2. Meet up; kegundahan hati

3.2K 349 17
                                    

Jika tidak ingin terluka,
Hiduplah seolah-olah tidak punya
tempat istimewa di manusia manapun;

Jika tidak ingin terluka,Hiduplah seolah-olah tidak punyatempat istimewa di manusia manapun;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Aleta. Cewek berambut blow hitam sedada itu tengah duduk bersila di atas karpet bersama kedua temannya. Aleta sedang memetik daun selada dan mencucinya bersih sedangkan kedua temannya mengerjakan yang lain, memotong sosis atau daging untuk di bakar nanti.

"Menurut lo Bella beneran datang gak sih Ta?" Tanya Aurel teman sebelahnya.

"Oh itu. Kayaknya sih beneran soalnya si Rama udah kasih tau di grup kalo Bella juga ikutan." Yaya nimbrug sambil berusaha menata gelas untuk di isi jus.

Aurel mengangguk. "Ya juga sih. Tapi gue jadi degdegan ketemu dia. Dia bakal berubah gak ya. Benci sama kita gak ya." Pikir Aurel.

"Rel. Rel. Ngapain coba dia benci sama kita. Kita juga gak ada salah sama dia dan juga ikut campur masalah dia dulu. Lagi pula itu udah masalah lama. Gue pikir juga dia gak bakal inget itu. 10 tahun lo bayangin aja Rel!" Tungkas Yaya membuat Aleta menoleh.

Aleta sedari tadi menyimak obrolan singkat itu. Meski ketakutannya juga sama halnya seperti yang di rasakan Aurel. Kepalanya menoleh ke anak cowok lalu menyipitkan matanya ke arah pintu masuk taman berharap orang yang sedang ada dalam obrolan temannya benar-benar datang. Meski sejujurnya ada hal yang Aleta rasakan.

Membiarkan kedua temannya mengobrol, Aleta lebih memilih diam dan berperang dingin dengan pikirannya sendiri. Hingga Aurel membuyarkan lamunannya.

"Pancake dan dessert lainnya mau di pajang sekarang Ta?" Aurel sudah mengangkat nampan berisi beberapa pancake beda warna.

Aleta berdehem. "Boleh. Jangan lupa di tutup."

Setelah persetujuan Aleta. Kedua temannya tampak sibuk dengan tugasnya. Namun Aleta tetap memilih duduk melamun, menatap beberapa orang yang sedang sibuk. Sejujurnya Aleta degdegan, bingung, keringat dingin. Sepertinya Aleta punya masalah dengan detak jantungnya. Ia merasakan takut yang berlebihan. Mungkinkah Bella akan menganggap Aleta masih temannya. Bayangan Bella kecil masih terngiang-ngiang dalam pikirannya hingga pada teriakan seorang cowok membuyarkan lamunannya.

Aleta menyipitkan matanya. Cowok itu berlari kecil kearahnya.

"Gue panggil dari tadi. Lo budeg ya?" Cerca cowok itu.

Aleta bangkit dari duduknya menatap cowok itu dari ujung kepala hingga kaki. Tak seperti pertemuan sebelumnya. Cowok itu nampak sangat rapi dan tampan meski rambutnya sedikit berantakan. Biasanya dia hanya menggunakan celana pendek, baju kaos, dan sendal slop rumahan. Aleta bisa menebak mengapa Arjuna seperti itu.

Hallo, Arjuna?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang