✓03. Anak Ayam

81 16 53
                                    

Happy reading!

Jangan lupa vote, komen, dan share.
Makasih.

^°^

"Sayang ke seseorang itu tak perlu berlebihan. Sewajarnya aja, takutnya nanti dipatahkan."

^°^

Sarapan itu penting guna mengisi energi untuk memulai rutinitas sehari-hari. Namun, seringkali banyak orang lupa akan pentingnya sarapan. Padahal sarapan memiliki manfaat untuk meningkatkan keterampilan kognitif otak, dari peningkatan memori untuk konsentrasi yang lebih tinggi bahkan meningkatkan kewaspadaan. Justru sebaliknya, jika tidak terbiasa sarapan maka tubuh akan cepat lesu dan kurang berkonsentrasi.

Hal ini lah yang dialami oleh Athalla yang kini sedang menatap kosong papan tulis di depan kelas. Ini adalah jam pelajaran terakhir sebelum bel tanda istirahat berbunyi. Ia bahkan salah mengeluarkan buku pelajaran. Ini pelajaran kimia tapi yang ada di meja Athalla adalah buku matematika. Sungguh tidak masuk akal. Benar-benar menyedihkan.

Bahkan, Athalla tak berminat sedikitpun untuk memahami materi yang sedang dijelaskan. Hanya menatap lurus ke depan, sesekali mengangguk, dan apabila gurunya bertanya apa sudah paham ia akan meneriakkan kata iya. Padahal sesungguhnya tidak, otaknya hanya terpenuhi oleh memori-memori makanan.

Akibat lupa tidak sarapan, Athalla terlihat seperti raga hilang jiwa atau hewan gembala kehilangan penggembalanya? Entahlah. Athalla hanya sedang merindukan bel istirahat kali ini.

Dan pada akhirnya semesta mendukung Athalla. Semesta tak ingin jika cacing-cacing di perut Athalla memberontak keluar dan menyatakan aspirasinya di depan kelas. Lalu menuntut keadilan atas rasa lapar yang mereka rasakan.

Bel istirahat berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah. Meneriakkan dengan lantang bahwa ini saatnya kemerdekaan untuk perut siswa-siswi SMA Santavesiar.

Bernafas lega, Athalla bersiap-siap menata langkah menuju kantin. Namun, sebelumnya ia harus mendengarkan curhatan Chara, sahabatnya yang terlihat banyak beban hari ini.

Setibanya di kantin, Athalla segera menarik lengan seragam Vea tanpa memperdulikan Chara. Benar-benar pas dengan istilah makanan bisa jadi alasan melupakan teman.

Mengelilingi kantin dengan aroma makanan yang khas, membuat Athalla benar-benar kalap. Sedangkan Vea hanya sesekali berbinar senang jika menemui makanan favoritnya. Inilah yang mereka sebut tour makanan kecil-kecilan.

Sekarang, Athalla sedang mengantri di kedai siomay. Rela berdesak-desakan demi membayar lunas rasa lapar nya. Hanya saja kali ini sepertinya dia terlalu antusias, hingga tak sadar bahwa Vea tak lagi membuntuti di belakangnya. Vea hilang. Anak ayam hilang dari pantauan induknya.

Mencari-cari ke seluruh penjuru kantin, menatap teliti ke setiap meja. Bukan apa-apa, meskipun sudah sekolah selama dua tahun Vea terkadang lupa ke arah mana kelasnya berada. Benar-benar anak ayam yang butuh panduan induknya 'kan?

Awalnya Athalla mengira Vea ke toilet. Namun, Vea adalah Vea. Dirinya akan pamit meski pergi ke toilet sekalipun, sedangkan daritadi Athalla merasa tidak memberi ijin ke Vea sama sekali.

Merasa tidak asing dengan punggung yang membelakanginya di meja pojok kantin, Athalla segera menghampirinya. Insting keindukannya bermain kali ini. Itu adalah anak ayamnya, Vea.

"Heh bocah, kemana aja sih lo?!" bentak Athalla tiba-tiba. Sembari menepuk bahu Vea, ia menatap nyalang seseorang yang ada di samping kanan sahabatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang