Saat tidak sengaja melintas di ruang musik untuk ke kantin, Lola melihat Abil dari balik kaca. Entah lagu apa yang sedang dinyanyikan Abil, Lola tidak terlalu tahu tentang musik. Ia hanya tahu lembar demi lembar buku Biologi dan setumpuk nama ilmiah yang memusingkan kepala.
Pikiran Lola terlempar pada hari di mana mereka menjalani OSPEK. Saat itu ia terlambat dan dihukum kakak kelas, di sanalah Lola bertemu dengan Abil.
"Yang merasa tali sepatunya belum pakai tali rafia, maju ke depan!" Senior bertubuh bongsor berteriak di depan para siswa yang terlambat.
Saat itu Lola berdiri menahan terik mentari di samping Abil. Aroma parfumnya demikian kuat sampai Lola sesekali menoleh. Ketika sepasang mata Lola melirik ke bawah, Abil ternyata tidak memakai tali sepatu sesuai aturan, yaitu memakai tali rafia merah dan biru. Abil terlihat begitu santai saat beberapa siswa maju ke depan senior.
"Kenapa?" tanya Abil.
"Lo harus maju."
Abil menatap sekilas tali sepatunya. "Oh, gue lupa," katanya seraya nyengir kaku.
"Tunggu!" Lola menahan lengan Abil yang hendak maju. Pun seger merogoh tas kardus yang dibentuk sedemikian rupa dengan hiasan kertas kado—tentu saja tangan ajaib ayahnya yang membuat benda itu. "Gue masih ada sisa, nih. Lo pakai aja."
Abil menerimanya dengan ragu-ragu. "Thanks ... em," tukasnya seraya mengamati papan nama yang dikalungkan oleh Lola. "Yollanda Yashinta."
"Lola. Panggil aja Lola."
"Oh, Lola, tapi nggak lola beneran, 'kan?"
Kalimat Abil memang tidak lucu, tetapi cukup membuat Lola terbahak pelan. Bahkan sampai mengundang reaksi senior dan siswa terdekat. Alhasil, Abil tetap dihukum karena tidak sempat mengganti tali sepatunya. Namun, sejak saat itu Abil selalu mencari Lola dan kagetnya, mereka berada di gugus yang saat hari terakhir.
Lola merasa ada yang aneh. Ia dan Abil kemudian sering menikmati jam istirahat saat OSPEK. Aturan OSPEK mengharuskan mereka membawa kotak bekal makanan. Jadi, Lola sering berbagi dengan Abil karena cowok itu lagi-lagi melanggar peraturan.
"Mama gue nggak bisa masak, apalagi gue. Di rumah nggak ada pembantu," kata Abil pada suatu waktu saat jam istirahat makan siang.
"Ya udah, lo makan aja makanan gue."
"Thanks, La." Abil dengan senang hati menerima pemberian Lola. Ajaibnya, Lola membawa dua kotak bekal setelah keesokan hari. Hati Abil malah tergugah. Tanpa pernah Lola tahu, bahwa sejak hari itu sikap baiknya mengguncang dunia seseorang. "Oh ya, senior ngasih hukuman ke gue buat dapetin nomor cewek, nih. Lo mau ngasih gue nomor lo nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putar Balik√
Teen FictionGawat! Lola dan Arsen berada di kelas yang sama. Sial sekali Lola gagal move on karena Arsen pacar pertamanya. Hal yang membuat Lola makin susah melupakan adalah sikap Arsen yang sangat berubah. Arsen menjadi begitu cuek dan dengan santai mendekati...