Selin Choi adalah begitu banyak pengecualian dalam hidup Jihoon Lee yang datar.
Pertama, laki-laki itu benci pada terlalu banyak sentuhan. Bersalaman saja sesungguhnya ia enggan, apalagi bergandengan tangan, berpelukan, bahkan berciuman. Tapi dengan Selin, Jihoon tidak pernah keberatan. Bergandengan tangan adalah caranya memastikan Selin aman, berpelukan adalah caranya meyakinkan Selin nyaman, dan berciuman adalah caranya menyampaikan bahwa cinta yang ia punya bukan sekadar ucapan.
Jihoon mencintai Selin, itu mutlak.
Kedua, Jihoon benci mendengarkan orang berbicara. Daripada kata-kata acak, telinganya lebih akrab mendengarkan musik tanpa lirik. Tapi dengan Selin, Jihoon tidak pernah keberatan. Cerita Selin adalah apa yang selalu ia tunggu di penghujung hariㅡketika rasa lelah akibat berbagai macam aktivitas mulai merambati kepala hingga kaki. Belasan hingga puluhan menit panggilan suara dari Selin yang bercerita tentang bagaimana harinya terasa seperti suntikan semangatㅡdan Jihoon suka, meski nyaris tidak pernah mengungkapkannya.
Ketiga, mungkin terakhir, Jihoon tidak suka ketika orang-orang bersikeras mengusik dan menjamah ranah pribadinyaㅡtermasuk berkunjung ke kediamannya. Tapi dengan Selin, Jihoon tidak pernah keberatan. Bahkan, beberapa kali ia dengan sengaja menjemput Selin dari kampus, pergi makan, dan kemudian menyetir mobil menuju tempat tinggalnya.
Seperti hari ini, kekasihnya itu sudah meluncur ke alam mimpi setelah nyaris satu jam sibuk mengoceh tentang ujian akhir semester yang meledakkan isi kepalanya. Tubuhnya menyamping, menghadap ke tempat di mana Jihoon sibuk menyelesaikan salah satu track yang nantinya akan menjadi hadiah ulang tahun Selin. Tangan mungilnya memeluk guling bersarung hitam dan Jihoon sedikit lega melihat tubuhnya bergerak dalam ritme teratur. Selin tidur nyenyak, di atas tempat tidurnya, di dalam kamarnya.
Seungcheol
Hoon, Selin sama kamu?
7.49 PMLee Jihoon
Iya, tidur, ga tega bangunin.
7.50 PMSeungcheol
Anterin pulang kalau udah bangun ya, Hoon.
Kalau misal kemaleman ya udah gapapa tidur sana asal jangan aneh-aneh.
7.51 PMLee Jihoon
Ok.
7.51 PMBegitu Seungcheol membaca balasannya yang hanya berisi 'Ok', Jihoon bangkit dari kursi dan berjalan pelan menuju tempat tidur. Ia tarik selimut berwarna putih di dekat kaki Selin, melebarkannya sebelum kemudian meletakkannya di atas tubuh Selin perlahanㅡmenepuknya sekilas.
"Sleep well."
Jihoon berniat kembali menghadap komputernya ketika Selin merengek dalam tidur. Tangan mungil yang tadi memeluk guling kini menarik ujung hoodie Jihoon. "Kak..."
Jihoon menungguㅡtidak yakin apa Selin benar-benar sadar ketika memanggilnya atau tengah mengigau.
"...sini aja jangan pergi," lanjut Selin yang sedetik kemudian membuka matanya perlahanㅡmenatap Jihoon yang tengah mengamatinya. "Aku capek banget rasanya, mau tidur dipeluk boleh nggak?"
"Hm-m." Jihoon mengangguk, melepas sandal kamarnya sebelum naik ke atas tempat tidur dan menyusupkan tubuhnya di balik selimut. Lengan kirinya ia ulurkan melewati bawah kepala Selin, sukarela menjadikannya bantal agar lebih mudah memeluk kekasihnya. "Kamu nggak makan?"
Selin menggeleng, mengeratkan pelukannya pada Jihoon, mengusakkan wajahnya di ceruk leher Jihoon. "Nggak lapar."
"Kamu dicari Seungcheol."
"Aku mau tidur di sini aja. Di rumah nggak ada orang, Kak. Papa sama mama pergi ke Kuala Lumpur dan Kak Seungcheol hari ini nginep di kampus. Boleh ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN Imagine Snippets
FanfictionPotongan cerita dari SEVENTEEN Imagine 1.0 dan 2.0 Universe.