03.0

214 117 123
                                    

"Apa maksudnya?" Atala mengernyitkan dahinya, alisnya saling bertaut, "ini beneran tiket?"

"Hmm..."

"Serius ih.."

"Ya nggak lah, Abang mah cuma mau nge prank lo doang. Yakali beneran."

"Apa? Lo jahat ya bang. Sama adik sendiri kok gitu. Untung abang." Kata atala sambil mengelus dadanya.

"Enggak Atala. Gue serius, ini tiket buat Lo kok."

"Beneran?"

"Tanya kek gitu sekali lagi, tiket hangus!"

"Makasih banyak banyak." Atala langsung berhambur kepelukan Dion. "Bau!"

"Biarin, bau bau gini juga masih mau di peluk peluk."

"Nah tuh, sadar kalau bau. Tadi sebenarnya sih, mau pergi aja. Tapi kan gue menghargai pemberian dari lo, bang. Ish! Gimana sih?"

"Oke, nona." Dion mencolek dagu adiknya lalu berlari kearah kamarnya.

Atala tak marah sama sekali. Ya bagaimana pun, Atala sudah mendapatkan hadiah darinya, 3 tiket ke LA.

.
.
.
.

Di kamar Atala.

"Yah, kok gitu sih?"

"Ayah sibuk banget sekarang, nak. Kamu kan tau kalau ayah sekarang aja masih belum pulang, masih diluar kota. Mama kamu juga pulangnya 2 hari sebelum ayah pulang. Kamu kan perginya 5 hari lagi, sedangkan ayah masih 10 hari lagi disini. Maafin ayah ya, nak. Ayah sayang kamu."

"Tapi ini 3 yah, kasian tau bang dion udah beli susah-susah, ngabisin uang, tenaga, masa ayah nolak gitu aja?"

Atala merasakan hembusan nafas frustasi disebrang sana "Maaf bukannya ayah menolak tapi ayah mem___"

"Pak, rapatnya akan segera dimulai" potong seorang wanita disana, sepertinya itu sekretaris ayah.

"Baiklah, siapkan segalanya. Saya akan menyusul setelah ini."

"Nak, sekali lagi maaf ya. Ayah sama mama gak bisa temenin libur kamu."

Atala menghembuskan nafasnya kasar. "Oke, gak papa. Ata tau ayah sibuk. Maaf ganggu ayah."

"Makasih ya sayang. Maaf sekali lagi ayah gak bisa. Selamat bersenang-senang ya, nak. Ayah akan segera menyelesaikan kerja ayah dan pulang lalu bermain denganmu."

"Ayah, apaan sih? Aku udah gede, gak mau main lari-larian lagi sama ayah. Ya sudah aku tutup dulu ya, yah. Ayah juga kan tadi udah dipanggil mau rapat"

"Yasudah. Ayah tutup dulu ya. Bye wonderwoman kecilnya ayah."

"See you ayah."

Mereka sama-sama menutup teleponnya. Atala terlihat sedih, dia duduk di balkon kamarnya sambil memeluk lututnya

"AAAAA......SEEETTAAANNN!!!!" atala berteriak saat bahunya tersentuh oleh tangan seseorang dan... dingin.
Atala memberanikan dirinya menoleh kebelakangnya, wajahnya menegang. Lalu kembali lega karena itu hanya dion.

Dion terkekeh pelan, lalu memberikan es krim ke arah atala. Atala menerimanya, lalu memakannya.

"Tadi gue pikir lo setan, bang. Tangan lo dingin banget dah. Kaya es. Eh bukan! Kaya hati lo dingin!"

Tuk

Dion menyentil dahi Atala, lalu duduk tepat di sebelahnya.

"Aaaa... sakit tau bang. Gak sayang banget sama adiknya, kekerasan tuh namanya."

Penakluk Hati [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang