#Bukan_Inginku part 3Raina mengetuk pintu ruangan Bu Ayuni. Dia harus membuat alasan, agar tidak perlu mengajar Edo lagi. Jujur Raina sangat takut dengan kelakuan Edo, yang menurutnya sudah tidak terkendali.
"Masuk ...."
Terdengar suara Bu Ayuni dari dalam ruangan. Raina segera membuka pintu, kemudian memasukinya.
"Bu ...."
"Ada yang ingin kamu bicarakan Rai?" Bu Ayuni menyingkirkan laptop dari hadapannya. "Ayo duduk dulu."
Raina segera duduk di kursi yang berada di depan Bu Ayuni. Mereka terpisahkan oleh sebuah meja kerja. "Bu ... saya ingin berhenti mengajar Edo." Raina menunduk takut memandang wajah Bu Ayuni.
Bu Ayuni membuka kacamatanya gusar. "Kenapa tiba-tiba minta keluar? Bayarannya kurang Rai?"
Raina menggeleng panik, "Tidak Bu, bukan karena bayarannya. Ibu saya baru di operasi. Dia tidak ada yang mengurus. Jadi saya ingin fokus mengajar dan mengurus Ibu."
Bu Ayuni terlihat mengangguk-angguk, wajahnya yang datar, terlihat sedang mempertimbangkan sebuah keputusan yang penting.
"Baiklah. Sebenarnya saya keberatan kamu berhenti. Tapi mengurus Ibu sakit memang harus diutamakan."
"Terima kasih, Bu atas pengertiannya." Bu Ayuni mengangguk sambil tersenyum. "Saya permisi, Bu." Bu Ayuni kembali mengangguk.
Dengan perasaan yang ringan, Raina meninggalkan ruangan pemilik yayasan. Tinggal pintar-pintar menghindari Edo sekarang.
****
Sebulan sudah Raina tidak mengajar les Edo. Dia juga berhasil menghindarinya di sekolah. Tidak ada keinginan sedikitpun untuk memberi harapan pada Edo. Apalagi setelah tau, Radian adalah kakaknya.Ibu Sekar sudah seminggu kembali ke rumah. Sehingga Raina tidak perlu keluar masuk rumah sakit lagi. Apalagi melihat kesehatan sang Ibu mulai banyak kemajuan.
"Na ...."
"Iya, Bu. Ada yang ingin Ibu sampaikan?" Raina memperbaiki selimut sang Ibu sembari duduk di pinggir ranjang.
"Beberapa hari yang lalu Pak Dedi dan istrinya datang menengok Ibu."
"Pak Dedi ...?"
"Orang yang dulu pernah menolong Ibu saat Ibu baru datang ke kota setelah diusir warga."
"Oh iya, Raina ingat, Bu."
Dulu saat Raina dan Sekar ibunya, baru tiba di kota, Ibu Sekar bertemu dengan Pak Dedi di stasiun. Dari sana, Pak Dedi membawa Ibu Sekar dan Raina ke rumahnya. Dibantu sang istri, Ibu Rahmi, Pak Dedi mencarikan kontrakan juga kerja untuk Ibunya Raina. Mereka juga banyak membantu dalam kebangkitan Ibu.
"Mereka ingin menjodohkanmu dengan Rama, Nak."
"Mas Rama bukannya sudah menikah, Bu."
"Mereka sudah bercerai, kan istrinya sekarang jadi istri artis."
"Artis siapa, Bu?"
"Itu lho, artis kesukaan Ibu, si Radian."
Jantung Raina berdetak kencang, saat tahu Ibu ternyata menjadi pengagum Radian, orang yang tidak ingin Raina lihat lagi.
"Istrinya namanya Rita ya, Bu?"
"Iya, Ibu baru ingat. Nama mantan istri Rama itu Rita?"
"Mereka ada anak, Bu?"
"Untungnya belum, jadi tidak ada yang tersakiti dengan perpisahan mereka."
"Kalau menurut Ibu, dia bisa menjadi imam buat Raina, Raina setuju, Bu."
Mata Sekar bersinar bahagia mendengar jawaban sang anak. Ibunya langsung mengambil gawai, sepertinya ingin menghubungi keluarga Pak Dedi.
Saat mendengar percakapan Ibunya. Raina diberi tahu, besok pulang mengajar dia akan bertemu dengan Rama.
Sore harinya, setelah selesai mengajar, Raina meninggalkan sekolah menuju sebuah restoran untuk bertemu dengan Rama. Tadi malam mereka sudah janjian untuk bertemu.
Setiba di sana, Raina tidak kesulitan mencari Rama. Ciri-ciri yang disebut Rama tadi malam, langsung terlihat dari pintu restoran. Mereka memang belum pernah bertemu sama sekali. Karena saat Raina tinggal di sana, Rama sedang melanjutkan pendidikannya di luar negeri.
Raina segera menuju meja yang Rama duduki. Terlihat pria itu berdiri menyambut kedatangannya. "Raina ...?" Raina mengangguk membenarkan.Dia segera menarik kursi di hadapan Rama, kemudian mendudukinya. Mereka langsung memesan makanan saat pelayan datang.
Raina dan Rama kemudian mengobrol ringan untuk saling mengenal. Obrolan sempat terputus saat makanan datang. Setelah itu mereka kembali meneruskan obrolan.
"Mas, kalau boleh jujur, Raina sebenarnya sudah tidak perawan lagi, Mas." Akhirnya Raina memilih jujur.
"Mas juga bukan perjaka Na, jadi buatku semua itu bukan masalah. Kecuali kamu punya kekasih, baru saya mending mundur."
Raina berdesah lega. Dia menggeleng "syukurlah, Mas. Aku belum mempunyai kekasih kok." Rama tersenyum lega mendengar jawaban Raina.
"Na, kalau kita menikah, maukah kamu meninggalkan kota ini mengikutiku. Karena aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku?"
"Ibuku bagaimana, Mas? Aku tidak tega meninggalkan Ibu sendiri."
"Papa sudah berbicara dengan Ibumu, dia bersedia ikut dengan kita. Jadi maukah kamu?"
Raina tersenyum dan mengangguk setuju. Dia bernafas lega, Rama mau memikirkan sang Ibu.
Rama segera menghubungi keluarganya setelah mendengar jawaban Raina. Setelah selesai, Rama sepakat nanti malam akan datang untuk melamar Raina.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Inginku
عاطفيةDemi operasi sang Ibu, Rania terpaksa menjual keperawanannya kepada seorang artis yang sudah berkeluarga. Siapa sangka, sang artis yang bernama Radian justru terosepsi ingin memiliki Rania, padahal Rania sudah menikah dan berbahagia dengan keluargan...