Aku menatap awan putih yang bergumpal indah. Sejak pesawat lepas landas, kepalaku belum menoleh sama sekali. Meskipun aku sadar orang disebelah ku memerhatikan sejak tadi.
"Kamu tidak pegal daritadi tetap seperti itu?"
"Tidak, biasa aja" jawabku. Padahal sebenarnya kepalaku sangat pegal.
"Jangan bohong, kamu tidak cukup bisa untuk bohong meskipun hal sepele", apa katanya. Kenapa dia menjadi sok tahu sih.
Aku tidak lagi menjawab, alih-alih aku membuka novel kemaren yang baru aku beli. Aku akan memanfaatkan waktu dipesawat ini untuk membaca.
"Ketika senja kehilangan langitnya" gumam dia menatap keatas. Aku menatap dia bingung, matanya tidak sama sekali melihat novel yang aku pegang.
"Aku sudah pernah membacanya, jadi aku hafal dan tahu" ucapnya seolah menjawab pertanyaan yang aku fikirkan. Sepertinya dia ada jiwa - jiwa cenayan, atau semacam Dilan yang bisa memprediksi akan bertemu lagi dengan Milea. Ah sudahlah, kenapa juga aku mikirin dia.
Aku tetep saja diam, membuka lembar terakhir yang baru aku baca.
"Jika disuruh milih, kamu milih laki-laki seperti Nugraha atau Biru?" ucapnya lagi. Aku menggerutu kesal, mengganggu saja!.
"Aku belum membacanya selesai, jadi belum bisa milih" balasku ketus.
"Aku? Sepertinya tadi pas di bandara masih memakai saya. Apa kamu udah nyaman dengan aku?" Pertanyaan yang sangat-sangat ngawur. Kenapa ada orang seperti dia didunia nyata, aku fikir hanya dinovel fiksi. Bukankah di bandara tadi hanya dia yang ngomong banyak, aku hanya membalas singkat. Aneh sekali.
"Saya tidak ingin diganggu, maaf"
Dia membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh kearahku. "Masih ingat dengan namaku, kan?" aku hanya membalas dengan anggukan.
"Siapa"
"Anaz"
"Tadi kamu tidak memanggilku seperti itu"
Aku menoleh sengit, kenapa dia menyebalkan sekali. "Mas Anaz!"
"Iya sayang, jangan pake teriak dong. Aku denger kok". Barusan dia bilang apa, sayang? Rasanya ingin aku jahit pake benang kasar bunda dirumah.
"Naz, lu berisik banget sih" omel orang disebelahnya yang sedang tidur.
"Ah lu mah, tidur ya tidur aja"
"Terserah". Orang itu pun menoleh kearahku, menatapku sebentar lalu tersenyum. "Boleh juga, namanya siapa?" ucapkan sambil menyodorkan tangan.
"Ngapain tangan lu nih, minggir" usir Anaz kasar.
"Gue mau kenalan sama mbak cantik ini, siapa tahu emak naksir langsung gue jadiin bini nanti"
"Enak aja, mau gue jadiin bini gue ini"
"Emangnya mbak nya mau sama lu" cibir temannya. Aku hanya mendengarkan, dalam hati aku mengira Anaz itu seperti laki-laki yang ala novel islami yang memakai ane ente, kenyataannya dia sama seperti anak muda lain yang memakai bahasa gue lu.
"Aila, kamu mau kan sama aku?"
"Hah?"
"Tuh kan lihat, dianya mau kok"
"Paling juga terpaksa" masih tidak mau kalah sepertinya. "Anaz ini orangnya playboy cap kaki tiga"
"Udah ah, berisik lu"
Pertengkaran mereka pun berakhir dan kembali Anaz menggangguku dengan kalimat - kalimat yang dia ingat dari novel yang sedang aku baca. Kalian pasti tahu siapa Nugraha dan Biru, yap betul sekali. Novel 'KATA' milik rintik sedu ini akan menemani perjalananku menuju Yogyakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's Okay
Teen FictionBukan hanya tentang cerita mengenai cinta, melainkan banyak hal. Tentang perjalanan, perjuangan, sahabat, pergi dan kehilangan. Banyak mengajarkan bahwa hidup itu tidak selamanya akan bahagia dan sedih, semua itu ada porsi nya masing-masing. ______...