♪♪♪
''Perlakukan orang lain, sebagaimana kamu ingin diperlakukukan. It's so simple''
♪♪♪
Matahari sudah menampakkan diri dengan gagah, menerangi dan menghangatkan permukaan bumi. Akan tetapi.. sesosok gadis cantik masih betah meringkuk dalam selimut, enggan bangkit dari alam mimpi.
Hingga suara dering ponsel berhasil mengusik kenyamanannya. Alhasil, kedua matanya terbuka untuk melihat nama yang terpampang di layar smartphone-nya.
"Ya..?'' Jawab gadis itu dengan enggan.
"Kamu masih tidur jam segini? Pesawat kamu take-off beberapa jam lagi'' Cecar suara seseorang di seberang sana.
"Iya Dad..'' Jawab gadis itu sekenanya.
"Daddy tunggu. Ingat.. malam ini anniversary perusahaan. Persiapkan diri kamu sebaik mungkin karena daddy akan mengumumkan kamu sebagai pewaris kedua OZE Corporation''
"Iya..iya'' Gadis itu memutar bola matanya bosan mendengar titah sang pemimpin yang selalu saja mendiktenya untuk ini dan itu.
Setelah mengkhiri panggilan, gadis itu mulai bersiap untuk pulang ke negara asalnya, Bumi Pertiwi.
Sekitar tiga tahun silam, ia dikirim oleh Daddy-nya untuk menempuh pendidikan management di Oxford University dan berhasil lulus dengan predikat cumlaude hanya dalam waktu 3 tahun pendidikan. Sebuah prestasi yang cukup mengesankan bagi kedua orangtua-nya, apalagi bagi Alexander yang menjunjung tinggi asas kesempurnaan.
Ia bergelar sarjana saat umurnya masih bertengger di angka 17. Masa-masa muda yang ia habiskan tersita oleh belajar.. belajar.. dan belajar. Untuk apa? Untuk memenuhi tuntutan dan standar dari sang Daddy.
Gadis kecil yang tumbuh dalam kubangan ambisi orang tua. Terkekang oleh standar tinggi dan peraturan yang ketat. Stres? Tentu saja. Ia adalah manusia, bukan boneka. Jenuh sudah menjadi sahabat setia bagi seorang Hanna Fredella Oriel.
Seiring waktu.. tak ada lagi sosok Della yang periang dan manja. Kini, sosok itu bertransformasi menjadi gadis cerdas dengan aura elegan yang amat kental.
…
"Selamat datang kembali di rumah non'' Sambut sosok wanita paruh baya yang berdiri tepat dihadapan Della sembari tersenyum hangat. Wanita paruh baya yang sudah bekerja di keluarga Oriel jauh sebelum gadis itu lahir.
"Terimakasih bik'' Jawab Della dengan memberikan senyum tipis.
"Semua orang kemana?''
"Biasa non.. tuan dan nyonya lagi kerja. Oiya, non mau makan dulu? Biar bibi siapkan dulu makanannya'' Della hanya tersenyum kecut mengetahui bahwa tak ada satu orang pun yang bersedia meluangkan waktu menyambut kepulangannya. Miris. Sesibuk itukah mereka?
"Nggak usah, aku mau istirahat aja'' Tolak Della. Gadis itu melangkah ke dalam kamar tidurnya yang terletak di lantai dua.
Pandangan gadis itu menyapu segala sisi ruangan. Kamarnya masih sama saat terakhir kali ia menghuninya, tatanan perabot tetap konsisten pada posisinya.
Gadis itu melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur, menghela napas berat sembari memandangi langit-langit kamarnya.
Ia sadar, semuanya tak lagi sama.
Ia merasa bodoh, mengapa ia masih berharap akan ada seseorang yang berdiri menunggu kepulangannya di depan pintu? Kalaupun tidak semuanya, setidaknya salah satu dari mereka.. yakni mommy-nya. Tapi sekali lagi, itu hanya terbatas dalam lingkup ekspektasi. Bukankah itu hal yang mustahil? Gadis itu menertawakan pemikirannya.Bertahun-tahun yang lalu, ia sudah terbiasa dengan suasana sepi. Karena kedua orang tua yang sibuk dengan profesi masing-masing. Akan tetapi.. Della kecil masih memiliki dua orang kakak lelaki yang senantiasa memanjakannya. Tapi semua itu kembali sirna dalam waktu sekejap mata. Ia pun tak tahu dengan pasti kapan semua bermula.
Ken meninggalkannya...
Daddy semakin otoriter...
Mommy masih selalu sibuk dengan profesinya sebagai dokter...
Gavin sebagai harapan satu-satunya yang sudah ia anggap kakak, berubah dingin. Bukan hanya tindakan, tetapi juga tatapan matanya.Terkadang gadis itu merindukan sosok Ken yang selalu mengerti dirinya tanpa harus menyampaikan lewat kata. Tetapi... makin hari, rasa rindu kian berganti menjadi kecewa. Ia sangat kecewa dengan keputusan egois Ken yang menjadikannya mau tak mau harus mengambil alih beban dan tanggung jawab di perusahaan bersama Gavin.
Ia tak lagi peduli dengan sosok lelaki itu. Bahkan.. kabarnya sekarang, ia tak tahu sama sekali. Hanya mommy-nya yang tak pernah putus komunikasi dengan lelaki itu.
Ken egois...
Mommy dan Daddy egois...
Jadi, jangan salahkan ia jika pada akhirnya ia bermetamorfosis menjadi sosok Della yang baru.﹃﹄
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
General Fiction"Setiap manusia memiliki hak untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Orang tua hadir untuk mendukung dan menuntun selama itu tidak melanggar aturan. Bukan malah menjadi pihak otoriter yang mengekang mimpi seorang anak'' - Ken - "Kehidupan masa keci...