Four

21 4 0
                                    

Gue celingukan nungguin papa.

"Sal udah yaa, mmm di ikhlas in aja, ini udah takdir"

"Gimana mau ikhlas. Hidupku. Hatiku. Jiwaku. Adalah ayah."

Dokter Rusdi datang.

"Dok kenapa ayah saya bisa meninggal dok. Dokter kenapa dok jawab Salsha dok."

"Maaf Salsha. Kami sudah berusaha semampu kami. Tapi saat kejadian. Selang pernapasan ayah kamu ada yang melepas. Kami tidak tau hal itu. Dan cctv saat itu error"

Tubuh Salsha langsung jatuh untung ada gue.

Papa datang dengan lima bodyguard nya.

"Gimana Ngga?"

"Ada yang main belakang pa,"

"Cepat cari tau kasus ini!"

Ucap papa pada empat bodyguardnya.

"Baik pak, nak Angga saya permisi."

Blaa... Blaaa. Blaaa...

Gue nyeritain ulang gimana kejadiannya. Kenapa setega itu. Dan siapa.... Ha?????!!!

Pikiran gue satu.
.
.
.
.
.
.

"Gausah kecakepan lo. Ngapain lo bunuh bokap Salsha ha! Mau lo apa? Duit. Berapa? Gua bayar semuanya."

"Apa si Angga?"

"Gausah belagak gak ngerti lo. Lo kan yang bunuh bokap Salsha. Jawab Ven!!!"

"Anggaa. Apa apa an kamu ini. Dari tadi aku disini nemenin kakekku. Kakekku terbaring lemah, dan kamu nuduh aku bunuh orang? Gak setega itu aku Ngga."

  Binar mata yang Venda berikan sepertinya Venda tak sedang berbohong. Lalu siapa? Tapi gue gak bisa langsung percaya sama nih cewek abal abal.

" Temuin gue sama kakek lo"

Venda dengan senang hati ke arah kamar inap kakeknya. Eh.

"Kakek, ini saya Angga, teman Venda. Apa Venda sempat keluar dari ruangan ini yang tanpa sepengetahuan kakek?"

"Eh nak Angga, tidak nak. Huk huk..."

"Ngga mending lo pergi atau gue panggil satpam?"

  Sebenarnya gue gak takut sih sama satpam. Tapi keliat dari sorot mata mereka. Kayaknya mereka bukan tersangka. Lalu, siapa?
.
.
.

Dari tadi aku mencari Angga.
Setelah dada ku sesak mendengar penuturan dokter. Bahwa ayah akan sembuh tapi karna selang pernapasan dicabut.

Ayah langsung tiada.

Siapa yang tega.

Dan parah nya, disaat itu. Aku menangis hanya dengan bodyguard nya Angga.

Untung saja ada perawat cantik yang nememaniku.

Setelah aku mendingan. Dina pergi meninggalkan ku.

"Salsha.. Kita keluar yuk, pemakaman ayah kamu akan dilakukan nanti sore. Kita bersih bersih dulu ya dirumah"

  Angga tibatiba merangkul pundaku. Dan lagi lagi aku pasrah.

Sampai dirumah Angga, Dina menelponku.

"Oh iya Din, sama sama"

"......."

Kumatikan telepon itu. Kulihat Angga seakan hendak mengintrogasiku. Sebelum itu terjadi aku menceritakan semua. Aku menghampiri nya duduk ranjang kingize itu.

SANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang