🌷Bab 6🌷

2.6K 197 13
                                    

"Teman? Hahaha." Abimana tak bisa berhenti tertawa saat mengingat obrolan antara dirinya tadi di rumah Adara.

Dengan santainya ia memberikan tawaran pertemanan untuk Adara, seharusnya malam ini juga Abimana harus langsung bisa mengutarakan penolakannya soal perjodohan ini. Tapi, kenapa tadi dia malah bersikap seperti orang bego di depan Adara. Dan sekarang mereka kini telah resmi berteman.

Abimana membuka ponselnya dan melihat nomor yang tertera nama Adara disana. Tadi, sebelum pulang dari rumah Adara, ia sempat meminta nomor ponsel gadis itu.

Ia usap layar ponselnya, lalu Abimana mencoba mengirimkan pesan chat untuk Adara saat kebetulan wanita itu terlihat masih online.

Abimana : sudah tidur?

Abimana merutuki jari-jarinya sendiri yang dengan lincah mengetikkan kata itu dan mengirimkannya pada Adara.

Aku bodoh atau apa? Jika Adara masih online, tak mungkin gadis itu sudah tidur. Lalu untuk apa aku berbasa-basi mengirimkan chat seperti itu? batin Abimana merutuki tindakannya sendiri.

Abimana histeris ketika melihat pesan chatnya dibaca oleh Adara. Terlihat dari warna garis centang yang kini berwarna biru. Harap-harap cemas Abimana menunggu reaksi dari balasan Adara.

Adara : assalamualaikum, sebaiknya ucapkanlah salam terlebih dahulu Abimana. Aku belum tidur.

Berdecak sebal membaca isi pesan chat Adara, kenapa ia bisa sampai lupa salam. Hei, Abimana ayolah, ini Adara Adibah anaknya pak Radi. Bukan Fiara yang sejak kecil sudah di tinggalkan kedua orang tuanya yang meninggal.

Abimana : aku tidak sedang bicara Adara, tapi jariku yang mengetik :)

Di lain tempat, Adara mengernyit membaca balasan isi pesan chat Abimana. Apa maksud pria itu.

Adara : maksudnya?

Abimana : ah tidak, lupakan :v

Adara tidak mengerti dengan emoji yang Abimana kirimkan di setiap akhir pesan chatnya. Apa maksud dari emoji itu?

Adara : baiklah, ini sudah sangat malam. Aku juga sudah mengantuk dan besok ada pemotretan, selamat malam.

Balasan chat terakhir Adara sebelum wanita itu offline, Abimana masih terus membaca isi pesan chat itu berulang-ulang. Ia memilih tak membalas chat Adara, dan lebih memilih tidur.

Abimana membaringkan tubuhnya di ranjang, bibirnya melengkungkan senyum saat mengingat yang barusan ia lakukan. Kenapa tingkahnya terlihat seperti remaja yang sedang mencoba menggoda gadis yang di sukai dan di incarnya?

*****

"Adara!" panggil Stefy yang bekerja di bagian make up. "Ada yang mencarimu," beritahu Stefy pada Adara yang saat ini tengah istirahat setelah tadi selesai di sesi pemotretan kedua untuk hari ini.

"Siapa?" tanya Adara penasaran.

Stefy mengendikkan kedua bahunya, "seorang pria yang sangat tampan."

Dahi Adara mengkerut bingung mendengar ucapan Stefy. Seorang pria yang sangat tampan mencarinya datang kesini? Siapa?

"Pria itu tadi mengatakan, jika dia calon suamimu." beritahu Stefy lagi tersenyum senang dengan pandangan mata berkilat menggoda.

Mendengar kata calon suami, Adara langsung mengingat Abimana. Ya, pastilah pria itu adalah Abimana, siapa lagi yang akan berani mengatakan itu selain pria itu.

"Kenapa kamu tidak pernah bilang dan bercerita jika kamu tengah menjalin hubungan dengan Abimana Wismara?" tanya Stefy dengan mimik wajah manyun.

Tanpa menjawab pertanyaan Stefy, Adara bergegas keluar dari ruangan tempat istirahatnya menuju ke tempat dimana Abimana kini sedang menunggunya. Abimana melambaikan tangannya saat ia melihat Adara yang berjalan sudah mendekat ke arahnya.

"Assalamualaikum cinta," Adara tertegun dengan ucapan salam Abimana. "Eh, maksudku, assalamualaikum Adara." Abimana meralat ucapannya saat tak mendapat respons dari Adara.

Adara tersenyum, "waalaikumsalam." jawab Adara yang langsung menarik kursi di depan Abimana.

"Darimana kamu tahu jika aku sedang ada pemotretan di tempat ini?" tanya Adara sedikit heran mengapa pria itu bisa menemukannya di tempat ini.

"Itu tidaklah sulit untukku, aku banyak kenalan artis dan manager artis—"

"Jangan bilang jika kamu mengenal manager ku dan mendapatkan informasi darinya." sela Adara memotong ucapan Abimana.

"Yupsss, tepat sekali." sahut Abimana tersenyum senang karena Adara pintar dan cepat tanggap.

"Aku mengatakan pada managermu, jika aku adalah calon suamimu. Dan kamu tahu bagaimana reaksi Lani saat aku mengubunginya tadi?" Adara menggelengkan kepalanya.

"Dia awalnya cukup terkejut, lalu aku berusaha meyakinkannya. Dan akhirnya dia percaya, lalu dia mengatakan padaku, bahwa dia masih terkejut jika Adara memiliki hubungan dengan Abimana Wismara."

Adara mengangguk mengerti, "karena selama ini aku memang tidak terlibat suatu hubungan dengan seorang pria. Aku sangat tertutup soal masalah pribadi, apalagi mengenai hubungan asmara."

"Kenapa?"

"Hanya merasa risih saja."

"Dan aku mengacaukan semuanya, benar?" tanya Abimana menyipitkan matanya.

Adara hanya menjawab dengan tawa kecilnya. "Jadi, ada apa kamu mencariku sampai datang kemari?" tanya Adara setelah tawanya reda.

Abimana menggeleng, "tidak ada hal penting, hanya ingin datang menemui ke tempat kerjamu saja. Apakah tidak boleh?"

"Uhm, boleh, memang siapa yang bisa melarangmu?"

"Tidak ada," jawab Abimana terkekeh.

"Ya sudah," sahut Adara yang juga terkekeh.

Obrolan Abimana dan Adara terus berlanjut, banyak yang mereka bicarakan. Suasana diantara mereka terkadang terlihat serius, kemudian suasana terlihat mencair diselingi canda tawa. Hingga tanpa sadar Adara harus kembali untuk sesi pemotretan terakhir, Abimana ingin melihat Adara saat pemotretan namun ia harus kembali ke kantor saat itu juga. Jadinya Abimana pamit pergi pada Adara.





Tbc....

Masih sepi?

Satu kata untuk part ini?

🌷

Assalamualaikum cinta (End-proses Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang