Part 2

14 1 0
                                    


#Bukan_Inginku part 2

Terlihat lampu hijau menyala pertanda operasi Ibu telah selesai. Dengan hati yang tak karuan Raina mendekati pintu operasi. Apalagi saat melihat dokter telah keluar dari ruangan, serasa tak sabar akan kabar tentang Ibu.

"Operasi sukses," ucap Dokter Kris sambil menepuk bahu Raina berlahan.

"Alhamdulillah!" Raina berteriak sambil mengusap mukanya dengan kedua tangannya pertanda dia sangat bersyukur.

Raina langsung bersujud di depan pintu operasi sangking bahagianya.

Tak lama dia berdiri dan mendekati dokter yang tersenyum maklum dengan tingkahnya. "Ibu akan sembuhkan, Dok?"

"Insyaallah, banyak berdoa. Sebentar lagi Ibumu akan di pindah ke ruang rawat. Kamu bisa melihat keadaannya nanti."

"Terima kasih Dok." Dokter Kris mengangguk dan meninggalkan ruang operasi beserta jajarannya.

***
Sudah seminggu sang Ibu dirawat. Raina harus bolak-balik rumah sakit ke sekolah juga sebaliknya, karena hanya dia yang merawat sang Ibu. Sang Ayah sudah meninggalkan Ibunya sejak Raina dalam kandungan. Ayahnya lebih memilih istri pertamanya setelah sukses membohongi Ibunya yang polos.

Dulu Ayahnya mengaku bujangan saat bertugas di desa Ibunya yaitu Sekar, nama Ibu Raina. Setelah agak lama dekat, akhirnya mereka menikah,tapi semua hancur kala seorang wanita yang mengaku istri pertama suaminya datang melabrak. Kehancuran harus diterima Sekar saat Ibunya meninggal terkena serangan jantung akibat kebrengsekan suaminya. Tak lama Ayahnya menyusul karena kesedihannya yang mendalam, akibat dari kejadian itu dan juga kehilangan istri tercinta.

Semua menjadi hancur sempurna saat akhirnya Sekar tau, ada janin dalam perutnya. Dalam kesakitan, dia harus menerima hujatan dari warga sekitar sebagai perempuan jalang, karena sudah merebut suami orang lain. Sekar memutuskan meninggalkan desa karena sudah tidak tahan hidup di sana.

Jatuh bangun Sekar mengandung Raina hingga melahirkannya. Untung saja warga tempat Sekar tinggal, sangat baik dan sukarela menolong Sekar. Mereka baru pindah, saat Raina kuliah di luar daerah. Sekarang Raina berhasil menjadi seorang guru di sekolah swasta yang cukup elit.

Raina kembali mengajar setelah cuti yang diajukan dari sekolah sudah habis. Jadi mau tidak mau Raina harus kembali mengajar.

Kalau ingin mengeluh, Raina memang sangat kelelahan. Namun, melihat kesehatan Ibu yang berkembang pesat, membuatnya sangat bersemangat.

"Aku tinggal dulu ya Bu, nanti aku kembali lagi."

"Hati-hati ya nak, jaga kesehatan," ucap Sekar pelan.

Dia sebenarnya kasihan dengan Raina yang mesti bolak-balik.  Mau bagaimana lagi, keadaa yang memaksa Raina untuk melakukannya, membuat Sekar pasrah saja saat dengan keras kepala Raina mengatakan sanggup bolak-balik demi Ibunya tersayang.

Dengan ceria Raina memasuki sekolah. Dia begitu terhibur melihat senyum para muridnya.

"Ibu sayang... tumben datang pagi, gak sabar ketemu Edo ya Bu?"

Raina hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Edo, salah satu murid kelas 12 sekaligus anak pemilik yayasan tempat Raina mengajar.

"Kamu ini Do, ga pantes ngerayu Ibu." Raina geleng kepala melihat tingkah Edo.

"Umur kita ngga jauh lho Bu Raina, cuma 6 tahun. Kita masih pantas untuk menikah."

Raina tersedak ludahnya sendiri karena keterus terangan Edo.

Hanya Raina yang tau, jika Edo si most wanted sekolah mencintai Raina. Dia pernah menembak Raina untuk menjadi kekasihnya, yang secara halus ditolak oleh Raina.

Selain umur, kasta juga sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Semua menjadi jarak nyata untuk sadar, bahwa Raina tidak pantas di sana.

"Ayo masuk, bentar lagi bel Do."

"Percayalah Bu, aku tidak akan menyerah hanya karena penolakan Ibu."

Raina hanya bisa tersenyum miris, sambil melihat kepergian Edo yang berjalan pongah meninggalkannya.

"Hidupmu makin sulit Na," gumannya nyeri.

****
Hari minggu Raina terpaksa tetap meninggalkan Ibunya. Sejujurnya kalau bukan karena perintah bu Ayuni, Raina tidak berminat untuk menjadi guru Les Edo. Tapi pemilik yayasan membuatnya terpaksa harus menurut, kalau tidak ingin meendapatkan surat pemecatan.

Gerbang rumah mewah itu terbuka otomatis saat Raina menyebutkan nama dan kepentingannya ke rumah itu.

Dengan diantar seorang asisten rumah tangga, Raina memasuki sebuah ruangan khusus. Saat Raina memasuki ruangan tersebut, ternyata Edo sudah menunggu. Dengan tersenyum kecut, Raina duduk lesehan di hadapan Edo. Mereka terpisah oleh sebuah meja yang di atasnya penuh dengan buku.

"Kamu udah pinter Do, apa yang harus Ibu ajarkan?" tanya Raina kebingungan.

"Apa saja, asal Edo tambah pinter."

Raina harus menelan ludah saat melihat Edo mengedipkan matanya.

Terdengar ketukan pintu dari luar, saat Raina akan menyangkal omongan Edo.

"Buka aja!" teriak Edo terlihat kesal.

"Gue balik Do, mumpung Rita kagak di rumah. Sumpek liat mukanya."

Muka Raina berubah seputih mayat, saat mendengar suara di belakangnya. Itu suara Radian, Raina sangat yakin itu suara Radian, manusia pembeli keperawannya sebulan lalu.

Edo menghampiri pintu dengan gaya pongahnya.

"Cabut gih, gue mau belajar. Kagak syuting loe?"

"Kagak adikku sayang, udah dah gue balik."

Terdengar pintu tertutup dengan perlahan. Raina begitu kalut mendengar suara Radian, siapa sangka Edo adik dari artis tersebut.

Raina berjengit terkejut saat merasakan Edo memeluknya dari belakang.

"Ka--Kamu melecehkan saya Do," ucap Raina bergetar.

Belum habis keterkejutannya tentang Radian, kini Edo malah menambah masalahnya.

"Aku sanggup melakukan apapun untuk memilikimu Raina. Kamu akan segera jadi milikku," bisik Edo di telinga Raina.

Jiwa Raina sangat terguncang dengan kelakuan Edo. Dia begitu ketakutan mengalami ini semua. Airmatanya mengalir deras saat menyadari Edo berubah menjadi seperti iblis.

Dengan bergetar, Raina melepaskan pelukan Edo. Sungguh dia merasa seperti sedang mendatangi kandang singa. Tak lupa dia mengusap pipinya yang penuh air mata.

Dia menghisap udara dengan dalam, lalu menghembuskan berlahan. Berharap sesak di dadanya menghilang, walau ternyata, usahanya sia-sia.

"Aku pu--pulang Do, aku harap yang kamu ucapkan hanya bercanda."

Raina segera berlari keluar dari ruangan. Sempat Raina melihat seringaian kejam yang tercetak di bibir Edo. Sungguh dia berharap semua hanya mimpi buruk, sayangnya cubitan keras pada tangannya yang menimbulkan rasa sakit meyakinkannya kalau semua itu nyata.

Berkali-kali Raina berusaha mengusap airmata yang terus-menerus mengalir. Dia tidak peduli pandangan heran penghuni rumah mewah ini.

Saat dia berhasil keluar rumah mewah itu, dia meraung sepuasnya di bawah sebuah pohon besar yang tumbuh tidak jauh dari rumah mewah tersebut. Keadaan yang sepi memudahkannya meluapkan segala sesak dalam dada.

Tbc

Bukan InginkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang