01.0

401 137 240
                                    

"ATALA!! WOY. LAMA AMAT SIH, LAGI DANDAN APA LAGI BOKER APA SEMEDI SIH!" teriakan Veni terdengar sampai ke sudut kamar Atala.

"BENTAR! 5 MENIT KELAR!" jawab Atala tak kalah kerasnya dari Veni.
Delia hanya menutup telinganya mendengar kedua sahabatnya sudah mengaktifkan mode on toa masjidnya.

"Heh, bisa gak sih. Kalau ngomong tuh lembut, gak usah pake teriak-teriak. Bisa bisa gue jadi perawan budek, kan jadi ilfeel sama diri gue sendiri, nanti jodoh gue minggat ke kutub barat gimana" kata Delia berdiri tepat didepan Veni sambil berkacak pinggang.

"Astaga, lo sekolah berapa tahun sih, hmm? Mana ada kutub barat" jawab Veni tak mau kalah.

"Ada. Noh kesangkut upil lo!" Kata Delia sambil memegang jari telunjuk veni dan memasukkannya ke salah satu lubang hidungnya.

"Ya gusti! Nanti lubang hidung gue gede sebelah, lo harus tanggung jawab. Gue gak mau tahu, gue gak nerima alesan lo" bentaknya sambil mengacungkan kedua jarinya kearah matanya dan mata delia bergantian.

Delia tersenyum kecut, "apa-apaan sih lo. Gak jelas banget, emang ya kalau nemu temen dideket kutil badak tuh gini. Aneh!"

Veni melotot tajam, tatapannya tak beralih dari Delia.
"Ngatain gue apa tadi? Nemu dikutil badak? Gak papa gak masalah, daripada nemuin lo, ditengah jalan. Mana muka lo tuh kayak pantat panci." Semburat wajah tak terima dari seorang Delia semakin terlihat.

"Oh, nantangin lo! Mulut lo tuh ya emang kayak ember pecah."

"Dasar penggorengan"

"Heh! Lo tukang nyiduk kaya gayung"

"Apaan? Hidung lo tuh kaya centong sayur"

"Hidung gue mancung wle. Gak kaya lo udah kayak___"

"WOY! KALIAN LAGI NGAPAIN SIH? RIBUT!? APA LAGI PROMOSI PERABOTAN!" Suara itu jelas Atala yang dari tadi ditunggu kedua makhluk paling heboh seplanet pluto.
Melihat penampilan Atala, mereka yakin kalau Atala sudah siap. Tapi? Apa itu? Kenapa Atala membawa baju sebanyak itu.

"Heh, lo ngatain kita lagi promosi perabotan. Helooo, apakabar lo yang bawa baju seambrek gitu? mau jualan baju, nek?" Ejek Veni membuat Atala semakin jengkel. Tak segan-segan Atala melempar baju-baju kotor yang dibawanya itu kearah mereka.

"Apa apaan sih? Lo kira gue babu lo. Seenak jidat lempar baju-baju lo ke gue." Kata Delia sambil melempar baju-baju itu kearah Veni.

"Brisik! Lo kira gue apaan hah? Main lempar-lempar ke gue?" Kini Veni yang angkat bicara, mungkin semua sudah sangat emosi.

Wajah Veni berkeringat, lalu ia mengambil sehelai kain dan menempelkannya pada bagian wajahnya yang berkeringat lalu menyekanya.

"Nol, itu.." kata Atala sambil menunjuk kain yang dipegang veni.

"Biarin, biar kotor baju lo kena keringet gue." Jawabnya tanpa melihat apa yang ia gunakan untuk menyeka keringatnya itu.

"Nol, gue jijik! Iyyyuuhhhhhh!" Delia berteriak histeris.

Delia dan Atala berjalan mundur dan Veni langsung melihat apa yang ia gunakan untuk menyeka keringatnya tadi.
"HUUAAAAAAA!! GUE JIJIK DEMI APAPUN GUE JIJIKKK!" veni teriak tak kalah histeris, ia melempar apa yang ia gunakan tadi.

"LO BERDUA! KENAPA GAK BILANG HAH? .... HUEEK... HUEKK.." Veni langsung ngacir kekamar mandi.

Ya pasti lah, gimana sih yang gak pengen muntah, kalau mukanya sendiri keringetan lalu diseka pakai kaus kaki yang bau terasi. Mana ditambah lagi belum dicuci setelah 2 minggu yang lalu.

"MAMPUS LO! MAKANYA KALAU SURUH SABAR TUH SABAR! GAK USAH PROTES!" Teriak Atala yang sekarang sudah di samping pintu masuk.

"Hwahaaahaa... ngakak gue. Kasian banget deh" ucap Delia sambil memegangi perutnya sembari berjongkok di sebelah kiri Atala.

Penakluk Hati [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang