✓Prolog

261 41 48
                                    

Di tengah malam, dalam kenyamanan pelukan bintang. Melenggang lah sebuah pena di atas kertas. Terlihat banyak coretan dan bekas penghapus disana. Pertanda jika sang empunya benar-benar meluapkan emosinya. Peluh keringat membasahi kening, terdengar lirih ketukan pena mengetuk meja. Melalui jemari yang sigap menari-nari, ia tumpahkan segala rasa yang meronta-ronta meminta asa.

Dik,
Hati itu tak tahan banting
Jika dipaksakan untuk mengejar yang sudah berpaling,
Percaya kau akan lebam dan terpelanting
Jika dipaksakan untuk bertahan yang telah hilang dari dekapan,
Percaya kau akan tenggelam dalam sesaknya tangisan
Jika dipaksakan untuk sama-sama kembali,
Percaya kau akan tersakiti untuk yang kedua kali
Dik, sudah
Ikhlaskanlah

Berakhir sudah pertempuran malam ini. Pertempuran emosi dalam medan diksi. Setiap kata ia tuangkan asa, berharap semoga menghunus tepat pada sasarannya. Semoga saja.

^°^

Hai, selamat datang di cerita baru ku
Semoga suka!
Maaf masih amatiran
Jangan lupa vote dan komen
Saran dan kritik sangat dibutuhkan

Tetap tungguin kelanjutan ceritanya!

Salam sayang,

dwmrkmah_
yang berharap segera di dekap

LOVEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang