9

1.5K 191 4
                                    

Satu hari setelah kejadian malam itu

"Ibu, aku saja."

"Ya ampun, Mingyu. Kau datang pagi-pagi hanya untuk memasak begini? Beruntung sekali anak itu."

"Sudah kewajibanku, Bu."

Nyonya Jeon tersenyum. Ia menepuk pemuda di depannya ini dan hanya bisa menggelengkan kepala saat Mingyu tetap kekeuh ingin memasak bubur untuk Wonwoo. Laki-laki itu bahkan nekat tidak kuliah hari ini demi merawat kekasihnya.

Sekaligus sebagai bukti penyesalan dan permohonan maaf.

"Sudah jadi. Aku ke kamar Wonwoo dulu, Bu."

"Pergilah. Bujuk dia supaya mau makan. Nanti Ibu yang bereskan sisa masakanmu."

"Terima kasih."

Mingyu mengetuk pintu dan masuk begitu saja karena tidak mendapat jawaban dari dalam. Ketika dihampiri, ternyata Wonwoo masih tidur. Mingyu meletakkan bubur itu di atas nakas dan duduk di tepi kasur.

Hatinya teriris. Wajah pucat, mata sembab, dan kening yang dikompres. Kalau Mingyu membuka selimutnya, mungkin ia bisa melihat kaki dan tangan yang diperban sana sini karena luka lecet akibat goresan aspal.

Terseret dari halte sampai ke depan toko kue?

Yang benar saja!

Mingyu meringis. Dalam hati, ia terus mengamuk dan memarahi dirinya sendiri. Mingyu merasa bersalah dan sangat berdosa karena gagal menjaga Wonwoo.

Ia malah memedulikan orang lain.

"Wonwoo-ya..." panggil Mingyu lembut. Ia meraih tangan Wonwoo dan mengenggamnya, "Sayang, bangun dulu, hm? Kau harus makan supaya bisa minum obat."

Wonwoo melenguh pelan. Matanya mengerjap dan raut kaget saat melihat Mingyu tidak dapat ia sembunyikan.

"Mingyu-ya?"

"Hm.. ini aku."

"Kau di sini?"

"Hm, aku di sini." Mingyu masih mengelus tangan Wonwoo dengan satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain mengambil segelas air putih.

"Minum dulu. Suaramu serak."

Wonwoo menegakkan kepalanya sedikit, membuat kompresan di keningnya jatuh. Mingyu menyingkirkannya dan membantu Wonwoo duduk dan minum.

"Kau tidak kuliah?"

"Aku bolos."

"Kau bolos? Tidak mungkin!"

"Kau yang lihat. Aku di sini sekarang."

"Mustahil..."

Mingyu terkekeh. Ia mengusap pipi Wonwoo yang sedikit kena cipratan air.

"Aku minta maaf, Wonwoo-ya."

Wonwoo terdiam. Dia menunduk begitu Mingyu menatapnya, "Maafkan aku."

Mingyu menggenggam tangan kurus itu. Ia mengusapnya lembut. Tatapannya kosong.

"Aku benar-benar ceroboh. Saat itu aku hanya kalut, aku bingung dengan perasaanku sendiri..."

Wonwoo sontak mendongak. Ia menatap Mingyu nanar, "Kau meragukan perasaanmu..." ucapnya kelu. Wonwoo siap menangis, "...padaku?"

Mingyu menunduk. Ia tidak langsung memberikan jawaban. Laki-laki itu sudah merenung sejak semalam, dan ia tidak bisa mengelak. Ia tau dirinya salah. Ia benci hatinya yang goyah hanya karena Wonwoo tidak selalu ada di sampingnya

Sejak Wonwoo memutuskan pindah jurusan—dari arsitektur ke keguruan, Mingyu jadi sendiri. Ia jauh dari kekasihnya, waktu bersamanya pun sempit. Wonwoo juga jarang mau menemani Mingyu bertugas lagi.

Dan itu salah satu penyebab kenapa Mingyu merasa kesepian. Lalu merasa nyaman dengan mudah saat ada seseorang yang mengerti dirinya—ingin ditemani, Boo Seungkwan.

"Aku minta maaf."

Wonwoo terisak. Ia sudah bisa apa yang akan Mingyu katakan.

Mingyu tidak pernah mengatakan sesuatu yang membuat hatinya sakit. Dan laki-laki itu hanya akan mengucapkan maaf karena sudah melakukan kesalahan.

Atau mungkin tidak. Bukan Mingyu yang salah, tetapi tetap laki-laki itu yang akan mengalah.

"Aku menyesal. Aku merasa jauh darimu dan tiba-tiba saja ada—"

"Jangan minta maaf lagi, Mingyu-ya."

Suara Wonwoo terdengar serak. Mingyu menatapnya saat suara dalam itu mulai terdengar, "Aku yang salah karena meninggalkanmu sendirian. Aku yang seharusnya ada di sisimu, entah itu di saat kau sedang suka atau duka. Keegoisanku terhadap jurusan kuliah membuat kita menjadi jauh. Aku tidak suka menemanimu mengerjakan tugas karena aku jadi terbayang masa-masa diriku dulu. Aku benci jurusan kita dulu, jadi aku selalu menghindar darimu."

Napas Wonwoo tercekat. Ia memejamkan matanya sejenak saat merasakan tangan Mingyu menggenggam erat tangannya, "Aku seharusnya mengerti kalau kau membutuhkanku. Tapi aku minta maaf karena aku yang tidak selalu ada untukmu, sampai-sampai posisiku tergantikan oleh orang lain—"

"Tidak!" Mingyu menyela. Nadanya terdengar tegas dan wajahnya lebih serius, "tidak ada seorang pun yang bisa menggantikanmu."

Wonwoo menangis. Ia menunduk dalam, membuat Mingyu tak tahan dan segera memeluknya. Ia menangis dipelukan Mingyu yang tengah mengusap bahunya lembut, "Maafkan aku Wonwoo-ya. Maafkan aku dan terima kasih karena kau sudah mau mengerti. Aku akan lebih menjaga perasaanmu mulai detik ini, jadi tolong jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu."

***

Like the Beginning [MEANIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang