#It's Okay, Menagih Janji.

55 19 8
                                    

Seseorang mengusik tidur lelapku, padahal aku baru saja tertidur setelah berjam - jam menatap layar monitor mengetik cerita. Baru bisa tidur saat jam pukul setengah sebelas malam. Dan ini, sudah dipaksa untuk bangun lagi.

"Ayo bangun, sholat malam terus murojaah" tariknya paksa. Sebentar, itukan suaranya bang Fathan. Seketika kesadaranku pulih dan bangkit dengan semangat. Benar saja, di hadapanku saat ini terdapat makhluk paling tampan setelah ayah.

"bang Fathan!" aku langsung berhambur memeluknya. "Kata bunda, masih lusa pulangnya. Kok udah pulang aja sekarang?"

Bang Fathan mengelus lembut rambutku. "Niat awal emang gitu, tapi kata bunda jika bisa di percepat itu lebih baik" ucap bang Fathan sangat lembut. Aaa, jadi tambah sayang deh. Kalian jangan iri ya, aku punya abang tampan dan perhatian seperti bang Fathan ku ini.

Aku melepas pelukanku, menatap bang Fathan yang terlihat semakin tampan dari hari terakhir ketemu saat itu. Pantas saja temenku pada demen, emang benar-benar tampan abang ku ini.

"Kamu baru aja tidur ya?" aku hanya meringis mendengarnya. Karena bang Fathan ini paling rewel kalau tahu aku tidur kemaleman, rewel nya udah melebihi bunda deh pokoknya. Untung aja sayang.

"Baru selesai ngetik cerita bang, janji deh besok engga lagi. Ya" ucapku memelas dengan memasang senyuman terbaikku. Bang Fathan tersenyum. "Janji ya, ga baik loh buat kesehatan kamu. Kamu juga harus bangun malam untuk sholat dan murojaah hafalan kamu"

"Siap abang ganteng" aku memeluknya lagi. Baru setelahnya bang Fathan menyuruhku untuk tidur lagi. Aku tersenyum senang, besok saatnya menagih janji.

👌

Aku bangun saat mendengar panggilan lembut bunda, setiap malam bunda dengan begitu setia membangunkan aku untuk sholat malam lalu murojaah sampai shubuh. Dengan mata masih tertutup aku berjalan menuju kamar mandi yang berada disamping kamar.

"Dibuka matanya, ntar nabrak loh" ucap bang Fathan dari arah dapur. Kebiasaan yang selalu minum air putih hangat agar selalu sehat dan segar, katanya. Aku masih berjalan dengan pelan sampai di depan pintu, kok pintunya tidak sampai-sampai sih. Duk!

Ucapan bang Fathan mustajab, jidat mulusku menyapa datarnya pintu. Seketika kepalaku pusing, efek bangun tidur ditambah lagi jidat yang berdenyut-denyut.

"Tuh kan bener, dasar kamu tuh. Makanya kalau tidur jangan kemaleman, matanya sampe ada lem nya kaya gitu" sabar, harus sabar. Punya abang yang terlalu perhatian begitu tuh harus di syukuri.

"Kan enggak sering juga, tadi malem itu emang karena belum selesai jadi lanjut aja sampe kemaleman deh, hehe" aku meringis dan langsung masuk kamar mandi. Sebelum bang Fathan akan berceramah di pagi buta seperti ini, kan gawat kalau kucing tetangga pada bangun.

Aku pun selesai bersih-bersih dan wudhu, lanjut ke rutinitas yang sedang aku usahakan untuk istiqomah. Karena membentuk semangat dalam diri sendiri itu susah susah gampang, harus ada kemauan yang kuat untuk membunuh asumsi negatif yang masih sering seliweran dalam fikiran.

Aku sholat malam, lalu di lanjutkan dengan murojaah hafalan dan menambah satu atau dua ayat untuk aku hafal lalu disetorkan ke ayah setiap maghribnya. Ayah memberi aku kebebasan kapanpun asal aku terus murojaah, ayah akan siap untuk mengetes hafalanku. Di tambah kalau bang Fathan pulang biasanya aku lebih sering dengan bang Fathan, karena aku selalu merasa dag dig dug banter jika sama ayah, seperti setoran dengan ustadz atau ustadzah kalau di pondok.

Menjelang shubuh, ayah dan bang Fathan pamit berangkat ke masjid, karena memang laki-laki afdolnya berjamaah di masjid. Dan, akan ada suara yang begitu merdu berkumandang dipagi hari jika bang Fathan dirumah. Percayalah bahwa bang Fathan ini spesies limited edition banget deh, bukan hanya aku jika bertemu dengan banyak orang akan ditanya kapan nikah?

Karena bang Fathan pun iya, sampai pernah di kejar sama ibu-ibu yang ingin anak perempuannya menikah dengan bang Fathan. Aku jadi geli sendiri, anak ayah sama bunda ini idola sekali.

Allahu Akbar.... Allahu Akbar

Alhamdulillah, aku dan bunda pun menunggu sampai bang Fathan selesai adzan lalu sholat shubuh bersama.

👌

"Bang Fathan enggak lupa sama janjinya, kan?" tanyaku saat bang Fathan sibuk membersihkan kandang burungnya.

"Janji yang mana?" tuh kan udah lupa. Emang ya kalau cowok itu mudah pelupa dan wanita cenderung mengingat, pantas saja wanita harus memberi kode terlebih dahulu. Dasar.

"Janji mau ajak ke gramedia" balasku sudah agak kesel.

"Oh itu, mau kapan? Sekarang atau nanti malam" mataku langsung berbinar. Ternyata emang terbaik abangku ini, aku pun langsung membuang jauh wajah kesalku tadi berganti dengan senyuman manja.

"Nanti malam aja deh, biar lebih lama perginya" ucap ku bersemangat. Bang Fathan mengangkat kandang burung itu keatas dan menggantungnya di paku yang sudah di bengkokkan.

"Tapi ijin sendiri ya sama ayah" skakmat.

"Lah kan bang Fathan yang mau ajak Aila pergi, pasti boleh lah sama ayah" balasku dengan takut - takut, aku tidak pernah keluar malam kecuali dengan keluarga. Cukup masa lalu itu menjadi rahasiaku yang sudah aku tutup kisahnya.

"Iya deh, nanti abang yang ijin ke ayah" paling baik deh pokoknya.

"Gitu dong, kan Aila makin sayang"

Aku dan bang Fathan pun mengobrol banyak hal, mulai dari kisah awal bang Fathan masuk kuliah jadi rebutan kakak tingkatnya. Terus ada adegan pingsan dari teman sekelompoknya agar bang Fathan yang menggendong. Ada-ada saja, tapi aku berfikir, sejauh ini bang Fathan tidak pernah menyebutkan satu nama perempuan mana pun kepadaku. Kira-kira bang Fathan pernah jatuh cinta tidak ya, sama seperti aku yang jatuh cinta pada pandangan pertama dulu itu. Aku ingin sekali menceritakan itu sama bang Fathan, tapi belom berani sampe sekarang. Bang Fathan adalah tipe orang yang sangat selektif, bahkan dulu Darrel langsung di wawancarai habis-habisan karena memberiku bunga mawar saat dihukum kegiatan pramuka. Jika mengingatnya, aku hanya bisa tersenyum saat dulu Darrel dengan berani menjadi tujuh dari sepuluh yang dihukum memilihku rebutan memberi bunga yang mereka cari di semak belakang sekolah. Dari tujuh orang itu, hanya Darrel yang memberiku bunga berbeda dan bunga kesukaanku. Tentu saja aku memilih bunganya, dan dari kejadian itu aku dan Darrel menjadi gosip terhangat disekolah. Padahal saat itu, masih baru kelas empat sekolah dasar. Sudah bahas nya cinta mulu, heran deh. Tapi yang lebih heran, dulu saat kecil melihat orang besar pacaran. Giliran udah besar melihat anak kecil yang pacaran. Roda kehidupan itu berputar, dan banyak yang membuat kadang hati miris sekaligus menangis.

"Udah ngelamun nya? Bantu-bantu bunda aja sana di dapur" dasar bag Fathan. Aku pun langsung bangkit dan berjalan kedalam rumah.

"Nanti malam dandan yang cantik, biar dikira nya pacar abang"

"Oke, siap" aku pun mengangguk mantap. Aku sering menjadi pandangan mata wanita diluar sana ketika sedang bersama bang Fathan. Magnet ketampanan bang Fathan ini kuat sekali, sampai ada yang menatap ku dengan tatapan membunuh. Seram sekali.

Untung saja bang Fathan seolah menjadikan aku sebagai wanita nya, jadi mereka tidak punya nyali. Padahal kalau mereka tahu kenyataannya, pasti deh akan mendekati dan merayu seperti ini,
"Kamu terima tidak, jika kakak jadi kakak ipar kamu?"

Dan aku menjawab dengan tegas. "Tanyakan langsung saja dengan orang nya, mau tidak dengan kakak?"

👌

Assalamualaikum sahabat pembaca

Jangan lupa baca Al Quran hari ini

Follow me LatifatulKhoiriyah

Instagram @aifaazahraa_

it's OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang