Episode 4

8 1 0
                                        

#Bukan_Inginku part 4

Malam harinya, Rama betul-betul datang melamar Raina. Sesuai kesepakatan, pernikahan dilaksanakan minggu depan. Semua dikerjakan cepat, karena Rama harus segera kembali ke perantauan, pekerjaannnya telah menunggu dan cutinya hampir habis.

Untuk kesekian kalinya, Raina kembali ke ruangan bu Ayun, dia mengantarkan surat pengunduran diri, karena akan menikah kemudian pindah.

Awalnya beliau keberatan dengan surat yang Raina buat. Namun, saat dia memberikan alasan harus mengikuti sang calon suami pindah, Bu Ayuni akhirnya mengizinkan.

Tak terasa terdengar kalimat sah memenuhi ruangan. Akhirnya Rama dan Raina telah resmi menjadi suami istri. Malam harinya mereka melakukan resepsi. Walau tidak terlalu mewah, tapi hampir semua undangan menghadiri acara mereka.

Bu Ayuni datang bersama Edo dan Radian. Edo terlihat muram dan terpukul, mengetahui wanita pujaannya dan sudah diclaim menjadi miliknya, justru kini duduk manis di pelaminan dengan pria lain.

Radian tak kalah terkejut, saat melihat pengantin wanita adalah seseorang yang pernah menghangatkan ranjangnya. Bahkan sejak malam itu, dia sama sekali tidak berminat dengan pelayanan istrinya.

Berbulan-bulan mencari Raina, dia sudah berfikir akan menikahi Raina walau harus memaksa. Namun, kenyataan menghantamnya telak. Sang gadis idaman telah menjadi milik lelaki lain.

"Guru sekolah Mama yang mana, Ma?" bisik Radian kepada Bu Ayuni, Mamanya.

"Itu yang perempuan namanya Raina. Dia guru di sekolah dan guru les Edo."

Jawaban Mamanya merubah wajah Radian menjadi pucat. Selama ini, dia sibuk mengkonfrontasi Rosa untuk menemukan Raina. Apalagi setelah keperawanan Raina dan alasan di balik terjualnya keperawanan itu, membuat jiwa posesif Radian untuk mendapatkan Raina begitu menggebu. Ternyata malah Mamanya sangat mengenal Raina.

Sialan ....

Tau seperti itu, sudah lama dia pasti akan menjambangi sekolah sang Mama. Nyatanya dia harus menelan pil pahit. Saat dia tau, justru semua sudah terlambat.

Bahkan Meta istrinya, kini sudah tidak mengundang minatnya sama sekali. Baginya hanya Raina yang pantas menjadi istrinya.

Teringat kejadian beberapa bulan lalu. Sudah hampir sebulan dia berpuasa, tapi malam itu Meta justru sibuk mengurusi pergaulan sosialitanya.

Radian dan Meta bertengkar hebat. Dalam kemarahan, Radian mendatangi rumah Rino sahabatnya. Saat sedang kalut, Rino menawari Raidan perempuan orisinil tawaran dari Rosa, pelacur langganan Rino.

Radianpun menyetujuinya. Malam berikutnya, Radian akhirnya menikmati malam indah yang kemudian membuatnya sulit melupakan sang wanita.

Radian kemudian meminta kertas dan pulpen pada seorang panitia. Dengan tersenyum culas, dia menuliskan sesuatu pada kertas tersebut. Seringai kejam sempat menghiasi senyumannya walau sesaat.

Untung saja sang Mama pemilik yayasan sekolah, sehingga di dalam acara, dia tidak perlu repot untuk melakukan tanda tangan atau foto bersama oleh penggemarnya. Sejujurnya Radian kurang nyaman dengan segala perhatian yang di perolehnya. Namun, profesinya memaksanya harus tampil ramah kepada semua orang.

"Di, kamu lihat Edo tidak?" tanya Mamanya yang panik mencari Edo.

"Kenapa, Ma? Edo sudah besar,tak perlu dicari lagi." Radian cuek saja dengan kekuatiran Mamanya kepada sang adik.

