Part 5

7 3 0
                                    

Di kehidupan kartun mah beda sama kehidupan real. Di serial kartun kucing selalu kalah, dan tikus yang menang. Lah di kehidupan nyata, kucing menang dan tikus mati. Emang benar-benar takjub sama setial kartun yang satu ini.

~Author Imut~

"Sya, jelasin ke gue. Tadi di taman, kenapa acara peluk-pelukan sama Naufhal?" kata Puput, meminta penjelasan kepada sahabatnya. Syasa menggaruk tengkuknya, memainkan ujung bajunya, sambil tersenyum cengir. Entah apa yang merasuki diri Syasa.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Puput, ia malah senyum-senyum tidak jelas. "Syasa kesambet apa sih? setan apa sih yang merasuki tubuh nih bocah?" batin Puput bertanya-tanya. Sejak kapan juga bocah yang satu ini jadi gila.

Karena kebingungan, Puput memilih keluar dari kamar nya, membiarkan sahabat gila nya itu sendirian di kamar. 10 menit, Puput kembali lagi ke kamarnya. Dan seperti nya Syasa sudah siap di intogasi, sekarang dia sudah tidak senyum-senyum lagi, sekarang dia menonton serial kartun yang banyak di gemari baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, dan serial kartun itu Tom & Jerry.

Di kehidupan kartun mah beda sama kehidupan real. Di serial kartun kucing selalu kalah, dan tikus yang menang. Lah di kehidupan nyata, kucing menang dan tikus mati. Emang benar-benar takjub sama setial kartun yang satu ini.

"Oke Sya, ceritakan masalah yang tadi!" tuntut Puput. Syasa menarik nafasnya dalam-dalam, lalu memulai menceritakan masalah yang tadi.

"Jadi gini Put, tadi Naufhal ngelamar gue. Huaaa, padahal kan gue selalu kesel kalau deket sama Naufhal, ko jadi baper ya pas di lamar? Huaaa Put!" jerit Syasa, Puput ikut tersenyum mendengarkan cerita dari sahabat nya. "Tuhkan gue juga bilang apa" batin Puput.

                                 *****

"Cha, mau kah kamu menjadi pendamping hidup ku? Menjadi sahabat hidup ku? Menjadi ibu dari anak-anak ku? Menjadi tulang rusukku?" ucap Naufhal, menunduk di hadapan Syasa, sungguh romantis. Siapapun jika di berikan kejutan seperti ini, akan baper bukan? Yahh begitu pula dengan apa yang di rasakan oleh Syasa. Syasa tertegung dengan keberanian Naufhal, melamarnya di depan umum. OMG, jantung Syasa sudah berpacuh begitu cepatnya, seakan-akan sedang mengikuti lomba lari maraton.

"Cha, cepet dong, kaki aku pegel nih" ucap Naufhal. Syasa tersadar akan kelamuannya, lantas menarik nafas dalam-dalam.

"Iya Fhal, aku mau nerima kamu menjadi pendamping hidupku" ucap Syasa, menutup  matanya. Entahlah dirinya seakan malu. Tapi rasanya ia sangat senang dengan kejadian ini. Naufhal bangkit, lalu memeluk Syasa. Syasa membalas pelukan Naufhal. Orang-orang yang melihat kejadian ini, terharu dan juga baper. Tak menyianyiakan waktu, ada sebagian dari mereka mengambil gambar dari  moment romantis ini.

Pernikahan di mulai, banyak tamu undangan telah hadir, menikmati hidangan-hidangan yang telah tersedia. Kedua mempelai sibuk menyalimi tamu-tamu undangan, gaun putih indah nan mewah, sangat pas dengan wajah cantik Syasa. Begitupun dengan Naufhal dengan stelan jaz berwarna putih, sangat tampan dan rupawan.

"Selamat yah Sya, Fhal. Padahal kan dulu kalian selalu aja berantem. Eh ujung-ujungnya malah nikah. Dari kalian kita tau kalau jodoh itu gak jauh-jauh dari kita" ucap Seyla sambil tertawa, teman sekelas Syasa dan Naufhal.

"Iya dong Sey, kan benci itu singkatan dari benar-benar cinta" canda Puput. Mereka lantas tertawa. Saat tinggal mereka di atas pelaminan itu, entah kenapa Naufhal ingin mencium Syasa, dan saat itu pula,

"Woyyy,, Sya bangun napa! Lo molor atau apa sih? Ini udah jam berapa! Lo mau kita telat ke sekolah trus di hukum?" suara lantang dari Puput, membangunkan Syasa, lantas semua mimpi yang tersusun saat indah itu, hilang bagaikan pecahan-pecahan kaca.

"Ahh sial, ternyata hanya mimpi" gumam Syasa, ia mengacak-acak rambutnya sendiri. Kebingungan kenapa ia sampai bisa memimpikan Naufhal menikah dengannya. Sungguh aneh.

Karena tak ingin mendengar ocehan-ocehan dari Puput, ia mengambil handuk, lantas menuju kamar mandi. Membersihkan diri, serta menjernihkan pikirannya tentang Naufhal.

Di kamar mandi, ia masih saja teringat akan mimpi nya tadi. Ah itu membuat dirinya frustasi. Ada apa dengannya? Sungguh, itu sangat mengganggu pikirannya.

"Auh ahh bodo amat, persetan dengan mimpi itu, yang penting sekarang gue harus buru-buru mandi, sebelum Puput mengomel tidak jelas, seperti kak ros kala memarahi upin dan ipin ketika berbuat kesalahan"gumam Syasa, lantas kembali melanjutkan ritual yang sempat terhenti.

Hanya butuh beberapa menit, Syasa sudah siap dengan pakaian seragam sekolah putih abu-abu miliknya. " Yok Put, gue udah siap". Puput hanya mengangguk mengingatkan, lantas mereka segera menuju ke sekolah. Untung lah selama perjalanan. Tidak macet, dan tidak ada kendala lainnya. Semua berjalan lancar.

Dan sekarang tiba lah mereka, di sekolah. Sudah banyak pelajar, tentunya dengan aktifitas masing-masing. Letak kelas keduanya dengan parkiran sekolah cukup jauh, karena kelas mereka berada di lantai dua. Sekolah ini hanya memiliki dua lantai. Sepanjang koridor keduanya berjalan, dengan pikiran masing-masing.

Tiba-tiba saja ada, tiga cewek yang rada-rada kecentilan. Lihat lah, bagaimana bisa seorang pelajar, memakai lipstik yang sangat menor sudah seperti ibu-ibu yang lagi ke kondangan. Rok spam pendek, sekitar di atas lutut, baju ketat. Entah mereka niat kesekolah, atau pergi cari sensasi, bagi para lelaki liar.

"He lo! Lo jangan coba-coba deketin Naufhal! Dia milik gue!" seru salah satu di antara ketiganya. Dia yang paling berada di depan, cantik sih. Yang di ketahui bernama Karin. Tapi, masyaallah dengan dandanannya. Padahal cewek natural lebih bernilai di mata cowok. Ehh gak semuanya.

"Emang siapa juga yang deketin Naufhal?" tanya balik Syasa, Syasa bukanlah cewek yang kalau di bentak diam. Dia akan melawan. Lagian dia pernah mempelajari salah satu jenis olahraga bela diri, taekondo.

"Ya elo lah, gak sadar diri amat! Sok kecantikan pula! Sadar dong muka lu tuh di bawah standar" ucap Karin, mendesih. Dia sungguh meremehkan lawannya. Tak semua lawan itu seperti tikus, kali aja yang di lawan adalah ular.

"Gue sok kecantikan? He sadar yah tante menor. Lo tuh yang sok kecantikan, mana dandanannya udah kayak tante-tante" Tak terima dengan ucapan Syasa, Karin sudah siap mendarat kan tangan nya ke pipi Syasa. Tapi, kejadian itu terhenti. Ada sebuah tangan yang menahan tamparan itu.

"Na..aa..fhal..." ucap Karin terbata-bata, kedua dayang-dayang juga ikut kaget, dengan kedatangan Naufhal yang tiba-tiba datang dan menghentikan aksi dari Karin.

"Maksud lo apaan sih ha? Lo mau tampar Syasa? Jangan segan-segan nyentuh Syasa!" Suara Naufhal tegas, menatap tajam ke arah Karin. Lalu menarik tangan Syasa, meninggal kan Karin dan dayang-dayangnya.

Di koridor itu, banyak orang-orang yang menonton. Karin menghentakkan kaki nya kesal, kenapa juga Naufhal datang.

"Cihhh dasar cewek jalang! Awas aja lo yah, tunggu pembalasan gue!" ucap Karin, lalu akhirnya pergi juga di ikuti oleh para dayang nya.

Sementara Syasa sendiri, masih bengong, menatap tangan yang sedari tadi di tarik oleh Naufhal. Puput? Dia dari tadi mengikuti keduanya, sambil senyum-senyum melihat keduanya.

"Pasti bentar lagi, mereka akan jadian. Jangan manggil gue puput kalau mereka gak jadian!"batin Puput.

Hallo gays, aku baru update, gak punya ide soalnya😂. Tugas sekolah juga banyak, btw gk ada yang rindu yah:(

Omg Dia Imamku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang