Satu

30 4 2
                                    

-Saat Hujan Turun-
Happy reading!

"gue balik dulu ya nya!"

Yang di sebut hanya tersenyum sopan hingga menampakkan deretan gigi putih bersihnya sembari melambaikan tangan

"eh... iya hati hati ya"

"iya,lo baliknya jangan kesorean, udah mau hujan tuh" ucapnya kembali sambil menunjuk langit.

"iya ran, ini aku juga mau pulang " gadis itu kemudian tersenyum lagi menatap ke arah temannya yang berbalut jaket kulit hitam pekat di ujung lorong.

Ya benar ucap rani, tampaknya hujan memang sudah hampir turun saat ini.

Tapi tampaknnya itu bukan masalah besar untuknya, karena Anya Angelin adalah sosok penyuka hujan.

Meskipun ia harus pulang menerobos hujan dalam gelap pun ia akan tetap berenandunng ria.

Karena menurutnya, hujan yang turun bukan hanya sekedar air belaka. Hujan selalu menurunkan anugrah indah di dalam hidup gadis itu.

---

"mba anya baru pulang?ayo cepat nanti kehujanan di jalan"

pak firman, satpam gedungfakultas sastra yang sedang berkeliling memeriksa tak sengaja menemukan anya yg sedang termenung di tempatnya.

Hingga tanpa sadar kehadirannya akhirnya memecah lamunan gadis itu yang sebelumnya memang sudah berniat pulang.

"eh iya pak, maaf saya juga baru mau pulang hehe" ucapnya berlari kecil menuju satpam tersebut

"Mau saya carikan taksi mba? " ucap pak firman

"Gak perlu pak, makasih ya" tolak anya sopan, kemudian berjalan menyusuri Lobi Gedung fakultasnya yang memang cukup luas.

Dan benar saja saat ia berhasil keluar gedung, tetes hujan pertama telah turun membasahi Bumi Yogyakarta diikuti jutaan tetes lainnya yang menjelma jadi hujan angin.

Kalau sudah begini, ia bisa apa yogyakarta?

Ia mendengus kasar, baiklah baiklah pilihan terbaiknya mungkin ia bisa memilih untuk menerobos hujan, Toh tubuhnya tak lemah untuk sekedar terkena air hujan

,dan setidaknya ia bisa sembari melepaskan kenang rindu nya pada para rinai yang selalu menjadi favoritnya.

BYURRRRRR!!!!!!!

Kini anya sudah sempurna basah. Gadis itu benar- benar menerobos hujan, menembus genangan air yang tergenang di aspal Seperti keinginannya.

Angin sore sedikit terasa agak menusuk tubuh ringkihnya tanpa peduli, tapi anya tak cukup peduli akan hal itu.

Gadis itu sedikit berlari sembari menggapai beberapa rintik yang jatuh ke tangan mungilnya.

Tertawa kecil mengingat usianya yang sudah beranjak 20 tahun.

Netra caramel kesukaannya itu kemudian berkeliling di bawah rinai yang turun deras

Menatap serpih kelabu air mata yang merembes ke sudut sudut ruang gedung UGM.

"hujan,aku kangen ayah" lirihnya pelan di tengah rintik sambil tersenyum miris tidak berhenti menembus rintik itu.

Sedangkan sang hujan hanya mampu semakin deras mendengar kalimat anya.

Saat sampai di gerbang utama menuju trotoar anya memelankan langkahnya.

Gadis itu Menatap lamat lamat genagan yang merembes ke dalam septu kets yg ia gunakan.

Saat hujan turunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang