5. Obrolan Arsen

2.3K 259 99
                                    

Lola sempat kaget saat Gaza mengajaknya jalan-jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lola sempat kaget saat Gaza mengajaknya jalan-jalan. Sempat Lola khawatir sang ibu tidak akan memberikan izin, tetapi sore tadi Nani berpamitan ke rumah adiknya bersama Herman—ayah Lola. Tinggallah Lola di rumah bersama Tirta. Abangnya tidak perlu susah payah perihal izin. Sebab, Tirta tidak mau ambil pusing. Asalkan adiknya tidak pulang larut malam dan kembali dalam keadaan selamat. Bahkan tadi Tirta hanya menggerakkan tangan untuk mengusir Lola. Semata agar adiknya segera pergi sehingga tidak mengganggu permainan di ponsel.

"Omong-omong, Za ...." Lola meneliti mobil yang ditumpangi mereka. "Emangnya lo udah boleh bawa mobil? Udah punya SIM?"

"Nggak perlu SIM, ah. Orang ke minimarket depan aja."

"Tetap aja, Gaza. Lo jangan aneh-aneh."

Cowok kurus itu terkekeh sesaat. "Santai aja, La. Gue pakai mobil ini karena pengin. Mana pernah lo lihat gue bawa mobil ke sekolah? Ini juga gara-gara dipaksa papa. Orang tua macam apa yang ngasih anaknya hadiah ulang tahun kayak gini? Padahal dia tahu sendiri anaknya belum punya SIM."

"Ya, orang tua lo!"

Kalimat Lola membuat Gaza tergelak. Memanglah di antara mereka bertiga—Lola, Arsen, dan Gaza—hanya Gaza yang terlahir dari keluarga berada. Ayah dan kakeknya berdarah Kanada dan memiliki usaha pula di sana. Kendati demikian, Gaza tidak pernah memamerkan apa yang dimilikinya. Bahkan berteman pun tidak pilih-pilih.

Saat pertama kali mengetahui jika Gaza adalah anak tunggal kaya raya, Lola kaget bukan main. Sependek ingatannya, saat itu mereka tengah berkumpul di beranda depan rumah Arsen untuk belajar bersama. Saat itu pula Gaza diantar oleh sopir ayahnya. Ah, masa-masa itu tidak akan pernah Lola lupakan. Meski hubungan cinta monyetnya dengan Arsen sudah kandas.

Ketika fokusnya kembali, Lola mengamati keadaan sekitar. Mereka baru saja tiba di depan sebuah minimarket. Gaza bisa saja mentraktir Lola makan di kafe mewah, tetapi memang dasar gadis itu yang selalu menolak.

Pernah sekali Gaza berkata padanya, "Lo itu mirip banget sama Arsen. Nggak pernah mau diajak ke tempat mewah."

Duh! Lola tersenyum miris. Lagi-lagi ingatannya membawa-bawa Arsenio Heidi.

"Lo nggak bosen apa ngajak gue makan mi instan di minimarket?" tanya Gaza sesaat setelah mereka keluar dari sana.

"Nggak. Makannya, kan, bareng lo."

"Alah!" Gaza meninju pelan lengan Lola. "Bentar lagi juga lo makan bareng Abil atau nggak ... Chiko?"

"Please, Za. Jangan bahas mereka, deh. Gue aja nggak mau bahas."

 Putar Balik√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang