"APA MAKSUD KAMU KEN ?!!" Teriakan menggelegar sosok Alxander bergema dalam rumah. Lelaki itu melemparkan selembar kertas ke hadapan Ken dengan kasar.
Sementara itu, sosok Ken hanya tertunduk diam. Berusaha merangkai kata-kata yang tepat sebagai pembelaan.
"Daddy...'' cicit Della kecil yang tengah meringkuk ketakutan dalam dekapan Alice.
Tangan lembut wanita itu mengelus lembut punggung anak gadisnya sembari menenangkan sang suami.
"Dad.. daddy tenang dulu, masalah ini bisa dibicarakan baik-baik'' Ujar Alice.
"Sekarang kamu jawab pertanyaan daddy, Ken. Apa maksud kamu mengikuti kontes idol bahkan sampai keluar sebagai juara. Kamu tahu kan? Daddy nggak pernah setuju dengan kegiatan bodohmu itu'' Cecar Alex pada putranya dengan nada yang lebih santai dibanding beberapa saat lalu.
"Tapi dad..''
"Nggak ada tapi-tapian Ken ! Kamu itu pewaris OZE Corporation. Daddy mau kamu tinggalkan kegiatan konyol kamu !!''
"Dad ! Aku nggak bisa'' Bantah Ken. Kedua orang tuanya sontak membulatkan mata karena terkejut. Bagaimana tidak? Sosok Ken yang mereka kenal adalah anak yang baik dan penurut.
"INI PERINTAH ! DADDY TIDAK TERIMA PENOLAKAN" Tukas Alex sembari memberikan tatapan tajam pada Ken.
"Maaf... tapi aku nggak bisa Dad. Aku udah tanda tangan kontrak dengan agensi. Ken minta maaf...''
"KENZIE MELVIANO ORIEL !!"
"Ken...'' Alice berusaha membujuk Ken agar menuruti perintah daddynya. Namun, tekad pemuda itu sudah bulat untuk meraih apa yang diimpikannya selama ini.
"ANAK TIDAK TAHU DIRI ! KELUAR KAMU DARI RUMAH SAYA !! MULA DETIK INI... KAMU BUKAN LAGI ANGGOTA KELUARGA ORIEL" Ucap Alex dengan wajah merah padam menahan luapan emosi. Ia kemudian berlalu menuju ruang kerjanya diikuti oleh sang istri.
Ken menatap sendu punggung kedua orang tuanya. Tapi bagaimanapun, ia tidak bisa mundur setelah melangkah sejauh ini.
"Bang...'' Panggil Della yang tengah menagis sesegukan di atas sofa. Ia tidak terlalu memahami hal yang tengah terjadi. Tetapi ia tahu dengan pasti, kalau daddy nya sangat marah pada Ken.
"Abang minta maaf dek.. maaf...'' Kata Ken kemudian berlalu ke kamar untuk membereskan barang-barangnya. Karena penerbangannya ke Korea Selatan tepat beberapa jam lagi.
Sementara itu, Alice tak hentinya menangisi keputusan dua lelaki yang amat penting dalam hidupnya. Sang suami yang bersikeras pada keputusan awalanya dan juga sang putra yang kekeuh pada pilihannya.
Ia menghampiri putri kecil-nya yang masih menangis sesegukan di atas sofa tanpa tahu apa yang terjadi. Ia menenangkan sang putri dengan lembut.
Kemudian pandangannya tertuju pada sosok Ken yang berdiri di hadapannya dengan sebuah koper besar miliknya. Air matanya kembali tumpah. Apakah harus seperti ini?
"Mom. Ken pamit, maaf karena aku udah ngecewain mommy'' Kata Ken sembari memeluk Alice dengan erat.
"Ken...''
"Keputusan aku udah bulat mom. Sekali lagi... maaf''
"Jangan kecewakan mommy dengan keputusan kamu. Mommy akan selalu mendukung kamu sayang..'' Ucap Alice pada akhirnya. Ia hanya bisa mendukung dan mendoakan perjalanan karier sang putra sebaik mungkin.
"Mommy...'' Tanya Ken tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh sang mommy. Terlebih mommy-nya menyelipkan kartu debit dalam genggamannya.
"Jangan lupa terus hubungi mommy sayang. Hati-hati'' Alice berusaha menampilkan senyum terbaiknya.
"Del.. maafin abang ya? Abang nggak bisa nemenin Della lagi. Tapi satu yang harus Della tahu, abang sangat sayang sama kamu. See you...'' Pamit Ken sembari memeluk dan mengecup dahi sang adik dengan penuh kasih sayang.
Sebelum pergi, ia melangkah kedalam ruangan sang Daddy untuk pamit. Walaupun ucapannya hanya dianggap angin lalu. Ia tahu.. ia sadar.. kalau lelaki itu amat kecewa dengan keputusannya.
’Maaf karena membuat kalian kecewa. Tapi.. Ken janji akan berusaha kuat untuk membuat kekecewaan kalian menjadi rasa bangga' batin Ken sembari menatap lama bangunan kokoh nan megah didepannya. Tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya hingga saat ini. Tempat yang penuh dengan kenangan.. kenangan indah yang ia simpan rapat dalam memorinya.
﹃﹄
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
General Fiction"Setiap manusia memiliki hak untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Orang tua hadir untuk mendukung dan menuntun selama itu tidak melanggar aturan. Bukan malah menjadi pihak otoriter yang mengekang mimpi seorang anak'' - Ken - "Kehidupan masa keci...