Wonwoo mengedarkan pandangannya. Ia mencari laki-laki yang menjatuhkan bukunya di lorong kelas tadi.
Ia bahkan sampai tidak menyangka kalau sudah berdiri di fakultas lain hanya karna mengejar orang itu.
"Rowoon?"
Wonwoo membaca nama di sampul buku itu, memastikan dirinya tidak akan salah nama.
Tapi apa gunanya kalau dia bahkan tidak tau pemilik buku ini? Wonwoo lihat laki-laki itu menjatuhkan bukunya saat tidak sengaja berpapasan dengan seseorang di lorong tadi. Tapi dia tidak begitu menyadari wajahnya.
"Kubuka saja? Siapa tau ada informasi di dalamnya?"
Karena kehilangan jejak si pemilik buku, Wonwoo pun membuka buku itu. Di dalamnya tertulis fakultas dan... oh, ada nomor telepon!
"Ini nomornya?"
Meski ragu, Wonwoo mencoba menelepon nomor itu. Tapi sayang, panggilan itu sibuk.
"Ya! Jeon Wonwoo, sedang apa kau di sini?"
Wonwoo terkejut. Seseorang di fakultas lain menepuk bokongnya. Wonwoo bahkan nyaris menendang orang tidak sopan itu sebelum matanya menangkap sosok seniornya. "Jeonghan sunbae?"
"Oh. Apa yang kau lakukan di sini?"
"Sunbae juga sedang apa di sini?"
"Ck, tidak sopan bertanya balik sebelum menjawab pertanyaanku, Anak Muda."
"Baiklah, maaf."
Wonwoo menjelaskan kenapa dirinya ada di sini dan menunjukkan buku itu. Tapi respons yang didapatinya tidak jauh berbeda dengan dugaannya.
Yoon Jeonghan, seniornya ini adalah senior satu fakultas dengannya. Satu jurusan, yaitu pendidikan keguruan. Dia bisa nyasar ke fakultas teknik karna kekasihnya di sini.
"Kupikir kau ingin bertemu dengan Mingyu?"
Wonwoo menyimpan buku catatan itu ke dalam tasnya. Mendengar pertanyaan Jeonghan, ia hanya mengangkat kedua bahunya.
"Mana mungkin? Mingyu pasti sedang sibuk."
"Sepertinya mereka sedang bersantai hari ini," ucap Jeonghan tidak selesai. Ia melirik adik kelasnya dengan wajah menahan geli, "Ah, tepatnya satu minggu ini."
"Benarkah?" Wonwoo menatapnya penuh harap. Jeonghan tertawa pelan. "Sepertinya begitu. Mereka sudah selesai kritik dua. Acara seminar yang diadakan himpunan juga sudah selesai beberapa jam lalu."
Belum sempat Jeonghan menyelesaikan ucapannya, ponsel Wonwoo bergetar.
"Mingyu menelepon. Aku pamit ya, sunbae. Terima kasih informasinya!"
Jeonghan tersenyum. Ia melambaikan tangan dan mereka berdua berpisah di lorong yang berbeda.
"Halo?"
"Halo? Wonwoo? Kau sibuk?"
"Tidak. Aku free hari ini, dosenku tidak masuk."
"Syukurlah."
Wonwoo tersenyum. Ia bisa menebak apa yang akan Mingyu katakan dan tidak bisa menahan perasaan senangnya.
"Ada apa?" tanya Wonwoo pura-pura heran. Ia semakin mengigit bibirnya kencang—menahan jeritan—saat Mingyu mengajaknya bertemu sepulang dari kampus.
"Tapi aku harus ikut rapat evaluasi dulu. Mungkin sampai jam dua siang. Kau keberatan?"
"Tidak. Aku akan menunggumu di perpustakaan."
"Baiklah. Sekarang sudah mau jam dua belas. Makanlah cemilan untuk mengganjal perut. Kita akan makan siang bersama setelah aku selesai."
"Hmm.. kutunggu di perpustakaan, ya?"
"Iya."
"Sampai jumpa, Kim Mingyu. Aku merindukanmu."
"Aku juga."
Panggilan terputus. Wonwoo dengan hati yang lebih lega dan riang berjalan menuju perpustakaan di gedung sebelah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Like the Beginning [MEANIE]
Fanfiction"Setiap kali kau ingin tertawa, aku hanya akan membuatmu menangis..." "...walaupun tidak akan sama seperti dulu, kuharap kita tidak akan saling menyakiti satu sama lain." Wonwoo dan Mingyu tidak menyangka kalau mencintai ternyata sesulit ini. ❗️MEAN...