"Kamu itu ga ngerti. Dia sedang patah hati, makanya Mama takut terjadi apa-apa terhadap Edo."

"Hah ... patah hati? Yang bener aja, Ma. Edo patah hati sama siapa?" Radian nyaris tertawa mendengar Edo si most wanted sekolah ternyata bisa patah hati.

"Edo udah lama suka banget ma gurunya si Raina. Dia sampai minta ijin setelah lulus, akan melamar Raina. Ternyata malah keduluan orang."

Radian sungguh terkejut mendengar semua penjelasan Mamanya.

Sial ....

Edopun menyukai miliknya. Sungguh mengesalkan saat dia mulai menginginkan seseorang, ternyata sang adik harus menjadi saingannya.

Radian akan membuat Edo melupakan Raina, sebelum dia melakukan rencananya. Karena Raina hanya milik Radian.

Tak lama, Edo terlihat berjalan menuju dirinya dan Mama berdiri. Mata sembabnya dan bola mata yang berwarna merah walau terlihat samar, meyakinkan Radian, kalau sang adik baru saja menangis. Edo benar-benar patah hati.

[Maaf Do, Raina milikku, dan kamu juga suaminya sekarang tidak berhak memilikinya seumur hidup. Raina hanya milikku]. Radian tertawa dalam hati mendengar suara batinnya berbicara.

Mamanya mengajak Radian dan Edo untuk memberi selamat kepada kedua pengantin. Radian tersenyum samar, saat menyadari, wajah sang mempelai wanita berubah seputih mayat saat melihat wajahnya.

Tanpa sepengetahuan siapapun, Radian menyelipkan kertas yang sedari tadi digenggamnya ke tangan Raina saat menyalami gadisnya itu. Raina segera menyimpan kertas pemberian Radian dengan gemetar. Saat ini dia sangat ketakutan oleh pria tersebut.

"Boleh tidak, Mas,saya berfoto berdua dengan istri Mas. Dia terlihat cantik sekali soalnya." Izin Radian kepada Rama tanpa rasa takut.

"Oh tentu boleh, Mas Radian. Silahkan." Tanpa rasa curiga, Rama mengizinkan Radian berfoto dengan Raina.

"Tapi, Mas ...?"

Raina meremas tangan Rama bertanda dia keberatan. Mata Raina berkaca-kaca, berharap Rama mengerti, jika dia tidak ingin berfoto dengan Radian.

"Ngga papa, Sayang. Lumayan foto sama artis ya."

Rahang Radian berubah mengeras, sungguh dia tidak rela melihat genggaman tangan Raina dan Rama yang terlihat mesra di matanya. Berbanding terbalik dengan Raina yang kecewa mengetahui Rama membolehkannya berfoto dengan Radian.

Dengan lesu, Raina mendatangi Radian yang telah siap di foto.Radian menempatkan Raina di sisinya. Tanpa sepengetahuan siapapun, Radian meletakkan telapak tangannya di punggung Raina yang sedikit telanjang.

Dia tersenyum bahagia. Dia berjanji, akan membuat foto ini menjadi nyata. Dia dan Raina menjadi pengantinnya.

Radian harus kembali menahan emosinya waktu Edo juga menginginkan berfoto berdua bersama Raina. Terlihat pendar bahagia di mata Edo saat berdiri bersisian dengan wanita pujaan, walau hanya sebentar.

Akhirnya semua pamit bersamaan dengan selesainya acara. Raina dan Rama berjalan bersisian memasuki kamar yang telah di pesan.

Di dalam kamar mandi, air mata kembali menetes dari mata Raina saat membaca kertas yang tadi diserahkan Raidan.

Bersenang-senanglah sayang.
Bahagiakan dirimu dengan suamimu.
Karena sesudahnya,
Yakinlah ....
Kau akan menjadi istriku untuk seumur hidupmu.

Tertanda,
Pria pertamamu.

Tbc

Bukan InginkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang