12. Cinta Liora

36 5 4
                                    

Jangan lupa vote and comment ❤



Di pagi hari, sinar mentari tampak begitu antusias menyinari bumi. Menampilkan warna yang begitu indah dan sejuk di pandang. Di tambah angin sepoi di pagi hari, membuat pohon melambai-lambai. Seakan dirinya ikut merasakan betapa indahnya dunia.

Tapi....Liora terlihat tidak baik-baik saja. Dapat di lihat dari raut muka yang Ia tunjukkan, Liora masih syok dengan kejadian semalam.

"Sayang, kamu jangan diem aja dong nak. Biasanya kamu yang paling cerewet. Itu juga, makananya jangan di aduk-aduk," ucap Ranti menunjuk piring Liora.

Mereka sekarang berada di meja makan. Liora yang biasanya selalu saja membuat keributan terlihat diam saja. Membuat kedua orang tua dan juga kakaknya menjadi khawatir.

"Liora gak papa kok Ma, ini Liora makan," ucapnya sembari memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya tanpa nafsu sedikit pun.

"Liora, kamu gak usah khawatir. Biar Papa yang urus ini, kamu fokus belajar aja. Katanya kamu mau ikut lomba cerdas cermat kan ?" Reno mencoba menenangkan putrinya. Liora yang mendengar kata cerdas cermat, mendongak dengan mata berbinar.

"Ah....iya, Papa bener. Liora fokus sekolah aja ya kan!" Seru Liora menupuk-nepuk telapak tangannya ke girangan. Leo dan juga kedua orang tuanya, melihat tingkah Liora yang berubah menjadi bingung. Tadi Ia sedih, sekarang ? Hanya mendengar kata cerdas cermat dirinya langsung berubah kegirangan seperti mendapat hadiah umroh 7 turunan. Hmmm....sepertinya ini terlalu berlebihan!.

Leo yang gemas menarik hidung Liora, Liora pun meringis karna hidungnya yang mulai memerah.

Liora mengusap hidungnya. "Ish....kak Leo! Sakit tau kak!" geram Liora.

"Lagian, lo kayaknya perlu di bawa ke rumah sakit jiwa." mendengar penuturan Leo, Liora rasanya ingin mencakar-cakar tubuh Leo.

"Sudah-sudah, lanjutin makannya," lerai Ranti, sebelum rumahnya terkena gempa dadakan akibat suara kedua anaknya yang berargumen tidak mau mengalah satu sama lain.

Liora diam, sesekali ia melirik kakaknya yang juga ikut melirik Liora.

**

Di rumah Rangga, seperti biasa Ia sedang menyuapi sang mama.

"Ma, terus doain Rangga ya. Rangga 2 minggu lagi mau ikut cerdas cermat," ucap Rangga sembari menyuapkan sesendok nasi dan juga lauk untuk mamanya.

"Umm....Rangga ikut cerdas lagi nak?" tanya Lia di sela makannya, Rangga mengangguk.

Lia mengusap rambut putranya, "Mama selalu doain Rangga. Tanpa Rangga minta pun, mama akan tetap melakukan itu," ucap Lia tersenyum membuat Rangga juga ikut tersenyum.

"Kali ini temen kamu siapa ?" tanya Lia.

Rangga yang mendengar menghembuskan nafas berat, Lia yang menyadari perubahan Rangga mengerutkan keningnya.

"Siswi kelas X ma," jawab Rangga seadanya.

"Perempuan ya?" tanya Lia lagi.

"Iya ma."

"Terus kenapa mukanya di tekuk gitu?"

Rangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "anu ma, perempuan itu anu....yang Rangga tolongin waktu itu."

Lia mengangguk. "Terus kenapa Rangga kayak gak suka?"

"Anaknya nyebelin ma," ujar Rangga.

"Awas ya, nantik tiba-tiba berubah jadi cinta," goda Lia mencoel pipi Rangga.

Rangga memegang pipinya. "Mama apaan sih, dia itu cewek bar-bar. Rangga gak mungkin suka sama dia Ma!" elak Rangga.

"Ya udah kalau gak percaya." Lia cekikikan melihat tingkah Rangga yang sepertinya sedang salah tingkah.

"Ra-rangga si-siap-siap dulu." Rangga segera bangkit dan membawa nampan keluar dari kamar mamanya sebelum ia semakin gerogi. Entah kenapa sekarang Rangga sering salah tingkah saat mengingat Liora yang suka menggombalinya.

**

Rangga baru saja sampai, untung saja ia tidak terlambat. Saat di koridor seseorang memanggil Rangga.

"Kakak!" Rangga menoleh, terlihat Gio yang memamerkan giginya, membuat Rangga menghela nafas berat.

"Apaan sih kakak-kakak, gue bukan kakak lo!" Decak Rangga.

Gio mengecrutkan bibirnya. "Ck....gue kan cuma bercanda Ga," ucap Gio mendramatiskan.

Rangga jengah dengan tingkah Gio, Rangga memilih berjalan menuju kelasnya.

Gio menepuk jidatnya. "Ya elah, gue di tinggalin." Gio pun mengejar Rangga.

Saat Rangga hendak menaiki tangga, seseorang memanggilnya lagi. Rangga berhenti, sepertinya ia kenal dengan suara ini.
Rangga menoleh pelan-pelan.

"Hay," ucap Liora membuat Rangga terkejut. Siapa yang tidak terkejut tiba-tiba dia sudah ada di belakang Rangga. Ya, dia Liora. Gadis menyebalkan yang beberapa hari ini masuk ke dalam kehidupan Rangga.

"Apa?" ketus Rangga.

Liora memegang tangan Rangga. Dasar gak tau malu!.

"Lepasin!" tekan Rangga, tapi Liora hanya cengengesan. Rangga menatap Liora tajam.

"Iya-iya di lepasin." Liora melepaskan cekalannya.

"Kak Serangga jangan galak-galak dong kak," ujar Liora memelas.

"Gue Rangga bukan Serangga! Jadi stop jangan panggil gue Serangga!" ucap Rangga penuh penekanan.

"Gak papa dong kak, itu panggilan khusus dari Liora untuk kak Rangga. Seseorang yang Liora cintai," ucap Liora sembari membentuk tangannya menjadi seperti hati.

Kring....Kring....

Bunyi bel sudah terdengar, itu artinya semua murid harus masuk ke dalam kelas tanpa pengecualian.

"Udah lo masuk kelas sana," usir Rangga. Liora mengecrutkan bibirnya. Kenapa suara bel harus berbunyi di saat Liora masih ingin bersama Rangga ???.

Rangga melanjutkan langkahnya untuk segera ke kelasnya. Jujur hatinya berdebar, mangkanya Ia tidak menanggapi terlalu serius ucapan Liora.

Liora menatap punggung Rangga yang semakin jauh.

"Udah lo gak usah sedih, dia emang gitu orangnya," ucap seseorang dari belakang Liora. Liora menoleh, ternyata dia Gio dengan gaya kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celannya.

"Gue gak akan nyerah kok kak. Gue akan terus berada di dekat kak Rangga, meskipun dia selalu mencampakkan gue," ujar Liora. Terlihat tidak ada kebohongan di mata Liora. Itu membuat Gio gemas dengan Rangga yang tidak merespon gadis cantik seperti Liora.

Gio mengacak rambut Liora. "Gue salut sama lo." Liora membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Salut sih salut, tapi jangan di berantakin juga dong kak!"

Mereka tidak tau, jika Rangga mengawasi mereka dari atas.

"Maafin gue Li, Lo gak pantes bergaul sama gue." Setelahnya Rangga kembali melangkah.





Story Of RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang