(Senja) Akhir yang Berat

234 3 0
                                    

*Sumpah, ini nggak dapet feel nya... maafkan ya

*happy reading :)


***

Komunikasi kita yang sebelumnya selalu lancar, kini perlahan mulai meredup. Tepat sejak tiga bulan setelah pertemuan kita yang terakhir, kita sudah jarang saling bertukar pesan melalui WhatsApp. Aku nggak tahu pasti, apa yang membuat kita seperti ini. Entah kamu yang menjauh, atau aku yang sudah mulai menerima keputusanmu.

Dalam tiga bulan terakhir ini, memang ada seseorang yang sedang mendekatiku di tempat aku bekerja. Awalnya aku nggak begitu menggubris, tapi lambat-laun dia sudah bisa membuatku nyaman. Sejak itulah aku mulai berpikir, mungkin aku harus mulai memberikan kesempatan untuk yang lain dan melepasmu. Iya, melepasmu yang hingga pertemuan kita yang terakhir masih belum bisa memberikan kepastian akan hubungan yang sudah hampir dua tahun kita jalani.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Aku baru saja menerima pesan audio dari dia yang berisikan lagu ciptaannya. Namun, belum selesai aku mendengarkan, ponselku berdering, tertera namamu di sana.

"Hai, apa kabar?" suara di seberang sana.

"Hai. Tumben ngabarin?"

"Daripada nggak sama sekali, hayo."

"Iya sih."

"Gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, baik. Kakak sendiri?"

"Alhamdulillah, baik juga."

"Alhamdulillah."

"Kapan pulang ke Malang lagi?"

"Kenapa, Kak, emangnya?"

"Nggak apa. Ada yang mau aku bicarakan."

"Tentang apa?"

"Aku sadar, aku udah menyia-nyiakan seseorang yang selama ini udah sabar ngadepin aku. Jadi, aku mau buktikan kalau aku nggak main-main," jelasnya. Aku diam sejenak, mencoba mencerna kalimat yang baru saja kamu utarakan. Apa yang kamu maksud adalah aku?

"Maksudnya gimana ya, Kak?" tanyaku, pura-pura nggak paham.

"Kamu pandai dalam merangkai kata, masa iya kalimat gitu aja kamu nggak paham?"

"Aku pasrah sama keputusannya Kakak. Kalau Kakak sudah menemukan cewek yang cocok sama Kakak, silahkan, aku udah ikhlas."

"Aku pengen ketemu kamu."

"Untuk apa?"

"Menjelaskan semuanya. Aku juga mau ngajak kamu beli sesuatu."

"Apa emangnya?"

"Adalah pokoknya."

"Maaf, Kak, aku nggak tau kapan pulang ke Malang lagi," ucapku. Aku berpindah tempat, dari yang awalnya di teras kos menuju ke dalam kamar.

"Jujur, saat ini ada seseorang yang lagi ngedeketin aku, dan aku merasa nyaman," jelasku.

"Kamu sudah jadian sama dia? Atau dia sudah ngelamar kamu?"

"Dia udah jujur tentang perasaannya ke aku, tapi aku belum jawab."

"Terus keputusanmu gimana?"

Kumpulan Cerpen "Mentari Setelah Senja"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang