"Udah siap sayang?'' Tanya seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di belakang sosok Della yang sedang menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Iya mom'' Jawab gadis itu singkat dengan ekspresi yang datar. Meski begitu.. wanita itu tetap tersenyum menatap sosok anak gadisnya yang telah tumbuh menjadi perempuan yang cantik.
"Ayo. Daddy dan yang lain sudah menunggu di bawah'' Ajak wanita itu -Alice- sembari menggandeng tangan Della.
Malam ini adalah malam perayaan anniversary OZE Corporation. Sehingga para eksekutif, dewan direksi, staff hingga para rekan kerja dan tamu undangan lainnya akan hadir di acara tersebut.
Della tampil cantik dan anggun dalam balutan dress gray brokat modern model selutut di bagian depan dan bagian belakang yang panjangnya menjuntai hingga ke tumit. Dipadukan dengan high heels hitam dan aksesoris manis yang senada.
"Kamu cantik sekali sayang..'' Ujar wanita paruh baya dengan senyuman khasnya.
"Terimakasih aunty'' Jawab Della sembari tersenyum tipis.
Pandangannya teralih kepada dua sosok lelaki yang tampak gagah dalam balutan toxedo hitam. Yap ! Mereka adalah Alexander dan Gavin.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka bergegas untuk menuju ke tempat acara. Menyisakan Della yang harus semobil dengan Gavin.
Gavin tampak santai mengemudikan mobil sport kesayangannya yakni lamborgini reventon. Suasana dalam mobil terbilang akhward, mengingat dua sosok manusia es disandingkan dalam satu tempat.
"Gimana kabar Bang Gavin?'' Tanya Della berusaha memecah keheningan diantara mereka. Dalam hati, ia merutuki keputusan orang tuanya yang mengharuskannya berangkat bersama manusia satu itu.
"As you can see''
’ck! dasar.. nyesel gue nanya’ - batin Della.
Setelah itu, suasana dalam mobil kembali hening. Untunglah tak lama berselang, mereka tiba di tempat tujuan.
Acara digelar di salah satu hotel mewah yang terletak di kawasan ibu kota. Ballroom hotel sudah didesain sedemikian rupa hingga tercipta suasana party yang terkesan formal tetapi mewah dan trendy.
Della segera bergabung bersama mommy dan aunty-nya, meninggalkan Gavin yang kini tengah sibuk menyapa kolega bisnis bersama Alexander.
Merasa pegal karena berdiri cukup lama, Della memutuskan untuk duduk di soffa yang tersedia di sana. Pandangannya meneliti tiap sosok manusia yang tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Hingga ia menyadari bahwa beberapa pemuda yang hadir sesekali mencuri pandang ke arahnya. Sebutlah gadis itu terlalu percaya diri, tetapi begitulah realitanya.
Tampak salah satu dari mereka berjalan mendekat ke arah tempat duduk gadis itu dengan membawa dua gelas minuman.
’cara kuno..’ cibir gadis itu dalam hati.
"Hai'' Sapa pemuda itu sembari tersenyum manis yang hanya dibalas anggukan singkat oleh gadis itu.
"Sendirian? Boleh saya bergabung?''
"As you can see'' Jawab gadis itu datar.
"Hehe.. sorry. Sebelumnya perkenalkan, saya Adrian'' Ujarnya sembari mengulurkan tangan ke arah Della.
"Hanna Fredella'' Jawab Della tanpa membalas uluran tangan pemuda itu.
"Silahkan duduk, saya masih ada urusan'' Lanjut Della kemudian berlalu dari hadapan pemuda itu.
’menarik’ batin pemuda itu sembari tersenyum tipis.
Pemuda itu cukup terkejut saat mendengar Alexander selaku CEO OZE Corporation menyampaikan pengumuman sekaligus memperkenalkan putri-nya ke hadapan publik. Yang tak lain adalah gadis yang baru saja ditemuinya beberapa waktu yang lalu.
Gadis itu tengah berdiri di podium tepat di sebelah Alexander sembari tersenyum tipis. Setelahnya.. ia menyampaikan sepatah kata sambutan sebagai pewaris kedua dan juga beberapa poin penting mengenai latar belakangnya.
Sosok Della yang masih muda terlihat anggun, santai dan tegas di saat yang bersamaan saat berbicara di atas podium. Kalimat-kalimat pujian pun terlontar tatkala mengetai latar belakang pendidikan gadis tersebut.
Di lain sisi, sosok pemuda tampan tampak tersenyum menyaksikan hal tersebut.
﹃﹄
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Metamorfosa
Fiksi Umum"Setiap manusia memiliki hak untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Orang tua hadir untuk mendukung dan menuntun selama itu tidak melanggar aturan. Bukan malah menjadi pihak otoriter yang mengekang mimpi seorang anak'' - Ken - "Kehidupan masa keci...