Atala membersihkan bajunya yang terkena es krim. Wajahnya masih kesal, karena penyebabnya selalu lelaki itu, entah siapa namanya Atala belum tau, dan tak mau tau."Heh, lo mau kemana? Tanggungjawab dulu." Teriak Atala, membuat lelaki yang sedang berjalan itu menoleh kearahnya.
"Ngapain gue tanggungjawab, gue gak bikin lo hamil." Ketusnya
"Astaga, Lo ngeselin banget sih! Lo tanggungjawab sama es krim gue. Lo udah jatuhin, dan lo harus ganti, gue gak terima gitu aja" cerocos Atala kesal, namun lelaki itu malah pergi meninggalkannya.
"Dasar sontoloyo. Gue ngomong dari tadi gak didengerin, malah pergi gitu aja. Kan gue jadi gak makan es krimnya. Ih, ngeselin amat sih tuh cowok. Awas aja nanti!"
.
"Nih" Atala mengernyitkan dahinya heran, lelaki itu kembali dengan es krim di tangan kanannya. Lalu tanpa basa basi, atala langsung merebut es krim itu.
Atala melirik kearah lelaki yang masih berdiri didepannya. Ngapain dia masih disitu? Batinnya.
Atala mengangkat sebelah alisnya, dan menatap lelaki itu."Ngapain? Nungguin?"
"Iya" jawabnya singkat.
"Apa?" Atala terkejut mendengar ucapan lelaki itu.
"Yuk" ajak lelaki itu.
"Gue sama tem___" ucapnya terhenti saat dia melihat seorang gadis didepannya. Lelaki itu melirik kearah Atala, menaikturunkan alisnya dan terkekeh lalu menggandeng tangan gadis itu pergi menjauh.
Atala malu, bisa bisanya ia mengira kalau lelaki itu sedang menunggu dan mengajaknya pulang.
Atala menunggu lagi, tapi tak lama setelah itu ia mendengar keributan didalam mall dan sepertinya Atala mengenal suara itu.Ya, Atala yakin itu suara kedua sahabatnya.
Atala beranjak dari duduknya lalu masuk ke dalam mall, dan benar kedua sahabatnya ribut dengan seorang kasir disana. Atala menghampirinya."Mbak, nih uangnya" Atala menyerahkan uang ke kasir itu, dan menarik tangan kedua sahabatnya itu keluar mall dan masuk ke mobil.
"Ngapain sih lo berdua. Udah tau ditungguin, malah ribut sama mbak kasir. Gak malu apa diliatin orang, lagian ya lo___"
Belum selesai Atala bertanya, Veni menyelanya. "Lo mau tau kenapa kan? Intinya aja deh, nih gue ceritain. Jadi gini...."
Flashback on
Delia menghampiri Veni yang tengah memilih buku dan beberapa alat tulis disana. Delia melihat Veni membawa 2 dress berwarna merah dan hitam ditangan kirinya.
"Khhmm.. nol" merasa dipanggil Veni pun menoleh kearah Delia.
"Ngapain? Muka lo datar amat, kayak tembok" balas Veni.
"Gak papa kayak tembok, yang penting dicat" katanya santai.
"Oh, lo nyindir gue? Iya? Mentang mentang hp lo rame banyak yang ngechat? Oke"
"B aja"
"Apa? Gue gak denger?"
"Gak denger kok nyaut!"
"Suka suka gue dong, telinga telinga gue. Mau gue budeg kek mau gu___"
"Emang dasarnya budeg, baru nyadar" lirih Delia, tapi Veni masih bisa mendengarnya.
Veni melotot tajam kearah Delia. "Heh kalo____"
"Gak usah ribut" sela Delia
"Emang siapa yang mau ribut, gue udah selesai. Bye"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Hati [REVISI]
General FictionProses Revisi⚠️ Gak ada jadwal terbit ulang. Revisi per bab, kelar aku update.. Stay tuned