Pelajaran Bu Fatimah—guru agama—baru saja selesai. Seakan-akan tidak ada waktu untuk bernapas lega, Pak Banu sudah menunggu di luar kelas. Begitu Bu Fatimah keluar, pria bertubuh gempal dan berkumis tebal itu langsung masuk dan memulai pelajaran sejarah.
"Kita pakai kelompok sesuai deret bangku. Deret pertama kelompok satu dan begitu juga seterusnya. Paham?" Suara lantang Pak Banu langsung diangguki semua siswa di kelas itu. "Baiklah, sekarang kalian duduk membentuk lingkaran bersama anggota kelompok masing-masing!" Perintah dari Pak Banu langsung membuat kelas ramai. Murid-murid mulai rusuh berebut kursi untuk membuat lingkaran sesuai perintah Pak Banu.
"Sudah, Pak," ucap Mika setelah teman-temannya kembali tenang dan duduk dengan kelompok masing-masing.
"Sekarang kalian diskusikan materi tentang pembagian zaman prasejarah di Indonesia. Minggu depan kalian persentasi," ucap Pak Banu, "karena sekarang saya ada urusan mendadak, kalian belajar sendiri dulu. Ingat jangan ribut! Ketua kelas tolong awasi teman-temanmu, ya." Tak lupa guru itu melirik Mika. Setelah semua murid menjawab serentak, Pak Banu tersenyum puas dan melangkah ke luar kelas.
"Ardo!" panggil Mika dengan sorot mata mengancam. Tepat saat Ardo bangkit dari tempat duduk. Mata cowok itu berbinar sesaat setelah melihat beberapa teman lainnya yang sedang bermain gim.
"Cuma benerin baju aja, Mimi," cetus Ardo. Cowok itu mencebikkan bibir dan kembali menjatuhkan bokongnya di kursi.
"Jadi kita mulai dari mana, nih?" tanya Mika sesaat setelah Ardo kembali duduk. Mika melempar tatapan ke semua anggota kelompok. Arsen, Gaza, Karina, Ardo .... "Lola mana?" tanya Mika karena baru sadar gadis itu tidak kelihatan sejak bel masuk berbunyi.
"Ada urusan sama Pak Rusdi, Mik," jawab Karina.
"Lola!" panggil Karina begitu gadis itu muncul dari balik pintu, membuat teman satu kelompoknya ikut menoleh. Lola masuk dengan wajah canggung, menyapa semua teman-temannya dengan seulas senyum kecil. "Cie, dianterin Abil," goda Karina sesaat setelah matanya menangkap sosok Abil dari balik jendela kelas.
"Apa, sih? Nggak sengaja ketemu."
"Kalian nggak tahu kalau Abil juga naksir sama Lola?" Karina dan mulut embernya itu ingin sekali Lola lakban. Kelompok diskusi bersama tiba-tiba berubah menjadi kelompok bergosip.
"Abil? Anak band, ya?" tanya Ardo dengan sebelah alis terangkat sempurna.
"Iya, yang nyanyi di hari OSPEK buat Lola," balas Karina antusias. Seperti biasa gadis itu selalu heboh sendiri. "Sweet banget, 'kan?"
Lola memandang semua temannya dengan ekspresi tak enak karena semua kini menatapnya dengan tatapan usil. Kecuali satu orang tentunya. Arsen tidak begitu memedulikan, hanya fokus pada layar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putar Balik√
Teen FictionGawat! Lola dan Arsen berada di kelas yang sama. Sial sekali Lola gagal move on karena Arsen pacar pertamanya. Hal yang membuat Lola makin susah melupakan adalah sikap Arsen yang sangat berubah. Arsen menjadi begitu cuek dan dengan santai mendekati...