Page 3

386 36 4
                                    

Aku berjalan gontai. Menyusuri jalan setapak yang mengarahkanku ke sebuah danau di belakang sekolah. Seketika ingatan itu menghampiriku.

-Flashback-

Aku membolos kelas terakhir karena aku tidak menyukai guru pengajarnya. Dia selalu memberikanku pertanyaan- pertanyaan yang tidak masuk akal dan diluar konteks pelajaran. Seperti ingin mencari masalah denganku. Aku berjalan menyusuri jalan setapak di belakang sekolah. Aku menemukan danau rahasia. Dan di danau ini aku bertemu dengannya. Seorang anak yang sepantaran denganku. Mengenakan seragam yang sama denganku. Dia duduk menghadap danau yang luas ini dengan tatapan yang kosong. Tangan dan wajahnya terdapat perban dan banyak bekas luka. Mungkin dia salah satu korban pembullian. Aku berjalan menghampirinya. Dia seperti tidak sadar akan kehadiranku.

"apakah kamu baik- baik saja?"

Dia tersentak dan menatapku dengan cepat. Matanya sembab. Mungkin dia habis menangis. Dia kenapa?

"hei. Kamu habis menangis? Kenapa?"

Dia memalingkan wajahnya. Diam tak menjawab pertanyaanku. Dia berusaha menghapus sisa- sisa air mata yang menempel di wajahnya.

"aku tidak apa- apa. Aku permisi."

Dia lari meninggalkanku. Anak yang aneh. Aku membenarkan rokku dan duduk di hamparan rumput yang berada di pinggiran danau. Seperti ada yang mengganjal. Aku meraba- raba rumput yang aku duduki. Ada sebuah kunci dengan gantungan roket. Mungkin punya anak yang tadi. Dia buru- buru pergi dan meninggalkan kuncinya disini. Aku harus mengembalikannya. Tetapi aku tidak tahu dimana dia berada.

Aku berusaha untuk mengejar anak itu. Tetapi aku kehilangan jejaknya. Mengapa larinya cepat sekali sih? Aku berfikir cepat, aku berlari menuju sekolah. Kupikir karena dia memakai seragam sekolah yang sama denganku, dia pasti kembali ke sekolah bukan?

Saat aku kembali ke sekolah, hari sudah sore. Kelas juga sudah selesai. Tidak ada murid- murid yang berkeliaran di sekolah. Semuanya sudah pulang. Aku bergegas mencari anak aneh yang tiba- tiba lari saat melihatku. Apakah wajahku itu seram? Sampai dia lari ketakutan seperti itu. Aku mencari di tiap- tiap kelas, berharap anak itu masih ada di sekolah.

Langit sudah berubah menjadi gelap. Dan aku masih belum bisa menemukan anak itu. Ah keterlaluan. Aku masuk ke kelasku dan mengambil peralatan sekolahku. Aku meluapkan rasa kekesalanku dengan menendang bangku didepanku. Tiba- tiba ada suara aneh yang datang di dalam loker. Seperti suara seseorang yang terkejut. Aku bergidik ngeri. Aku berjalan pelan menuju loker di dalam kelasku. Keraguan mulai menyelimutiku, apa harusnya aku lari saja? Tapi aku sangat penasaran.

Perlahan aku membuka loker itu. Dan betapa terkejutnya aku saat melihat seseorang yang bersembunyi di dalam loker itu. Aku menjerit dan dia pun juga menjerit. Aku segera lari mengambil peralatan sekolahku dan pergi keluar kelas. Tetapi langkahku langsung terhenti saat aku menyadari siapa yang berada di dalam loker itu. Aku berjalan kembali ke kelas dan melihat anak itu masih berada didalam loker. Ia duduk sambil melipat kakinya. Mendekapnya erat dan menenggelamkan kepalanya.

"hei. Kau yang tadi di danau kan?"

Dia mendongakkan wajahnya dan sama seperti yang aku lihat di danau tadi. Wajahnya yang pucat, mata bulat seperti bulan dan air mata yang masih basah di pipinya. Aku menundukkan tubuhku mendekatinya. Dia tidak bergerak. Hanya memandangiku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti.

"kamu menjatuhkan ini"

Aku menyodorkan kunci yang kutemukan tadi kepadanya. Dia mengambil kunci itu dan cepat- cepat memasukannya ke dalam kantong celananya.

"t -terima kasih"

Suaranya lemah dan ternata- bata. Dia tidak terlihat seperti anak laki- laki pada umumnya. Tubuhnya kurus dan banyak bekas luka baru.

The Unforgiven LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang