punya, mungkin ia melihat perubahan ekspresi wajahku yang enak menjadi tak enak.

"Maafkan aku melihat privasi seseorang. Semoga ia lekas sembuh" Nafasku tercekat melihatnya hanya membalas senyum, ya senyum sendu yang tadi.

"Kau tidak melihat yang aneh-aneh kan tadi?"

"hah emang ada apaan di galeri yang lain?? yang kulihat hanya fotomu dan adikmu saja"

"baguslah, lo ga perlu tau"

Bus TJ datang memutus percakapan kami, walaupun dalam gerbong yang sama, ia tidak menunjukkan bahwa ingin melanjutkan percakapannya lagi.

Halte demi halte dilampaui oleh kami, tak terasa saatnya berpisah dengannya. Wajahnya masih murung terlihat saat aku melangkah keluar dari bus, biasanya ia menggangguku atau mengajakku mengobrol. Tapi ada apa dengan hari ini?

Sepertinya aku butuh musik untuk menjernihkan pikiranku, serangan memori dan kepikiran orang itu membuat kepalaku pusing.

Segera kucolokkan headphone yang sering kubawa dan kuputar dalam mode shuffle playlist.

I think part of me knew the second I saw him that this would happen.
It's not really anything he said or anything he did, It was the feeling that came along with it.
And the crazy thing is I don't know if I'm ever gonna feel that way again.
But I don't know if I should.
I knew his world moved too fast and burned too bright.
But I just thought, how can the devil be pulling you toward someone who looks so much like an angel when he smiles at you?
Maybe he knew that when he saw me. I guess I just lost my balance.
I think that the worst part of it all wasn't losing him.
It was losing me.

- I knew you were trouble by Taylor Swift

-----

Kamus

Siscon = Sister Complex, sayang banget sama adiknya, apa-apa harus adeknya yang diprioritaskan menjadi nomor satu.

-----

Ngupdate pagi buta bukan berarti galau lho ya, kebangun aja..

Tbc yaaaa part terakhir adalah part masih minggu :) gatau kenapa gw suka aja patokan hari minggu hehehe

eh komen dong jangan read doang :'))

dan vote buat feedbacknyaa ♡

loveyouu XD

TeransJekateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang