3. Pahlawan Kemalaman

62 25 2
                                    

Happy reading...

Lepasin cewek itu" ucap seseorang. Ketiganya pun menoleh ke sumber suara. Liora yang melihat terkejut siapa yang datang.

**

Dia Rangga, tidak sengaja dirinya melihat seorang cewek yang di tarik paksa oleh dua orang preman. Tidak di sangkanya lagi ternyata cewek itu adalah salah satu pengunjung cafe yang menyenggol tangannya tadi dan membuat minumannya jadi tumpah.

"Gue bilang lepasin dia!" Ucapnya santai namun penuh ketegasan.

"Ada pahlawan rupanya, punya nyawa berapa lo" ucap preman berbadan besar.

"Lepasin atau lo bakalan tau akibatnya" seketika kedua preman tadi melepaskan cengkramannya dari Liora dan hendak menghajar Rangga, tapi Rangga lebih dulu mengelak dari pukulan mereka.

Bugh..

Bugh...

Rangga menendang perut mereka berdua secara bersamaan, membuat kedua preman itu mundur ke belakang.

Liora yang melihat terisak dan meringis melihat Rangga memukul lagi kedua preman itu tanpa memberi kesempatan kedua preman itu untuk memukul Rangga.

Saat kedua preman itu tidak bisa lagi menghajar Rangga ia memutuskan untuk kabur, "Lari bang" ucap preman berambut gondrong.

Rangga yang melihat Liora masih terisak, menghampiri Liora.

"Lo gak papa ?" Tanya Rangga.

"Gue gak papa, makasih ya" jawab Liora, dia sudah sedikit lebih tenang. Rangga tak merespon ia berbalik menuju motornya meninggalkan Liora tanpa berniat mengantarkan.

Liora melihat Rangga yang menjauh darinya, "Gimana gue pulangnya hiks..." Liora takut jika preman itu kembali lagi, sedangkan dirinya di sini sendirian. Liora mau meminta Rangga mengantarnya tapi ia sungkan karna Rangga sudah membantunya.

Saat Rangga hendak menaiki motornya, Rangga teringat ucapan mamanya kamu kalok ada perempuan membutuhkan bantuan, kamu harus tolongin. Anggap itu adalah mama yang memerlukan.

Rangga pun menghampiri Liora kembali.

"Lo mau pulang ?" Tanya Rangga, Liora mengangguk.

"Gue anterin" ucapan Rangga membuat Liora mendongak akhirnya Rangga mau mengantarnya pulang. Liora pikir jika cowok di depannya ini tidak mau mengantarkannya.

"Gak usah, takut gue ngrepotin lo lagi"

"Jangan bawel" ucapan Rangga membuat Liora mengecrutkan bibirnya. Rangga pun menuju motornya di buntuti oleh Liora.

Rangga menaiki motornya begitu juga dengan Liora, akhirnya Rangga melajukan motornya.

"Emm... nama gue Liora, lo siapa ?" Tanya Liora pelan, jujur ia canggung dengan sikap Rangga yang cuek.

"Rangga".

"Rumah lo di mana?" Tanya Rangga.

"Ah, rumah gue di perumahan anggrek nomer 13 blok B" tak ada balasan dari Rangga, membuat Liora menghembuskan nafas pelan.

Mereka pun sampai di depan rumah Liora, Liora turun dari motor Rangga.

"Makasih ya udah nolongin dan anter gue sampek rumah" Rangga hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanan pulangnya.

"Itu cowok, dulu mamanya ngidam es balok kalik ya, cuek banget. Untung ganteng" gumam Liora dan membuka pintu gerbangnya.

**

Rangga sudah tiba di rumahnya. seperti biasa ia melepas sepatunya lebih dulu.

"Assalamualaikum ma"

"Waalaikum salam nak" ucap Lia dari dalam kamarnya.

"Mama udah makan belum ?" Rangga melirik nampan yang di siapkan Rangga tadi sore. Ternyata makanannya sudah habis.

"Mama pinter, nasinya di habisin" ucap Rangga sambil terkekeh dan mengusap lembut rambut mamanya.

Lia tersenyum, " ia mama tadi laper banget mangkanya di habisin. Kamu tumben pulang jam segini nak ?"

"Tadi di jalan ada perempuan di ganggu preman, ya udah Rangga tolongin dulu."

"Terus perempuan itu baik-baik aja kan ? Kamu juga gak papa ?" Tanya Lia khawatir.

"Seperti yang mama liat, Rangga baik-baik aja dan perempuan itu juga baik."

Terdengar hembusan nafas kelegaan dari mulut Lia "syukurlah kalok gitu nak, ya udah kamu mandi terus langsung istirahat" Rangga mengangguk berjalan keluar untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

**

Lain di tempat Liora, ia sedang menatap langit-langit kamarnya yang di dominasi oleh cat warna hijau dan putih. Liora melamun memikirkan kejadian tadi yang tidak sengaja bertemu dengan Rangga.

"Duh, dia ganteng banget sih, bikin gemes tau nggak. Mana jago bela diri lagi. Tapi kayaknya gue gak asing sama namanya" Liora berbicara sendiri. Liora tak henti-hentinya memikirkan Rangga seperti tidak asing dengan nama itu. Dan menurutnya Rangga adalah sosok pria tampan dingin tapi menggemaskan.

"Ah mungkin cuma perasaan gue aja."

"Udahlah mending gue tidur aja, siapa tau mimpi Rangga nanti hihihi" ucap Liora sambil terkekeh geli dengan ucapannya. Liora pun menarik selimut sebatas dada dan memejamkan matanya.

**

Rangga tidak langsung beristirahat. Seperti biasa dia belajar terlebih dahulu untuk materi yang akan di pelajari besok di sekolah.

Malam ini Rangga memegang buku paket sejarah yang akan ia pelajari.

"Jadi revolusi industri mengubah inggris menjadi negara industri yang maju dan modern"

"Di inggris juga muncul pusat industri seperti Lancashire, Manchester, Liverpool, dan Birmingham"

"Banyak juga akibat industri salah satunya di bidang ekonomi, seperti barang melimpah dan harga murah. Revolusi industri telah menimbulkan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran dengan proses mekanisasi" Rangga terus membaca dan memahami apa yang ia pelajari. Dengan begitu besok ia lebih bisa memahami dengan mudah ketika guru menjelaskan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Rangga mulai merasakan badannya yang lelah. Ia pun memutuskan untuk menutup bukunya dan menuju ke ranjang.

Rangga masih belum bisa memejamkan matanya. Sebenarnya ia ingin tahu wajah ayahnya. Tapi ia tidak tega jika mamanya kembali mengingat masa lalunya.

"Mungkin belum saatnya gue tau" gumam Rangga dan memilih memejamkan matanya dari pada harus memikirkan orang yang belum tentu orang itu memikirkan dirinya.


Jangan lupa vote and comment ya 💋

Story Of RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang