10

4.2K 431 51
                                    

"Ms. Bae Joo Hyun!"

...

"Anda harus ikut aku sekarang"

Nahkoda kapal itu memanggil Irene setelah pintu kamarnya dibuka, wajah pucat sang Nakhoda tak bisa sembunyi, namun senyumnya yang tipis itu sedikit membawa ketenangan didalam siatuasi tegang diluar sana.

Seluruh bodyguard Irene menoleh kearahnya meminta persetujuan, sementara ia sudah gemetaran dan terlalu takut untuk menoleh kearah pintu,

"kami tak menjamin keamanan Ms Bae Joo Hyun jika beliau ikut dengan anda"

Bodyguard Irene tak membiarkan Nakhoda kapal mendekat walau selangkah, beberapa orang asing bersorban dengan penutup wajah dibelakang Nakhoda tampak sangat mengancam keselamatan atasan mereka,

"Ouh.. euh.. maaf membuat Ms. Joo Hyun tidak nyaman, saya selaku nakhoda kapal menjamin keselamatan Ms. Bae, situasinya sudah aman terkendali,"

Ujarnya tenang, dia menoleh kebelakang berbicara dengan beberapa orang asing tersebut dengan bahasa timur tengah yang fasih dan tak berapa saat mereka memberi jarak,

Irene beranjak, dia sangat percaya dengan Nakhoda kapal berpengalaman itu, usianya yang tidak lagi muda sangat membuktikan kredibilitasnya sebagai pemimpin kapal yang ia tumpangi, sosok wanita paruh baya yang bertanggung jawab, tidak ada alasan untuk tak percaya padanya,

"Baiklah!"

Sekretaris dan bodyguardnya mengendorkan pengamanan namun tetap siaga nengikuti Irene yang tampaknya diajak membicarakan hal yang sangat serius,

Irene mendengarkan dengan seksama, mimik takutnya berubah menjadi khawatir, rombongan asing itu bersuara besar menggelegar lebih terdengar seperti sebuah protes, meski Irene sempat ciut namun dengan tenang nakhoda yang bersamanya menerjemahkan sesederhana mungkin apa yang hendak di sampaikan oleh mereka.

Setelah pembicaraan yang sangat tertutup itu selesai, mesin akhirnya kembali dinyalakan, kapal berlayar pelan dengan sedikit mengubah titik haluan, Semua yang ada dalam kapal pesiar itu dikumpulkan dalam satu hall terbuka di dek dasar,

"Untuk sesuatu yang mendesak ini, kuharap kita bisa meringankan derita korban pengungsi yang kebetulan menemukan keberadaan kita"

Setelah mengakhiri penyampaiannya selaku pemilik kapal, semua mulai disibukkan dengan mengepak barang layak pakai, seperti selimut dan bantal dari kamar kamar yang tak digunakan, bahan pokok dibungkus rapih, seluruh sekoci dipersiapkan untuk diturunkan,

kapal pesiar yang besar itu tak dapat menepi disekitar tanjung yang airnya sedang surut, setelah jangka diturunkan, Sekoci yang berisi bahan pokok dan kebutuhan lain diturunkan pelan pelan, beberapa ABK termasuk nakhoda dan rombongan Irene ikut bersama mengikuti gerombolan tersebut,

Irene tersenyum, tak hentinya salah satu dari mereka yang ia yakini pemimpin dari aksi _ingin membajak kapalnya_ itu mengucapkan terimakasih,

bibirnya yang kering dengan wajah sedih yang kusam, pipinya tirus masuk, pakaian yang sobek itu sangat memprihatinkan, berapa lama mereka dalam kondisi tidak layak ini,

Sekoci mereka mengapung lambat setelah mesin dimatikan, dermaga kecil mulai tampak, orang orang di pinggiran tanjung terlihat menunggu kedatangan mereka

"Mereka sangka kita dari PBB, sudah menunggu bantuan sejak seminggu lalu"

Bisik nakhoda itu menjawab kebingungan Irene, mendapat lambaian dengan antusias membuat dadanya berdesir, senyum cerah penuh harap dari mereka yang menunggu di daratan seperti membuat jiwa Irene hidup,

[SEULGI x IRENE] Please~ ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang